Malang Raya
Tak Terawat Bertahun-tahun, SMKN 6 Kota Malang Resmikan Kembali Rumah Kompos
Di rumah kompos ini setidaknya ada dua mesin, yakni mesin pencacah plastik dan mesin pencacah daun
Penulis: Sany Eka Putri | Editor: eko darmoko
SURYAMALANG.COM, KEDUNGKANDANG – Aktivitas Rumah Kompos di SMKN 6 Kota Malang yang sempat terhenti dan tidak terawat selama beberapa tahun kini diresmikan kembali. Padahal rumah kompos ini keberadaanya sudah lama, hanya saja karena lokasinya di belakang sekolah dan kurang pengembangan, siswa SMKN 6 memiliki inisiatif untuk menghidupkan kembali rumah kompos ini. Di rumah kompos ini setidaknya ada dua mesin, yakni mesin pencacah plastik dan mesin pencacah daun.
Sejumlah siswa SMKN 6 sedang asik merawat tanaman dari hasil pupuk kompos yang diolah oleh siswa dari sampah yang terkumpul. Setidaknya ada lebih dari 5 jenis tanaman yang ditanam di halaman Rumah Kompos itu. Diajeng Pitaloka Dewi, siswa kelas XI Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ), satu di antara siswa yang mendapat pembelajaran di rumah kompos mengatakan, tugasnya ialah mengumpulkan sampah di sekitar sekolah, lalu dibawa ke Rumah Kompos ini. Sampah-sampah yang bisa didaur ulang, diolah untuk dimanfaatkan.
“Banyak manfaatnya. Kemarin kami membuat bunga raksasa dari sampah plastik bekas. Kalau plastik atau botol plastik ini kami pilah-pilah. Mana yang bisa diolah dengan mesin mana yang bisa dimanfaatkan jadi barang berguna,” katanya, Rabu (10/8/2016). Diajeng melanjutkan, rumah kompos ini hanya gudang kecil. Setelah dirombak ia dan teman-temannya bisa memanfaatkan rumah kompos ini.
Pembina Lingkungan Rumah Kompos SMKN Kota Malang, Sulaiman Sulang, mengatakan peresmian kembali Rumah Kompos ini juga berkaitan dengan Adiwiyata Mandiri yang diperolah sekolah pada tahun 2012 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Pihaknya tak ingin setelah mendapatkan penghargaan itu merasa puas lantas melupakan hal yang berkaitan dengan lingkungan, salah satunya ialah Rumah Kompos.
“Setelah penghargaan itu, belum ada implementasi nyata di sekolah. Kami memang dikenal dengan pengolahan di bidang lingkungan. Banyak kunjungan juga. Kami ingin semakin berkembang rumah kompos ini sebagai media pembelajaran,” katanya.
Tak hanya itu saja, dari hasil yang sudah diperoleh seperti pupuk, lalu barang daur ulang lainnya, Rumah Kompos ini akan berfungsi sebagai rumah produksi. Sehingga bisa memberikan manfaat dari segi materiil. Selain itu, SMKN 6 juga menerapkan sistem Bank Sampah. Semua siswa bisa menjual sampah-sampah daur ulang dan bisa dimanfaatkan ke sekolah.
Kepala SMKN 6 Dra Dwi Lestari, menambahkan bank sampah ini sisiwa bisa mendapatkan uang dari sampah yang terkumpul. Sampah-sampah yang bisa dimanfaatkan misalnya sampah botol bekas, atau kardus.
“Yang baru ya bank sampah ini. Siswa diajari agar berfikir cerdas. Memanfaatkan barang yang sekiranya tak terpakai atau bekas, dan menghasilkan hal yang luar biasa,” tuturnya.
Pihaknya melibatkkan seluruh siswa SMKN 6 Kota Malang mulai dari kelas X hingga kelas XII. Dikatakannya, karena sudah diresmikan oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Malang, ke depan, pihaknya ingin terus ada perkembangan dari Rumah Kompos ini.
