Blitar

5 Fakta Siswi SMP Blitar Bunuh Diri, Pengakuan Pengasuh Mencengangkan dan Bikin Syok

5 Fakta Siswi SMP Blitar Bunuh Diri, Pengakuan Pengasuh Mencengangkan, Ternyata Alasannya Hanya Gara-gara ini

Editor: Adrianus Adhi
Kolase Surya Malang
Ilustrasi Bunuh Diri 

SURYAMALANG.com, BlitarPeristiwa bunuh diri di kamar kos, Jalan Ahmad Yani, Kecamatan Sananwetan, Blitar pada Selasa (29/5/2018) sore mengejutkan banyak orang.

Ketika itu EPA (16), siswi SMP yang baru lulus tahun itu ditemukan tewas dengan cara menggantung di pintu kamar kos.

Apa yang menjadi alasan EPA melakukan itu? Sebelum mencari tahunya, berikut sejumlah fakta yang SURYA Malang temukan dalam peristiwa itu

1. Sempat Meminta Dibelikan Nasi

Sebelum ditemukan tewas, siswi yang baru lulus SMP itu diketahui sempat meminta pengasuhnya membelikan nasi.

Mariani sempat bilang ke EPA kalau warung makan masih tutup.

Mariani agak lama mencari nasi karena kebanyakan warung tutup pada siang hari saat Ramadan.

Setelah dapat nasi, Mariani kembali ke kamar kos.

Sesampai di kamar kos, Mariani terkejut melihat tubuh anak asuhnya menggantung di pintu kamar kos.

"Saya tidak melihat tanda-tanda aneh pada diri EPA saat berangkat membelikan nasi untuknya.

Saya memang agak lama membeli nasi karena banyak warung yang tutup," kata Mariani kepada SURYA MALANG, Selasa.

2. Dikenal Cerdas dan Pendiam

EPA, remaja 16 tahun yang gantung diri di kamar kos merupakan lulusan SMPN 1 Kota Blitar tahun ini.

Di kalangan guru, EPA tergolong murid yang pandai dan pendiam.

Hal itu diungkapkan Kepala SMPN 1 Kota Blitar, Kateman, saat dihubungi SURYAMALANG.COM, Selasa (29/5/2018).

Kateman mengaku mendapat kabar soal peristiwa itu menjelang salat tarawih. Dia mendapat kabar melalui pesan WhatsApp soal peristiwa yang menimpa EPA.

"Saya baru buka pesannya sepulang dari masjid. HP saya tinggal di rumah," kata Kateman.

Menurut Kateman, EPA merupakan siswi yang berprestasi di sekolah.

Sikap EPA di sekolah juga baik. EPA terkenal anak yang pendiam. Nilai ujian nasional EPA juga bagus.

EPA menduduki peringkat ke 30 di sekolah dengan nilai ujian nasional 359,0.

Nilai rata-rata ujian nasional EPA sekitar 89.

"Dia anaknya memang pandai. Kami ikut berduka dengan peristiwa yang menimpa EPA," ujarnya.

Kateman juga kaget mendengar kabar soal peristiwa yang menimpa EPA. Sebab, selama ini, para guru melihat EPA tidak pernah ada masalah.

Saat sidang pengumuman kelulusan, guru BK juga memberi laporan tidak ada masalah dengan para siswa.

3. Tidak ada Tanda Kekerasan

Kasubag Humas Polres Blitar Kota, Ipda Syamsul A mengatakan polisi sudah menerima laporan soal orang gantung diri.

Polisi sudah datang ke lokasi untuk olah tempat kejadian perkara (TKP).

Polisi langsung membawa jenazah korban ke RSUD Mardi Waluyo.

Hasil visum luar tidak ditemukan tanda kekerasan dalam tubuh korban.

Epa dipastikan meninggal karena bunuh diri.

"Kalau untuk motif bunuh diri masih proses penyelidikan," katanya. 

4. Khawatir Tidak Diterima di Sekolah Favorit

Teka-teki penyebab EPA bunuh diri memang masih misterius.

Walau demikian, sejumlah alasan yang diduga menjadi penyebab kematian EPA bermunculan. Salah satunya karena khawatir tidak diterima di salah satu SMA favorit di Kota Blitar.

Kabar itu disampaikan oleh kepala sekolah EPA, Kateman. Meski belum tahu detailnya dia mengakui ada kabar itu yang beredar di grup WA.

"Ada kabar soal itu di grup WA siswa yang diterima guru. Saya juga dikirimi screenshot obrolan siswa di grup WA.

Tapi kebenarannya saya belum tahu," kata Kateman.

5. Pengakuan Pengasuh

Apa sebetulnya motif EPA bunuh diri? Tidak ada yang tahu persis.

Pengasuhnya, Mariani menduga, EPA terlalu khawatir tidak bisa masuk di salah satu SMA negeri favorit di Kota Blitar.

Sebab, sistem penerimaan siswa baru SMA di Kota Blitar menggunakan sistem zonasi.

Sistem zonasi ini memang memprioritaskan anak yang berdomisili di Kota Blitar.

Sedangkan domisili EPA masih ikut orangtuanya di Kelurahan/Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar.

"Soal itu, orangtuanya sudah berusaha menenangkannya. Orangtuanya meminta EPA agar melanjutkan SMA di Srengat," ujar Mariani kepada SURYAMALANG.COM.

(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved