Malang Raya

Smartrash, Alat Pemilah Sampah Otomatis Buatan Mahasiswa Universitas Negeri Malang

"Yang memilahkan jenis sampahnya adalah sensornya. Sehingga ketika sampah dimasukkan, alatnya menyensor mana sampah organik dan non organik,"

IST
Smartrash, alat pemilah sampah otomatis buatan mahasiswa Universitas Negeri Malang 

SURYAMALANG.COM, LOWOKWARU - Alat pemilah sampah otomatis buatan mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) atau smartrash lolos mengikuti Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) di IPB Bogor mendatang. Smartrash masuk bidang PKM (Program Kreatifitas Mahasiswa) Karsa Cipta.

Kreatornya adalah tiga mahasiswa Fakultas Teknik yang diketuai oleh Lucky Pradita. "Ide awalnya pembuatan smartrash ini adalah melihat masyarakat masih membuang sampah sembarangan. Tidak menghiraukan fungsinya meski di kotak-kotak sampah sudah jelas dituliskan," ujar Lucky kepada SURYAMALANG.COM, Rabu (3/8/2016).

Sehingga, mahasiswa semester enam Teknik Mesin ini berfikir tentang tempat sampah yang memisah otomatis. Akhirnya dibuatlah alat tersebut.

"Yang memilahkan jenis sampahnya adalah sensornya. Sehingga ketika sampah dimasukkan, alatnya menyensor mana sampah organik dan non organik," jelas Lucky.

Pengerjaan dilakukan sejak Februari sampai Juni 2016 lalu. Tinggi tempat sampah ini satu meteran dengan panjang 70 cm dan lebar 30 cm.

"Tempat sampahnya hanya satu pintu. Setelah sampah masuk dan disensor, akan ada terpisah otomatis sesuai jenis sampahnya," terang dia. Bahan smartrash dari plat stainless steel

Ditambahkan Heru Suryanto, dosen pembimbing tim PKM KC ini, smartrash jika dikembangkan nanti masih belum bisa dipakai di tempat umum. "Mungkin untuk perkantoran. Karena ini menyangkut keamanan," jelas dosen Teknik Mesin ini.

Alasannya ada alat sensor yang harganya lumayan. "Kalau di perkantoran lebih efisien karena keamanan lebih terjamin," katanya.

Menurut dosen ini, pembuatan alat menyesuaikan dananya. "Biasanya kan dapat Rp 12,5 juta. Namun sekarang untuk PKM kan paling tinggi Rp 7,5 juta," ujarnya.

Ditambahkannya, waktu ujicoba, alat sensornya sempat rusak. Sehingga kemudian membeli lagi. Padahal sensor termasuk alat yang mahal dan harus dibeli.

"Semoga Smartrash bisa menang di Pimnas. Begitu juga dengan lomba posternya. Sehingga bisa menyumbang kemenangan UM," harapnya. Di Pimnas, UM memberangkatkan 23 tim.

Selama tiga hari sejak Rabu (3/8/2016), tim masuk karantina di Hotel Aster Kota Batu. Selanjutnya pada Sabtu (6/8/2016) akan berangkat ke Pimnas lewat perjalanan darat ke IPB Bogor.

Pelepasan tim ke karantina oleh Rektor UM, Rofiudin dan para pejabat lainnya. UM ingin menang sebagai juara umum di Pimnas.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved