Arema Malang
Penanganan Kericuhan Arema FC Vs Persib Bandung Melanggar Aturan FIFA, Ada Kelalaian Fatal Ini
Penggunaan gas air mata di dalam stadion ini merupakan pelanggaran kode Regulasi keselamatan dan keamanan FIFA.
SURYAMALANG.COM, KLOJEN -Kericuhan di laga Arema FC Vs Persib Bandung di stadion Kanjuruhan, Minggu (15/4/2018) menjadi peristiwa yang mengusik banyak pihak.
Amuk suporter yang terjadi malam itu menjadi aksi yang lebih tragis ketika salah satu korban meninggal dunia.
Dimas Duha, Aremania asal Sukun kota Malang meninggal dunia di RSSA.
Korban jiwa dalam kejadian itu lagi-lagi menghadirkan duka bagi dunia persepakbolaan Indonesia.
Menilik peristiwa tragis pada Minggu malam itu, pola penanganan amuk massa suporter di dalam stadion dinilai menyalahi ketentuan.
Saat itu tercatat ada 212 korban yang harus dilarikan ke rumah sakit dan Puskesmas terdekat.
Mayoritas korban yang tumbang saat itu mengalami sesak nafas karena terinjak-injak atau karena pengaruh gas air mata.
Saat itu memang terlihat ada lontaran gas air mata yang diarahkan pada suporter yang merangsek dari sisi tribun Timur stadion.
Penggunaan gas air mata di dalam stadion ini merupakan pelanggaran kode Regulasi keselamatan dan keamanan FIFA.
Dalam FIFA Stadium Safety and Security Regulation pasal 19 jelas disebutkan bahwa penggunaan gas air mata dan senjata api dilarang untuk mengamankan massa dalam stadion.
Bahkan dalam pasal tersebut juga disebutkan bahwa kedua benda ini dilarang dibawa masuk ke dalam stadion.
Dalam sesi jumpa pers yang dilangsungkan hari ini, Kamis (19/4/2018), Manajemen Arema FC secara terbuka mengakui ada kelalaian dalam penanganan kericuhan pada pertandingan.
CEO Arema FC, Iwan Budianto menyebut bahwa ada kelalaian dari manajemen dan Panpel atas insiden tersebut.
Oleh karena itu, secara terbuka dirinya meminta maaf kepada Aremania atas apa yang terjadi.
"Kami akui ada kelalaian dalam penanganan insiden tersebut. Sehingga menimbulkan korban jiwa. Untuk itu, kami memohon maaf atas tindakan match steward yang mungkin melebihi batas wajar," teranganya Kamis (19/4/2018).
Lebih lanjut, Iwan Budianto menambahkan bahwa kelalaian yang dimaksud penanganan juga dari sisi persiapan sebelum pertandingan.
Ia menyebut panpel dan manajemen belum maksimal dalam mempersiapkan semuanya.
Sehingga ketika ada insiden seperti itu tim keamanana gagal menenangkan massa.
"Kami akan evaluasi semuanya. Termasuk juga match steward yang bertindak berlebihan akan kami berikan sanksi. Sebab, untuk kami di sini dari Panpel bertanggung jawab semuanya termasuk juga terkait pengamanan," pungkasnya.