Malang Raya

Pariwisata Kota Malang Butuh Promosi yang Tepat

“Intinya kita punya potensi buat go internasional. Potensi Kota Malang berbeda dengan Kota Batu dan Kabupten (Malang),"

Penulis: Aflahul Abidin | Editor: fatkhulalami
SURYAMALANG.COM/Hayu Yudha Prabowo
Mahasiswi Pariwisata dan Perhotelan. Pendidikan Vokasi Universitas Brawijaya Malang menunjukan stiker dalam aksi memperingati Hari Pariwisata Internasional di Alun-alun Tugu, Kota Malang, Selasa (27/9/2016). Massa aksi menekankan perlunya promosi wisata Kota Malang melalui media massa dan media sosial untuk membuka celah informasi wisatawan lokal dan mancanegara. 

SURYAMALANG.COM, KLOJEN – Mengembangkan pariwisata di Kota Malang butuh bentuk promosi yang tepat. Promosi itu bisa melalui media sosial dan media masa. Promosi bukan hanya membuka celah informasi bagi para pewisata lokal maupun mancanegara, tapi juga sebagai bentuk eksistensi untuk bersaing dengan potensi wisata daerah lain.

“Intinya kita punya potensi buat go internasional. Potensi Kota Malang berbeda dengan Kota Batu dan Kabupten (Malang). Salah satu potensi itu ada di perguruan tinggi. Ada sekitar 50 perguruan tinggi swasta dan negeri yang bisa dijadikan sebagai aset pariwisata,” kata Pengamat Pariwisata Universitas Brawijaya Faidlal Rahman, sela acara peringatan Hari Pariwista Sedunia di Alun-alun Tugu, Selasa (27/9/2016).

Untuk bisa bersaing secara internasional, Kota Malang harus mempercepat proses standarisasi usaha pariwisata. Saat ini, ia menyebut belum semua bidang dan sisi terstandar sesuai aturan undang-undang. Menurutnya, lisensi standar itu penting untuk menghadapi persaingan global yang dapat berpengaruh terhadap sektor pariwisata.

Ia menyarankan agar pemerintah kota mendukung dan mendoorong even-even menarik yang dibuat bukan hanya oleh pemerintah kota. Event menarik yang dibuat oleh warga, baik dari akademisi maupun bukan, harus didukung dengan promosi yang tepat. Hal itu sudah dilakukan oleh beberapa daerah. Kota Malang, menurut dia, harus turut serta turun membantu pengembangan pariwisata.

“Dalam aksi ini, kami ingin juga menyuarakan makna pariwisata yang seharusnya tidak hanya bisa dinikmati oleh pelaku industri, tapi juga oleh masyarakat lain. Mulai dari pejalan kaki, pedagang asongan, dan orang-orang lain yang bergiat di bidang pariwisata,” ucapnya.

Dari sisi infrastruktur, Faid, sapaan akrabnya, memandang akomodasi yang mempuni dan beragam bisa dijadikan produk unggulan. Selain memiliki bus pariwista Malang City Tour (Macito), pemkot juga harus menggairahkan transportasi lain agar bisa dinikmati wisatawan. Faid mencontohkan, pemaksimalan transportasi becak yang tidak tertangani.

Salah satu mahasiswa UB jurusan perhotelan yang ikut dalam aksi itu, Ririt, mengaggap, dunia pariwista tidak ada matinya. Salah satu sumbangsih yang bisa diberikan mahasiswa untuk memajukan suatu daerah, kata dia, adalah dengan menganalis kondisi suatu tempat pariwisata. Dengan begitu, bisa diketahui kurang-lebihnya suatu objek wisata.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved