Inikah Alasan Teroris Ajak Anak-anak Ledakkan Bom di Surabaya? Tega Betul, Lihat Kondisinya Sekarang

Kak Seto Datangi Anak-anak Pelaku Bom Bunuh Diri di Surabaya dan Sidoarjo? Dia Lalu ungkap kenapa mereka mau melakukan itu

Editor: Adrianus Adhi
IS
Ais atau AAP selamat saat terjadi teror bom bunuh diri di Polrestabes Surabaya. 

SURYAMALANG.com, SurabayaMasih ingat dengan AIS, Bocah 8 tahun anak pelaku bom bunuh diri di Polrestabes Surabaya yang diselamatkan polisi?

Kondisi bocah itu kini semakin membaik. AIS kini sudah masuk ke ruang inap setelah menjalani perawatan di ruang ICU sejak Senin (14/5/2018) pasca serangan bom di Polrestabes Surabaya.

"Sudah tak di ICU lagi, sudah di rawat di ruang inap," sebut Kohar Hari Santoso, Kepala Dinas Kesehatan Pemprov Jatim di RS Bhayangkara Polda Jatim, Rabu (16/5/2018).

Kohar ikut menemui AIs dan 6 anak pelaku bom bunuh diri di RS Bhayangkara bersama KPAI dan LPSK.

Menurut Kohar, AIS ini mengalami luka di beberapa tubuhnya, seperti di bagian kaki, tangan dan badan.

"Ada luka yang masih butuh perawatan, seperti luka benturan, tapi sudah baik" jelas Kohar.

Kohar menjelaskan, A sudah melewati masa kritis. Tadi saat berada di tempat tidur, kondisi stabil. Tapi, yang terpenting butuh pemulihan kejiwaan.

"Sepertinya masih ada perasaan takut, butuh penyembuhan," ucapnya.

Meski demikian, A saat diajak komunikasi sudah nyambung dan respon baik. Ada angggota keluarga juga yang menunggui.

Selain A, tiga anak lainnya dari pelaku ledakan bom juga lukanya terus membaik dan tak berat. Secara fisik stabil, tapi butuh pendampingan terus.

"Semua anak-anak terus dipantau, traumatiknya yang harus dihilangkan. Ini butuh proses dan tergantung respon pasiennya bagimana," pungkas Kohar.

Kronologi

Sekadar diketahui, AIS dibawa orangtuanya untuk melakukan aksi bom bunuh diri pada Senin (14/5/2018).

Kabid Humas Polda Jatim menjelaskan kronologi peledakan yang tepatnya berada di gerbang pemeriksaan.

"Kejadiannya tadi di pos penjagaan tapi tidak sampai masuk," kata kata Kombes Frans Barung Mangera.

"Jadi ada mobil yang mau masuk, motor ini ada di belakang," lanjutnya.

Melalui CCTV terlihat pelaku menaiki motor hendak masuk ke Mapolrestabes Surabaya.

Saat di gerbang pemeriksaan, tiba-tiba bom meledak dari motor tersebut.

Akibat insiden ini, empat polisi dan enam warga sipil menjadi korban.

Pelaku keluarga teroris yaitu Tri Murdiono (40), Tri Ernawati (43), ADAM (19), dan MDS (14) tewas di tempat.

Sedangkan, anak bungsu teroris itu selamat dari bom yang meledak di gerbang pemeriksaan.

Bocah berkerudung tersebut tampak merangkak dari samping mobil dan motor yang rusak akibat bom.

Sementara api dan asap ledakan masih mengepul, ia mencoba berdiri sensiri.

Tim inafis Polrestabes Surabaya mencoba menghampiri, namun AKBP Ronny Faisal langsung berlari menyelamatkannya.

Video penyelamatan itu langsung viral di berbagai akun media sosial. Banyak netizen yang menanyakan bagaimana nasib bocah malang itu selanjutnya?

Alasan teroris gunakan anak-anak diungkap Kak Seto

Lantas bagaimana bisa AIS dan anak-anak lain menjadi pelaku teror?

Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Seto Mulyadi yang ramah di sapa kak Seto mencoba mengungkapnya.

"Ini yang pertama di Indonesia karena anak ikut di libatkan dan anak dapat suntikan stimulasi negatif dari keluarganya melakukan teror," kata Kak Seto di Media Center Polda Jatim (16/05/2018)

Kak Seto juga menambahkan bahwa pelaku teror yang juga orang tua anak sangat paham bahwa anak-anak sangat mudah di pengaruhi.

Dengan suntikan negatif, pria yang khas dengan rambut klimisnya ini menyakini maka anak-anak bisa ikut terbawa negatif.

"Dalam hal ini, orang tua mereka sangat paham bahwa anak-anak mudah di stimulasi. Dengan stimulasi negatif, anak ikut negatif. Bila stimulasi positif tentu akan positif," jelasnya.

Sebagai solusinya, Kak Seto berharap ada peran aktif negara untuk merawat dan mendampingi anak dari pelaku.

"Saya berharap ada peran negara untuk melakukan pendampingan pada anak sehingga berada di lingkungan yang kondusif karena anak bukan pelaku tetapi jadi korban orang tua," tuturnya.

(Tribun Jatim/Januar Adi Sagita)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved