Malang Raya

Tiket Pesawat dan Elpiji Sumbang Inflasi Selama Mei 2018 di Kota Malang

Tiket pesawat terbang dan elpiji 3 Kg menjadi penyumbang inflasi terbesar bulan Mei 2018 di Kota Malang.

Penulis: Sri Wahyunik | Editor: yuli
pixabay
ILUSTRASI 

SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Tiket pesawat terbang dan elpiji 3 Kg menjadi penyumbang inflasi terbesar bulan Mei 2018 di Kota Malang.

Menurut paparan pihak Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang angka inflasi bulan Mei 2018 di Kota Malang mencapai 0,29 persen, atau tertinggi kedua se-Jawa Timur setelah Sumenep.

Angka ini juga naik dua kali lipat dibandingkan bulan Aprill 2018 yang mencapai 0,14 persen.

Kepala Seksi Statistik Distribusi BPS Kota Malang Dwi Handayani P membeberkan ada 10 komoditas penyumbang tertinggi inflasi di bulan Mei. Dua di antaranya adalah angkutan udara dan bahan bakar rumah tangga.

"Angkutan udara itu tiket kereta api yang memang harganya lebih mahal jika dibandingkan Surabaya. Angkutan udara ini menjadi penyumbang nomor satu. Dan penyumbang tertinggi nomor dua adalah bahan bakar ramah tangga, dalam hal ini elpiji 3 Kg. Pihak Pertamina memastikan tidak ada kenaikan harga dan memang pada bulan Mei tidak ada kenaiakan harga namun fakta di lapangan, sejumlah warga mengaku kesulitan mencari dan kalaupun ada harganya biasanya mahal," ujar Dwi dalam paparan saat siaran pers di Kantor BPS Kota Malang, Senin (4/6/2018).

Menurut Dwi, meskipun angka inflasi naik namun daya beli masyarakat Kota Malang tetap baik. Hal ini dipicu juga karena stabilnya sejumlah harga kebutuhan pokok menjelang Lebaran. Bahkan ada sejumlah komoditas yang harganya turun sehingga mencegah melonjaknya angka inflasi.

Komoditas yang harganya turun agak banyak adalah beras. Beras menjadi penekan inflasi paling tinggi yang bisa menyaingi mahalnya harga tiket pesawat.

"Jadi tiket pesawat yang mahal ditekan oleh penurunan harga beras, sehingga angka inflasi cukup bisa ditekan," lanjut Dwi.

Bawang putih, cabai merah, cabai rawit, gula pasir, juga minyak goreng menjadi komoditas yang cukup bisa menekan angka inflasi.

Karena, kata Dwi, pihak daerah seperti Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) tidak bisa mengendalikan harga tiket pesawat karena itu berkaitan dengan kebijakan nasional.

"Harga tiket pesawat dari Malang ini mahal mungkin karena maskapai yang melayani di sini sedikit. Sedangkan maskapai di bandara Surabaya lebih banyak sehingga harga bersaing. Mungkin kalau maskapai di sini lebih banyak, harga bisa bersaing," tegas Dwi.

Sementara itu untuk elpiji 3 Kg, Dwi menegaskan kembali tidak akan kenaikan harga dari Pertamina. Tetapi di lapangan, masyarakat mengaku kesulitan mencari tabung gas elpiji 3 Kg. Karenanya, ketika ada di pasaran, harga dinaikkan sepihak oleh penjual.

"Bisa jadi elpiji 3 Kg cukup sulit ditemukan karena memang ada kuota yang harus tepat sasaran, hanya untuk warga yang kurang mampu. Kalau dulu kan elpiji 3 Kg bisa dipakai oleh siapa saja," imbuh Dwi.

Sedangkan Kepala BPS Kota Malang M Sarjan kembali mengingatkan kepada TPID Kota Malang untuk menjaga harga dan pasokan sehingga inflasi bisa terkendali. "Mei ini memang sudah bulan Puasa dan menjelang Lebaran. Namun masih ada bulan Juni yang dua pekan sebelum Lebaran, dan masa Lebaran. Mari dijaga bersama supaya angka inflasi tidak terus naik,' ujar Sarjan.

Meskipun ia mengakui jika saat Lebaran selalu ada tren kenaikan angka inflasi. Trend ini terlihat dalam tiga tahun kemarin.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved