Malang Raya

Begini Langkah Pakde Karwo dan PJ Walikota Malang Sutiaji Cegah Badai Korupsi Terulang

Pakde Karwo bicara soal banyaknya anggota DPRD Kota Malang menjadi tersangka korupsi

Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Achmad Amru Muiz
suryamalang.com/bobby koloway
Gubernur Jatim, Soekarwo, bersama PJ Walikota Malang, Sutiaji, dan beberapa perwakilan partai politik pasca melakukan pertemuan di gedung negara Grahadi, Rabu (5/9/2018). 

SURYAMALANG.COM, SURABAYA - Badai korupsi yang melibatkan puluhan jajaran eksekutif maupun legislatif di Kota Malang sebagai pelajaran. Tak ingin terulang, pelaksana tugas Walikota Malang, Sutiaji pun telah menyiapkan beberapa langkah antisipatif mencegah hal tersebut. Seperti dengan membuat laporan keterangan pertanggungjawaban (LKPJ) untuk APBD yang telah diserahkan sejak awal.

"Kami akan melakukan beberapa langkah antisipatif. LKPJ sudah kami sampaikan dan itu sudah menjadi aturan," kata Sutiaji ketika ditemui di Gedung Negara Grahadi, Rabu (5/9/2018).

Kemudian, dikatakan Sutiaji, pihaknya akan menjamin transparansi pemerintah kota dengan sistem e-budgeting. "Pada intinya, kami akan dan sudah melakukan banyak hal," imbuhnya.

Selain menjadi PJ Walikota, Sutiaji juga menjadi Walikota terpilih setelah menang di pilkada serentak lalu yang berpasangan dengan Calon Wakil Walikota Malang, Sofyan Edi Jarwoko, sehingga peran antisipatif pihaknya diharapkan bisa mencegah hal tersebut terulang.

Menurut Sutiaji, ada tiga agenda terdekat pemerintah Kota Malang yang akan segera disahkan oleh pemerintah bersama DPRD untuk saat ini. Di antaranya penyerahan LKPJ untuk P-APBD 2019.

"Sudah kami kirimkan. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2007, apabila 30 hari pasca pengiriman tidak ada tanggapan berarti itu sah," ujarnya.

Selain itu, tambah Sutiaji, dalam waktu dekat pihaknya bersama pihak legislatif juga harus segera mengesahkan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS). "Kami sudah melempar KUA PPAS Perubahan. Hal ini sudah dibahas, tinggal pengesahan," kata pria yang sebelumnya menjabat Wakil Walikota Malang ini.

Terakhir, menurutnya yang paling mendesak adalah Raperda APBD tahun 2019 yang Kuasa Umum Anggaran (KUA) nya sudah digedok sejak Juli. "Paling mendesak yang harus diselesaikan adalah P-APBD. Sebab, harus selesai pada 30 September mendatang," pungkasnya.

Sementara Gubernur Jatim, Soekarwo mengatakan,  masalah korupsi sebenarnya menyangkut masalah integritas atau pribadi seseorang. Sehingga sulit untuk dicegah melalui sistem sekalipun apabila integritas seorang pejabat tersebut memang buruk.

"Pelayanan kepada masyarakat bisa menggunakan IT. Tapi, kalau masalah integritas kan ora iso dadi mesin terus dilebokne dadane uwong (Namun, kalau masalah integritas kan tidak bisa dijadikan mesin kemudian dipasang di dadanya orang, red),"  ungkap Pakde Karwo yang juga asli Madiun ini.

Sehingga, e-new budgeting menurutnya menjadi salah satu solusinya. Misalnya, pada saat KUA PPAS yang mana harga satuan dasar barang dan harga satuan lainnya telah terdata. "Nah masalahnya, kasus ini kan berada di luar itu. Misalnya, soal pemerasan kan tidak bisa diantisipasi melalui sistem," ungkap Pakde Karwo yang juga Gubernur Jatim dua periode tersebut.

Menurutnya, sistem kaderisasi bagi elit legislatif yang berada di DPRD menurutnya menjadi tanggung jawab partai politik. Oleh karenanya, sikap antisipatif tersebut seharusnya dilakukan oleh partai politik. "Tolonglah partai politik ikut memberikan pendidikan kepada kadernya. Kan uang untuk partai politik juga sudah naik," katanya.

Ia mencontoh kaderisasi partai yang dilakukan partai politik di luar negeri. Menurut Pakde Karwo, selain melakukan penelitian administrasi, partai politik juga memperhitungkan latar belakang kebiasaan hingga keluarga calon politisi. "Misalnya, dia anaknya siapa? Dia punya mobil baru, uang dari mana? Kebiasaannya seperti dugem, uangnya darimana? Semua latarbelakangnya harusnya diteliti," kata Pakde Karwo.

Dengan banyaknya pejabat eksekutif maupun legislatif yang tertangkap oleh KPK, Pakde Karwo mengatakan tak khawatir citra Jawa Timur akan tercoreng. Sebab, menurutnya pemerintahan tetap harus berjalan.

"Prihatin, iya. Kalau kawatir, tidak. Sebab, pemerintahan kan harus tetap jalan. Apalagi, saya kan sebagai gubernur tak bisa menghambat pencalonan seorang Calon Legislatif melalui sebuah partai," tuturnya.

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved