Nasional
Muncul Tumpukan Batuan Purba di Lereng Gunung Merapi, Diduga Struktur Candi
Kawasan Lereng Gunung Merapi memang menjadi lokasi strategis dan potensial bagi orang-orang terdahulu, untuk membangun sebuah bangunan suci
SURYAMALANG.com - Kawasan Lereng Gunung Merapi memang menjadi lokasi strategis dan potensial bagi orang-orang terdahulu, untuk membangun sebuah bangunan suci, yang berfungsi sebagai tempat pemujaan atau peribadatan.
Sebab, selain dinilai mampu memberi keterangan, gunung juga dipercaya sebagai tempat bernaungnya para dewa.
Terang saja, beberapa kali masyarakat secara tak sengaja menemukan bangunan dari bebatuan yang menyerupai candi, di sejumlah daerah di Lereng Gunung Merapi.
Salah satu penemuan tersebut terjadi baru-baru ini, tepatnya di Dusun Gendelan, Desa Krinjing, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang.
Seperti yang terjadi sebelumnya, penemun itu juga sangat jauh dari unsur kesengajaan. Adalah seorang pekerja jembatan, yang menemukannya pertama kali, saat melanjutkan proyek pembangunan jembatan gantung, yang menghubungkan dua desa, antara Desa Krinjing dan Desa Paten.
Dikatakan olej Muhammad Syaiku, Pelaksana Teknik PPK Jembatan SNPT PJN Wilayah II Jawa Tengah, saat itu pekerjanya tengah melakukan penggalian menggunakan eskavator untuk membuat pondasi jembatan, pada Sabtu (9/12/16) siang.
"Tetapi, ketika mencapai kedalaman tiga meter, tiba-tiba alat berat menyandung tumpukan bebatuan. Awalnya, pekerja kami mengira itu cuma batu biasa," katanya.
Namun, setelah diperhatikan lebih lanjut, tampak bebatuan jenis andesit berwarna abu-abu itu mirip dengan batu-batu yang digunakan untuk membangun sebuah candi.
Karena diliputi rasa penasaran, Syaiku bersama pekerjanya lantas melaporkan temuan itu kepada aparat desa dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Magelang.
Seketika, Pemkab Magelang pun langsung bergerak cepat begitu mendapat laporan tersebut, dengan menghubungi pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah, untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.
Praktis, untuk sementara, proyek pembangunan jembatan sepanjang 90 meter dan lebar 1,8 meter itu dipastikan terhenti sampai batas waktu yang tidak ditentukan.
"Ya, proyek dihentikan untuk sementara. Bisa lanjut atau tidaknya, harus menunggu rekomendasi dari BPCB. Karena terkait dengan penemuan benda-benda purbakala, ini sudah menjadi kewenangan dari mereka, dan kami pun tidak mempermasalahkan," terangnya.
Sementara itu, Wahyu Kristanto, salah seorang pengkaji dan peneliti dai BPCB Jawa Tengah, memastikan jika batu-batu yang ditemukan tersebut merupakan bebatuan purbakala.
Ia menduga, bebatuan itu merupakan struktur atau komponen bangunan candi peninggalan abad ke-8 atau ke-9.
Berdasarkan peninjauan awal, bebatuan itu bukan bagian dari bangunan utama candi. Bisa jadi semacam pagar, karena tidak terlalu tinggi, kurang lebih hanya setengah meter saja.
Sedangkan untuk ukuran batu, ada bermacam-macam, berkisar antara 25-50 sentimeter, dan jumlahnya sekitar 100 bongkah.
"Jika dilihat dari segi arsitektur, batu-batu tersebut memang memiliki kesamaan dengan bebatuan yang terdapat pada candi-candi di sekitaran Lereng Merapi," tandas Wahyu.
Namun, karena data yang masih terlalu minim, Wahyu mengaku belum dapat memberi kepastian apakah bongkahan itu merupakan peninggalan kerajaan Hindu atau Budha.
"Kami harus melakukan pendalaman lebih lanjut, kami harus mengetahui bebatuan itu posisi aslinya memang disini, atau sudah mengalami transformasi dan bergeser akibat terjangan lahar. Tentu, dibutuhkan waktu untuk menganalisanya," tuturnya.
Terkait rekomendasi terhadap lanjut atau tidaknya proyek pembangunan jembatan gantung, Wahyu berjanji akan secepatnya memberi keputusan.
Toh, kelak jika benar-benar terealisasi, jembatan tersebut sejatinya dapat mempermudah proses transportasi masyarakat, dan dapat berdampak pada meningkatnya taraf ekonomi. (*)