Malang Raya

Ini Cerita Mochtar Riady, Sang Pengusaha Sukses saat Kembali ke Malang

“Saya itu ditinggal oleh ibunda tercinta saat berusia sembilan tahun. Sehingga saya dibesarkan oleh ayah saya. Ibunda saya meninggal karena sakit,"

Penulis: Sany Eka Putri | Editor: fatkhulalami
SURYAMALANG.COM/Sany Eka Putri
Mochtar Riyadi, Founder and Chairman of Lippo Group membagikan buku otobiografinya Manusia Ide pada Saifullah Yusuf, Wakil Gubernur Jawa Timur di Malang Town Square (Matos), Jalan Veteran, Kota Malang, Senin (13/6/2016). Dalam acara ini juga dilaunching Link-Net First Media, penyedia layanan internet pita lebar dan TV berbayar Indonesia. 

SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Siapa yang tak kenal dengan sosok Mochtar Riady (87). Pemilik sekaligus pendiri Lippo Group ini, masih sehat dan masih sangat bersemangat. Ia berdiri di podium dalam peluncuran First Media untuk pertama kalinya di Kota Malang, di Atrium Matos, Senin  (13/6/2016).

Tentunya ia tak hanya berdiri saja, ia bercerita bahkan ia bernostalgia dan mengingat kenangan saat di Malang. Pengusaha kelahiran 12 Mei ini, merasa senang sekali bisa hadir kembali di kota kelahirannya, yaitu Malang.

Setibanya di Malang beberapa hari lalu sebelum peluncuran, iapun mengunjungi beberapa lokasi di Kota Malang. Seperti ke Pecinan, Gang Titoni, Pasar Kebalen. Yang ia lakukan di situ ialah bernostalgia. Meskipun ia lahir di Kota Batu, ia dibesarkan di Kota Malang. Karena di Malang ia mendapatkan pendidikan dan kesempatan hidup yang lebih baik.

“Saya itu ditinggal oleh ibunda tercinta saat berusia sembilan tahun. Sehingga saya dibesarkan oleh ayah saya. Ibunda saya meninggal karena saat itu tidak ada rumah sakit yang bisa menangani beliau,” ujar dia saat berdiri di atas podium.

Hal itulah, yang mendasari dirinya untuk rencana membangun Rumah Sakit di Kota Malang. Bahkan, Mochtar mengatakan tahun ini kalau bisa harus jadi rumah sakitnya.

“Ya secepatnya. Karena itu merupakan hal yang penting untuk masyarakat,” kata dia.

Lantas, para undangan sejenak termenung dan terbawa oleh cerita masa-masa Mochtar. Orangtuanya serta kakaknya dan juga keluarganya yang telah tiada semua dikebumikan di Kota Malang.

Mochtar melanjutkan ceritanya semasa ia masih kecil. Yang bikin ia bisa bertahan hidup sampai saat ini, ialah keteguhannya dengan prinsip hidupnya.

Ternyata, Mochtar dulu hanya mendapatkan uang jajan sehari sebesar 1 sen saja. Sementara ia harus membeli nasi seharga 2,5 sen. Ia harus mengumpulkan uang selama dua hari sampai ia bisa makan nasi. Sedangkan teman-temannya, sehari bisa makan sehari dua kali.

“Sering juga teman-teman saya mengajak saya makan, tetapi saya menolak. Tidak usah, saya bisa makan dengan uang jajan saya sendiri. Padahal posisi perut sudah keroncongan lapar,” tutur suami dari Li Li Mei (Suryawati Lidya) sembari diiringi tawa oleh para undangan.

Bagi Mochtar, hal yang tidak menyenangkan ialah sebuah kebehagiaan. Dari situlah, ia mendapatkan pendidikan dan pengalaman luar biasa yang tak terbayarkan oleh siapa saja. Ia pun tipe orang yang senang bertanya. Hal ini ia buktikan ketika ia bertanya kepada gurunya.

“Saat itu, saya bertanya kepada guru saya. Kenapa harus ada orang kaya dan orang miskin. Dan guru saya hanya menjawab, karena ada imperialisme dan kapitalisme. Singkat tetapi membuat saya penasaran. Itulah yang membuat saya membaca bukunya Karl Marx,” imbuhnya.

Mochtar sangat memperhatikan keadaan sekitar. Seperti pendidikan, rumah sakit. Informasi sangat penting dimiliki oleh setiap orang. Ia melihat potensi saat ini informasi akan lebih cepat di dapat, bahkan menurutnya suatu saat kantor bank, dan ATM (anjungan tunai mandiri) tidak akan berfungsi lagi.

Ia menyatakan, ke depan akan lebih dihadapkan melalui tren perkembangan yang luar biasa. Seperti EAC (economi asean community), Trans Pasific Trandership.

“Kita harus melihat seberapa jauh kita siap untuk bersaing. Menghadapi kompetisi dunia ini sangat penting. Saya sangat berharap Kota Malang bisa memberikan pendidikan gratis. Karena saya lahir di Malang dan saya kembali ke Malang,” tuturnya.

Selain itu, Mochtar juga meluncurkan bukunya yakni yang berjudul ‘Manusia Ide’. Dalam buku ini, lebih menceritakan tentang otobiografi Mochtar Riady. Dengan menceritakan tentang kepribadian Mochtar. Buku ini ia tulis sendiri dengan menceritakan pengalaman hidupnya yang penuh suka dan duka.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved