Nasional

Tak Banyak yang Tahu, Ternyata Bendera Pusaka Pertama Dibuat dari Kain Tenda Warung Soto, Kok Bisa?

Orang tahu kalau bendera kebangsaan yang berkibar untuk pertama kalinya 72 tahun lalu itu dijahit sendiri oleh Ibu Negara pertama RI, Ny. Fatmawati.

Editor: Zainuddin
Intisari
Bendera pusaka menyimpan banyak kisah unik. 

SURYAMALANG.COM - Setiap tanggal 17 Agustus, di nusantara pasti berkibar jutaan Bendera Merah Putih dalam berbagai ukuran dan keadaan.

Dari sejarah, orang pun tahu kalau bendera kebangsaan yang berkibar untuk pertama kalinya 72 tahun lalu itu dijahit sendiri oleh Ibu Negara pertama RI, Ny. Fatmawati.

Tapi siapa sangka, kain merah bendera pusaka tersebut, ternyata bekas kain tenda sebuah warung kaki lima.

Seorang pelaku sejarah, Brigjen TNI (Purn) Lukas Kustaryo menuturkan bagaimana lika-likunya saat dia berupaya mencari kain merah untuk bendera pusaka.

Konon, ide ini pun muncul secara tiba-tiba.

Kala itu dari kancah romusha di Bayah, Banten Selatan, Shodanco Lukas diberi tugas secara inkognito membawa surat pribadi Tan Malaka untuk Bung Karno di Jakarta.

Sesampainya di Jalan Pegangsaan Timur no. 56, Kustaryo melihat Ny. Fatmawati menjahit bendera merah putih.

Saat itu bulan Agustus 1945, para tokoh pergerakan memang sudah terlihat sibuk mempersiapkan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.

Apalagi di kediaman Bung Karno terlihat kesibukan yang tidak seperti biasanya.

"Tapi saya lihat benderanya terlalu kecil. Kira-kira hanya berukuran panjang setengah meter. Dalam hati saya berkata, kayaknya nggak pantas. Untuk proklamasi kok benderanya tak begitu bagus," begitu ujar Kustaryo.

Karena tidak tega melihat bendera kecil itulah, atas inisiatif sendiri laskar Peta Pacitan ini beniat mencari kain yang lebih besar untuk bendera.

"Kalau tak salah Bu Fat sudah mempunyai kain seprai putih yang cukup panjang," tambahnya.

Tanpa tahu harus menuju ke mana untuk mencari kain merah, pemuda kelahiran Madiun, 20 Oktober 1920, ini lantas berjalan menyusuri rel KA dari Pegangsaan sampai Pasar Manggarai.

Di pinggir pasar, dia melihat sebuah warung soto bertenda kain merah. Nah, kebetulan pikirnya.

"Saya tak lagi mikir jenis kainnya bermutu atau tidak. Meski saya lihat sudah tidak begitu bagus bahkan sudah robek. Pokoknya kain tersebut masih bisa dipakai," kenangnya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved