Kediri

Antropolog Belgia Tertarik Topeng Panji, Menurutnya Ada Pesan dan Makna Filosofis di Kesenian Ini

Karena penasaran, Patrick bersemangat untuk menelitinya. Beberapa daerah di Jateng, Jogjakarta dan Jatim telah dikunjungi untuk bahan penelitian dan..

Penulis: Didik Mashudi | Editor: musahadah
surya/didik mashudi
Patrick Vanhoebrouck peneliti Antropologi asal Belgia saat membawakan orasi budaya di rumah Persada Sukarno. 

SURYAMALANG.COM, KEDIRI - Topeng panji bagi peneliti Antropologi Patrick Vanhoebrouck bukan sekadar topeng kayu, tetapi ada nilai keselarasan dengan alam.

"Topeng Panji penuh dengan pesan, makna dan nilai filosofis. Salah satunya menjaga hubungan baik dengan alam sekitar," ungkap Patrick Vanhoebrouck, saat membawakan orasi budaya di rumah Persada Sukarno Desa Pojok, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri, Senin (25/5/2016).

Peneliti Antropologi asal Belgia itu mengaku tertarik meneliti topeng Panji setelah mengenalnya  pada 2003.

Ketika itu dia berkunjung ke tempat wisata yang menjual topeng Panji.

Selanjutnya Patrick bertanya untuk apa topeng tersebut. Sang penjual topeng kemudian menjelaskan jika topeng Panji untuk menari.

Saat ditanya tempat para seniman topeng Panji menari, sang penjual tidak mengetahui.

Karena penasaran, Patrick bersemangat untuk menelitinya. Beberapa daerah di Jateng, Jogjakarta dan Jatim telah dikunjungi untuk bahan penelitian dan kajiannya.

Di rumah Persada Sukarno itulah dia memaparkan hasil kajiannya.

Selain menampilkan Patrick, kegiatan Ngaji Budaya juga dimeriahkan puluhan seniman dari berbagai daerah.

Di antaranya seniman Tari Topeng Klono Joko persembaham grup kesenian Wayang Topeng Jati Duwur - Kabupaten Jombang.

Kemudian ada fragmen tari Panji Gumelar dari Sanggar Sasono Panji Saputro Kediri.

Dilanjutkan dengan Monolog “Enthit Ngarit“ dalam bentuk janturan bersama Agus Bimo (Mbah Merapi) bersama kru seniman pendukungnya.

Ada juga fragmen Panji Tani hasil kolaborasi bersama Kediri Bertutur dengan Agatta Aurellia penari dari Namarina Ballet Jakarta, Uni dan Iik Suryani penari dari Surakarta dengan iringan musik Mbah War.

Kemudian dilanjutkan tembang dolanan “Ilir - Ilir“ didukung Abednego Kurniawan dengan iringan musik Mbah War – Kediri.

Sebagai penutup digelar kesenian “Rampokan” dari grup Jaran Kepang Wargo Putro Budoyo - Kediri.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved