Pasuruan
Bisnis Esek-esek di Tretes, Kabupaten Pasuruan Tak Bisa Mati, Ternyata Ini Penyebabnya
Selama ini perempuan penghibur itu sudah menjalani sidang tipiring. Hasilnya, ada yang pernah didenda.
Penulis: Galih Lintartika | Editor: Zainuddin
Makanya mereka memilih bertahan di lingkungan seperti itu.
Menurut Yudha, pihaknya pernah memulangkan wanita penghibur ke rumahnya sesuai KTP.
Bahkan Yudha pun ikut mengantarkan wanita itu sampai depan rumahnya, seperti Malang, Surabaya, Bojonegoro, Bandung, Purwokerto, dan sebagainya.
Yudha pun tahu sendiri bentuk penolakan keluarga terhadap para wanitaitu
Selain itu, ada wanita yang menjadi penghibur karena faktor ekonomi.
Jadi mereka bertahan di Tretes karena tanggung jawan menghidupi anaknya.
Mayoritas yang memiliki faktor itu adakag janda dan tinggal suaminya.
Akhirnya, mereka memilih menjadi penghibur untuk menghidupi anak dan keluarganya.
“Mayoritas bukan orang Pasuruan.”
“Kalau dipresentasikan, orang Pasuruan mungkin kurang dari 10 persen.”
“Sisanya berasal dari luar Pasuruan, seperti Bandung, Purwokerto, Malang, dan sebagainya.”
“Bahkan ada perkumpulan orang dari Solo, Bandung, dan beberapa daerah lain di sini,” jelasnya.
Yudha menegaskan pihaknya tidak akan jera atau bosan memberantas pelacuran.
“Kami sudah panggil beberapa pemilik wisma.”
“tetapi banyak pemilik wisma yang mangkir atau tidak hadir tanpa alasan.”
“Setelah ditelusuri, ternyata mayoritas pemiik wisma bukan orang Pasuruan,” terangnya.