Malang Raya
Ternyata Ini Penyebab Oknum Aremania Serbu Semeru Art Galery dan Pukul Seniman Sampai Terluka
Si pemukul, merupakan seorang remaja laki-laki, memakai tangan kosong. Akibat pukulan itu, pelipis kanan Dandung bocor.
Penulis: Sri Wahyunik | Editor: fatkhulalami
SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Oknum Aremania marah dan mengamuk di Semeru Art Galery Jl Semeru Kecamatan Klojen Kota Malang, lantaran merasa diteriaki kata-kata kotor (Jawa : dipisuhi) dari lantai 3 tempat tersebut.
Lantai 3 Semeru Art Galery merupakan kafe. Ketika peristiwa itu terjadi, Jumat (30/9/2016) malam, sejumlah pengunjung berada di kafe tersebut.
"Mereka mengatakan kalau ada yang misuhi mereka, dari lantai 3," tutur pembina Semeru Art Galery, Dandung Prasetyo (53) kepada SURYAMALANG.COM, Sabtu (1/9/2016).
Itulah alasan yang didapatkan Dandung, dan Indra Setiawan (25), seniman di tempat itu, ketika menemui 50-an orang yang memakai atribut Arema dan Aremania.
Menjelang pukul 20.00 Wib, Dandung dan Indra berbincang tentang rencana pameran yang akan digelar di Semeru Art Galery, serta pendidikan dan pelatihan seni. Perbincangan dilakukan di ruangan kecil di belakang ruang pamer di lantai 1.
Saat berbincang itulah, terdengar keramaian dari arah ruang pamer galeri. Dandung dan Indra bergegas menuju ruang pamer. Ternyata di ruang itu, sudah dipenuhi puluhan suporter sepak bola itu.
Dandung dan Indra menyebut mereka adalah Aremania, karena sebagian besar memakai atribut Arema dan Aremania. Mereka juga membawa spanduk bertuliskan 'Aremania Guyub Rukun'.
Dandung yang juga Arema bertanya kepada mereka kenapa marah-marah. Jawabnya, ternyata kelompok itu merasa diteriaki kata-kata kotor dari arah kafe. Saat Dandung dan Indra mencoba mengajak bicara kelompok itu secara baik-baik, mereka marah.
"Tidak bisa diajak bicara, sudah marah. Akhirnya merusak sketsel yang ada di depan pintu itu, memukul helm saya, dan tiba-tiba saya sudah agak gelap dan nggliyeng, ternyata ada yang mukul saya," ujar Dandung.
Indra melihat pemukulan itu. Si pemukul, merupakan seorang remaja laki-laki, memakai tangan kosong. Akibat pukulan itu, pelipis kanan Dandung bocor.
Usai Dandung terluka, dan pelipisnya berdarah, kelompok orang itu pergi.
"Mereka tiba-tiba pergi begitu saja. Dan ketika yang ada di lantai atas (kafe) saya tanya apakah ada yang misuhi, ternyata tidak ada," lanjut pelukis tersebut.
Meski pelipisnya bocor, helmnya rusak, dan penyekat ruangan robek, Dandung tidak melaporkan peristiwa itu ke polisi. Ia merasa pelaporan itu nantinya tidak banyak berpengaruh.
"Saya memang tidak lapor polisi, ya karena tidak akan banyak berpengaruh. Tetapi melihat kejadian ini, yang saya harapkan Arema (Arema Cronus) tidak bermain di Gajayana, karena stadion ini berada di tengah kota, menjadi pusat. Rentan terjadi gesekan kalau bertanding di sini, sebaiknya tetap di Stadion Kanjuruhan saja," tegasnya.
Peristiwa sekitar lima menit itu, terjadi sebelum Arema Cronus bertanding melawan Mitra Kukar di Stadion Gajayana. Pertandingan itu menjadi laga pertama setelah sekitar lima tahun, Arema meninggalkan Stadion di Kota Malang itu. Selama lima tahun terakhir, Arema Cronus memakai Stadion Kanjuruhan sebagai kandang bertanding.
Jika nantinya akan digelar pertandingan lagi di Stadion Gajayana, lanjutnya, jajaran Polres Malang Kota siap mengawal dan mengamankan pelaksanaan pertandingan itu.