Malang Raya

Praline Cokelat Topeng Malangan Bisa Dimakan Lho, Ini Buktinya

"Karena steril dan sudah kami uji coba selama setahun. Empat kali kami melakukan uji coba sampai mendapatkan hasil yang pas dan tidak membahayakan,"

Penulis: Sri Wahyunik | Editor: fatkhulalami
SURYAMALANG.COM/Sri Wahyunik
Topeng Malangan 

SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Topeng Malangan selama ini dibuat dari berbagai bahan, seperti kayu juga bubur kertas. Topeng Malangan ada memang untuk pertunjukan tari. Tetapi kekinian, Topeng Malangan bisa dijadikan pajangan di rumah, suvenir, dan yang terbaru praline alias permen cokelat.

Ya, di tangan Joko Rendy (50) dan istrinya, Maria Karmela (40), Topeng Malangan bisa dimakan. Sebab bahan yang dipakai adalah cokelat. Penganan ini merupakan olahan cokelat yang dibentuk Topeng Malangan.

Bentuknya mulai dari kecil, sedangkan sampai besar. Dilihat sepintas, orang tidak menduga topeng-topeng kecil itu merupakan praline. Sebab bentuknya adalah miniatur Topeng Malangan, berwarna cokelat, biru, putih, oranye, juga ungu.

"Kalau saya tawarkan ke orang, mereka bertanya apa bisa dimakan. Ketika tahu bisa dimakan, katanya malah 'eman', bingung mau makan dari mananya," tutur Maria yang ditemui Surya di bengkel Joko Rendy di Brawijaya Edupark, Minggu (12/6/2016).

Bentuk topengnya terlihat jelas. Ukiran ciri khas topeng terlihat. Lekuk mata, hidung, dan mulut juga timbul. Ketika tidak dilihat secara teliti atau tidak dibau, maka orang menduga itu miniatur Topeng Malangan itu bukanlah penganan berbahan cokelat.

Joko yang menyebut dirinya replikator menambahkan, terdapat 12 wajah tokoh di Topeng Malangan, dibuatnya dalam bentuk praline. ke-12 tokoh itu antara lain Dewi Sekartaji, Panji, Gunung Sari, Ragil Kuning, juga Bapang, dan Kelono.

Praline Topeng Malangan ini dicetak dalam sebuah cetakan topeng dari silikon. Meskipun cetakannya dari Silikon, Joko menegaskan jika cetakannya aman.

"Karena steril dan sudah kami uji coba selama setahun. Empat kali kami melakukan uji coba sampai mendapatkan hasil yang pas dan tidak membahayakan kesehatan," ujarnya.

Ditambah lagi, praline buatan pasutri itu telah didaftarkan ke Dinas Kesehatan KOta Malang. Meskipun selama setahun melakukan uji coba, penganan itu baru diluncurkan untuk khalayak umum awal Juni lalu.

Joko dan Maria mulai memproduksi dalam jumlah banyak beberapa hari menjelang Ramadan ini. "Awalnya hanya latihan untuk mahasiswa Universitas Negeri Malang yang berkunjung kesini, sekalian latihan membuat Topeng Malangan tetapi bahannya kali ini cokelat. Hasilnya dibuat suvenir dan dibawa pulang," imbuh Joko.

Selain itu, sang istri juga mengisi acara cooking class yang diadakan ibu-ibu di beberapa kecamatan di Kabupaten Malang. Salah satu mater dalam cooking class itu adalah membuat praline Topeng Malangan.

Joko bersyukur jika hasil dari cooking class bisa dipraktikkan oleh ibu-ibu, dan produk mereka bisa dijual.

Saat ini, Joko memiliki 100 cetakan praline Topeng Malangan ukuran kecil. Padahal sang istri dalam sehari bisa membuat 500 praline. Karena terkendala cetakan, sehingga Maria harus bergantian untuk mencetak praline tersebut.

Praline Topeng Malangan itu dijual seharga Rp 65.000 untuk satu pak berisi 25 praline. Sedangkan untuk suvenir bisa dibeli seharga Rp 10.000 per 3 praline. Untuk praline Topeng Malangan ukuran sedang dijual seharga Rp 15.000 per biji.

"Kami orientasinya bukan produksi massal, tetapi lebih untuk edukasi kepada masyarakat agar lebih mengenal Topeng Malangan," pungkas Joko.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved