jendela dunia
Pria ini Rela Bakar Diri Tiduran di Atas Bara Api
Jia Bin Hui (25) asal Yunan, Tiongkok, rela memanggang diri dengan cara membakar tubuhnya di atas bara api.
SURYAMALANG.COM, HONGKONG - Jia Bin Hui (25) asal Yunan, Tiongkok, rela memanggang diri dengan cara membakar tubuhnya di atas bara api.
Tidak main-main, bara api dengan kadar panas sampai 42 derajat itu disiapkan untuk membakar dirinya di atas perapian.
Namun aksi panggang diri ini adalah bagian dari terapi pria Tiongkok itu agar sembuh dari penyakit leukemia atau kanker darah.
Bin Hui didiagnosis menderita leukaemia pada Maret 2013. Begitu besar keinginan sembuhnya untuk membunuh sel-sel kanker yang menggerogoti tubuhnya.
Selama dua tahun terakhir, seluruh harta keluarganya terkuras demi pengobatan Bin Hui.
Meski sekarang kondisinya relatif stabil, ia tetap tidak mampu menuntaskan pengobatan kanker itu karena tidak punya biaya lagi. Tetapi ia tidak menyerah.
Epoch Times melaporkan, Rabu (15/4/2015), Bin Hui pun mulai meriset dan bereksperimen dengan pengobatan alternatif.
Salah satu yang dicobanya adalah teknik hipertermia (memanaskan tubuh) yang ia dokumentasikan dalam situs mikrobloging Weibo.
Pada 9 April 2015, ia menulis langkah-langkahnya dan mengunggah foto-foto proses hipertermia itu.
Mulanya, ia membangun pangganggan besar dengan meletakkan dua lonjor kayu di atas tiang bata.
Di bawah dua batang kayu itu, ia membuat perapian yang menghasilkan panas 42 derajat Celsius.
Ia menulis bahwa ia hanya menoleransi pemanggangan diri itu selama 30 menit.
Terapi itu akan ia ulangi selama beberapa hari, kemudian kembali ke rumah sakit untuk memeriksa apakah cara itu telah membunuh sel-sel kanker di tubuhnya.
Menurut Institut Kanker Nasional Tiongkok, hipertermia dengan cara memaparkan sebagian atau seluruh badan dalam temperatur di atas 45 derajat Celsius bisa membunuh sel kanker.
Namun terapi semacam itu merupakan pelengkap dari terapi radiasi dan kemoterapi yang sedang dijalani. Namun, Masyarakat Anti-Kanker Hongkong mengatakan terapi hipertermia tidak cocok diterapkan pada leukaemia. (Adi Sasono)