Universitas Ma Chung
Peneliti Ma Chung Malang Buat Pewarna Alami dari Tanaman Indonesia, Simak Caranya
Selama ini, Indonesia belum memiliki pewarna alami siap pakai yang tidak membutuhkan proses panjang.
Penulis: Neneng Uswatun Hasanah | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM, SUKUN - Pewarna sintetis dalam makanan banyak menyebabkan dampak negatif bagi tubuh manusia.
Karena keprihatinan itu, peneliti Ma Chung Research Center for Photosynthetic Pigments (MRCPP) membuat pewarna alami dari tanaman Indonesia bernama NatChrom.
Renny Indrawati MNatSc daro Universitas Ma Chung mengatakan, pewarna alami memang bisa didapatkan secara langsung dari buah, sayur, dan bunga.
Misalnya daun suji yang banyak digunakan sebagai pewarna hijau pada makanan.
"Tapi diperlukan proses yang panjang untuk mendapatkannya. Belum lagi warnanya tidak tahan lama dan tidak stabil. Serta bisa mempengaruhi rasa makanan," jelasnya, Rabu (8/11/2017).
Selama ini, Indonesia belum memiliki pewarna alami siap pakai yang tidak membutuhkan proses panjang.
"Kami mulai meneliti sejak 2015 dengan teknologi mikroenkapsulasi untuk meningkatkan stabikitas pigmen, dan teknik kering beku untuk menekan kerusakan pigmen alami akibat pengaruh suhu tinggi, jadi warnanya bisa bertahan lama dan tetap bagus," lanjut dia.
Pembuatan NatChrom ini didukung dengan potensi tanaman Indonesia sebagai bahan baku pigmen alami.
"Indonesia mendapat pabcaran cahaya matahari maksimal sepanjang tahun dan kekayaan vegetasi yang memproduksi pigmen alami dari menangkap energi cahaya," terang Renny.
Lulusan Teknik Kimia itu menambahkan tanaman Indonesia, seperti kunyit, ubi jalar, mangga, manggis, dan bunga krisan kuning malah diekspor dalam bentuk bahan mentah.
"Jadi sebenarnya Indonesia memiliki potensi industri pewarna alami siap pakai karena bahan baku yang selalu tersedia," ujarnya.
NatChrom memiliki dua jenis produk, yaitu pewarna alami food grade dan produk pigmen standar dengan kemurnian 95 persen (analytical grade).
"Biasanya analytical grade ini diimpor oleh Indonesia dari Eropa yang sudah memproduksinya. Namun selama pengiriman, tidak jarang terjadi proses degradasi dan pigmen mengalami kerusakan sebagian," tuturnya.
Sedangkan pigmen food grade diproduksi sebagai alternatif pengganti pewarna sintetis pada makanan yang sekarang marak digunakan.
"Dengan potensi yang besar dari tanaman Indonesia, ia berharap produksi pigemen standar di dalam negeri bisa memenuhi kebutuhan pasar," tutupnya.