Entertainment
Tahu Istri Tak Sadarkan Diri, Ini Barang Pertama yang Dicari Tukul Arwana
"Mas, itu, Bu Haji pingsan," Tukul masuk dan menyaksikan Susiana dalam kondisi tak sadarkan diri.
Penulis: Aji Bramastra | Editor: Aji Bramastra
SURYAMALANG.COM - Istri Tukul Arwana, Susiana atau Susi Similikiti, meninggal dunia pada Selasa (23/8/2016).
Susiana meninggal di rumah kediaman mereka, di Jalan Haji Jian, Cipete, Jakarta Selatan.
Dalam kesaksian kerabat Tukul, Tukul mengetahui istrinya itu sudah tak sadarkan diri di ranjang kamar, sebelum akhirnya pergi selama-lamanya.
Dalam wawancara oleh radio El Shinta, Ari, adik Tukul, mengisahkan, saat Susiana berada di kamar sendirian saat ia tak sadarkan diri.
Sementara Tukul dan anggota keluarga lain, yakni anaknya Jovan, serta adik-adik Tukul, yakni Bendel, Ari, dan Kopet, tengah menonton televisi bersama.
Lantaran Susi tak kunjung keluar dari kamar, Jovan pun masuk ke kamar tersebut untuk memanggil ibunya.
Setelah masuk, Jovan mendapati Susi dalam keadaan telentang seperti tengah tidur di kasur, namun matanya terbuka.
"Kata Jovan, 'Mama tidur tapi, kok, melek.' Kemudian dia bilang sama Mas Kopet, yang momong dia," tutur Bendel.
Setelah Kopet masuk dan mendapati keadaan Susi yang tak lazim, ia memanggil Tukul dan Ari.
"Mas, itu, Bu Haji pingsan," lapor Kopet kepada Tukul.
Tukul masuk dan menyaksikan Susiana dalam kondisi tak sadarkan diri.
Tahu istrinya tak sadarkan diri, Tukul mulai cemas.
"Eh nih gimana nih, Susi gak mau bangun," kata Tukul.
Anggota keluarga lain lalu masuk ke kamar.
Menurut cerita Ari, saat itu, hal pertama yang dilakukan Tukul adalah mencari minyak kayu putih.
"Sudah dikasih minyak kayu putih, tapi sudah nggak ada tanda-tanda," ujar Ari.
Setelah diperiksa, tubuh Susi memang telah dingin dan tak lagi memberikan reaksi.
"Saya periksa itu tangannya udah dingin. Badannya digoyang-goyang, tangan saya tekuk-tekuk, nggak bergerak. Saya udah mikir, ini pasti udah nggak ada," sambung Ari.
Sebelum meninggal dunia, pada pagi harinya, Susi minta ditemani ke klinik kesehatan untuk memeriksakan penyakit asma yang telah lama ia idap.
Mereka pun pergi ke klinik di kawasan Blok M. Susi tak menceritakan hasil pemeriksaan di klinik tersebut.
"Bu Haji enggak bilang sih, hasil periksanya apa. Saya cuma tanya, 'Ada obatnya?' Katanya, 'Ada,'" ujar Ari menirukan respon Siti.
Kemudian, Susi pun pergi menghadiri pengajian ibu-ibu di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan.
Kondisi Susi saat itu masih baik-baik saja dan tak menunjukkan tanda-tanda sakit.
Sepulangnya dari pengajian Susi mendapat kabar putranya, Jovan, dipulangkan dari sekolah lantaran tengah sakit.
Jika keesokan harinya Jovan hendak masuk sekolah seperti biasa, pihak sekolah meminta surat keterangan sehat dari dokter.
Lantaran hari telah sore, Susi yang hendak mencari surat keterangan sehat untuk putranya memilih untuk lebih dulu melaksanakan salat Magrib.
Sementara di dekatnya, mukena yang telah dikenakan Susi masih belum terlipat di atas sajadah.
Tukul, dikisahkan Ari, tampak amat gelisah dan belum menerima istrinya telah tiada.
"Mas Tukul gelisah aja gitu. Bolak-balik ke kamar. 'Aduh, gimana ini?' kata dia. Lalu dia minta Dokter Herman datang, tapi dokternya ternyata lagi dinas. Akhirnya dibawa ke rumah sakit. Itu sekitar jam setengah tujuh malam," tutur Ari.
Setelah dibawa ke Rumah Sakit Brawijaya, dokter menyatakan perempuan berusia 48 tahun itu telah meninggal.
"Kata dokter, Bu Haji udah meninggal kira-kira sejam yang lalu," ucap Bendel.
Kini, jenazah Susi telah disemayamkan di rumah duka.
Rencananya, jenazah akan dikebumikan di TPU Bunga Cempaka, Antasari, pada Rabu (24/8/2016) pukul 10.00 WIB setelah disalatkan di musala dekat rumah. (*)