Karya Anak Bangsa

The Ganers : Kapal Hebat Karya Anak Bangsa Yang Tak Dilirik Pemerintah

“Kita belum punya kapal yang bisa ambil langsung sampah. Pelindo misalnya, punya kapal pengangkut sampah. Tapi fungsinya hanya untuk mengangkut.."

Penulis: Aji Bramastra | Editor: Aji Bramastra
Idham Aulia untuk suryamalang.com
Idham (tengah) bersama rekan-rekan yang membantunya merancang The Ganers. 

SURYAMALANG.COM, SURABAYA - Tak terhitung sudah berapa karya hebat anak bangsa yang lahir dari Surabaya. Tapi, tak terhitung pula yang tak dilirik pemerintah. Kapal The Ganers, karya hebat dari ITS, bisa jadi bernasib sama.

Idham Aulia namanya. Ia baru saja lulus dari Teknik Kelautan ITS Surabaya pada Maret 2015 lalu.

Memakai kemeja putih yang padu padan dengan celana blue jeans, anak muda kelahiran Ujung Pandang, 21 September 1992 ini begitu ramah, saat menyempatkan diri bertemu dengan Surya di Kampung Inggris, Pare, Kediri, Sabtu (24/10/2015) lalu.

Lepas dari ITS, ia berusaha menggapai beasiswa melanjutkan kuliah di luar negeri. Ia mengaku tengah mempersiapkan segalanya, termasuk soal cas-cis-cus berbahasa Inggris.

“Sebenarnya TOEFL sudah di angka 500, tapi masih kurang pede dengan kemampuan berbahasa Inggris aktif. Makanya sekarang berguru di sini,” katanya sambil tertawa.

Idham kemudian memperlihatkan gambar kapal karyanya di laptop miliknya.

“Inilah The Ganers, atau The Garbage Cleaner Ship. Ini bukan hanya saya yang rancang, ini kerja kelompok,” terang Idham.

Kapal ini memang unik, karena tak hanya dirancang oleh mahasiswa dari bidang ilmu kemaritiman saja. Rancang bangun kapal ini merupakan proyek gado-gado, sumbangan pemikiran dari mahasiswa lintas jurusan di ITS.

Selain Idham, ada nama Titis Wahyu Pratiwi, Ardiansyah, Windy Kamesworo, dan Sabella Nisa Saputra sebagai perancangnya.

Butuh waktu lama untuk menerangkan detail dari kapal ini. Tapi, secara garis besar, kapal yang memenangkan penghargaan bergengsi Satu Indonesia Award 2014 (diselenggarakan oleh PT Astra International) itu berfungsi sebagai kapal pengeruk sampah.

Menurut Idham, karya ini menang karena dianggap memecahkan solusi yang dialami banyak daerah di Indonesia : sampah di perairan.

Jakarta, ibukota Indonesia, adalah satu contoh saja daerah yang dipusingkan dengan masalah ini.

“Kita belum punya kapal yang bisa ambil langsung sampah. Pelindo misalnya, punya kapal pengangkut sampah. Tapi fungsinya hanya untuk mengangkut saja, bukan mengambil langsung,” sebut Idham.

The Ganers, kata Idham, bakal memberikan banyak manfaat. Yang terbesar terutama soal efisiensi.

Dari studi yang dilakukannya, sejauh ini, pengambilan sampah di laut memakai banyak tenaga pekerja. Belum lagi alat-alat berat yang harga dan biaya operasionalnya juga mahal.

Sementara The Ganers, hanya memerlukan dua orang pekerja saja.

“Beaya untuk membangun kapal ini sekitar Rp 800 juta. Memang cukup besar, tapi tetap jauh lebih kecil daripada apa yang kita lakukan saat ini,” cetus Idham.

Sayang, pemerintah, melirik pun tidak. Meski karyanya mendapat pengakuan dari sejumlah akademisi nasional di ajang Satu Indonesia Award, tapi belum ada sedikitpun tanda pemerintah tertarik membeli karyanya.

Pernah, kata Idham, ia dijanjikan seseorang untuk dipertemukan dengan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini. Ia sudah terlanjur membayangkan Risma akan membantu membawa karya ini ke Istana Negara.

“Tapi, ya hanya sebatas janji. Sampai sekarang tidak pernah ada undangan bertemu Ibu Wali Kota,” ucap Idham.

Anak dari Ir M Basir Nappu, seorang peneliti di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan ini mengakui, belum sampai mencoba ke Jakarta atas inisiatifnya sendiri. Menghadap Basuki ‘Ahok’ Tjahaja Purnama, misalnya, atau lebih nekat lagi, bertemu Presiden Jokowi.

“Saya enggak tahu jalannya. Bagaimana prosedurnya agar karya ini diwujudkan negara,” keluhnya.

Namun, meski harapannya belum terwujud, Idham menegaskan tak patah semangat mewujudkan mimpinya : melihat The Ganers berlayar.

Ia sendiri juga sudah cukup senang mendapat penghargaan dari Astra. Menurut Idham, momen itu melecut semangatnya bahwa kapal ini memang layak diperjuangkan.
“Penghargaan itu bagi saya adalah pengakuan di rumah kita sendiri. Di tengah rendahnya apresiasi pemerintah, masih ada pihak yang mengangkat karya anak bangsa ke permukaan,” sebut Idham. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved