Jendela Dunia
Doktrin Israel Pada Tentaranya, Bisa Bunuh Musuh Bahkan Sambil Tertawa-tawa
Para sniper Israel dilatih dan didoktrin untuk membunuh wanita dan anak-anak, terutama warga Palestina, meskipun yang bersangkutan sedang hamil.
SURYAMALANG.com - Akhir-akhir ini ramai diperbincangkan terbunuhnya relawan medis Palestina, Razan Al Najjar, oleh tembakan jitu tentara Israel.
Ironisnya, bagi para sniper Israel, tindakan keji itu merupakan 'hal yang biasa'.
Bagi mereka, para sniper Israel justru dilatih dan didoktrin untuk membunuh wanita dan anak-anak, terutama warga Palestina, meskipun yang bersangkutan sedang hamil.
Para pria dan wanita Israel memang diwajibkan menjadi tentara, sebab memasuki usia 18 tahun mereka harus menjalani wajib militer.
Dengan penduduk yang semuanya tentara itu, maka dalam kondisi darurat untuk menghadapi peperangan, Israel bisa memobilisasi pasukannya dalam hitungan jam.
Pada umumnya, semua warga dan anggota militer Israel memiliki prinsip bahwa mereka adalah generasi yang survive dari korban holocoust (pembantaian massal) Nazi.
Tak ingin peristiwa kelam itu terulang, maka kemampuan tempur yang mumpuni merupakan syarat mutlak.
Oleh karena itu menjadi tentara bagi warga Israel bukan hanya karena ada wajib militer tapi sebuah keharusan dalam upaya untuk survive.
Israel memiliki pasukan elit yang ganas
Wajib militer di Israel bertugas selama dua sampai tiga tahun.
Bagi mereka yang ingin meneruskan karir di militer, selanjutnya akan digabungkan ke unit-unit tertentu.
Salah satu unit yang merupakan satuan pasukan elit Israel adalah Batalyon Caracal yang anggotanya merupakan campuran pria dan wanita.
Namun jumlah personel pasukan wanita di Batalyon Caracal lebih besar dengan komposisi sepertiga prajurit pria dan dua pertiga lainnya prajurit wanita.
Sebagai batalyon pasukan elit, dalam pelatihannya para anggota Batalyon Caracal mendapatkan perlakukan sama baik dalam tugas perang maupun nonperang.
Selayaknya pasukan elit, Batalyon Caracal merupakan pasukan yang ganas dan bisa menjalankan semua jenis peperangan mulai dari peperangan terbuka hingga peperangan antiteror.

Dengan doktrin bahwa jika Israel sampai kalah perang akan bisa menjadi korban holocoust lagi, maka para tentara Israel baik pria maupun wanita menjadi tentara-tentara yang ganas.
Membunuh musuh adalah hal biasa bahkan bisa dilakukan sambil tertawa-tawa.
Seperti pada 9 Agustus 2014, ketika para sniper Israel menembak seorang remaja Palestina yang sedang bermain bola, para sniper Israel ini bisa merasa kegirangan sambil tertawa-tawa.
Begitupun juga dalam konflik Bosnia pada tahun 2000-an, para sniper pasukan Serbia juga mengincar sasaran wanita dan anak-anak dengan tujuan untuk menimbulkan teror di tengah masyarakat.
Para sniper yang menincar target wanita dan anak-anak tak bersenjata jelas telah melanggar hukum perang seperti yang telah ditetapkan dalam Konferensi Jeneva.
Sumber: intisari
--
Jangan lupa follow akun instagram Suryamalang.com, ojok lali yo rek!