6 Hal yang terjadi Sebelum Cherly Aurelia Jatuh di Gunung Banyak, Strap Paralayang Lepas, Lalu . . .

6 Fakta Sebelum Cherly Aurelia Teriak Allahu Akbar, Mulai dari Kondisi Angin, Sampai Strap Paralayang yang Lepas

Editor: Adrianus Adhi
IST
Cherly Aurelia, atlet paralayang yang meninggal dunia di Kota Batu. 

SURYAMALANG.com - Cherly Aurelia (18) meninggal saat berlatih paralayang di Gunung Banyak, Kota Batu, Selasa (12/6/2018) pagi.

Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 8.30 WIB dan dalam sekejap kabar mengejutkan ini menghebohkan banyak orang.

Belum diketahui, penyebab pasti insiden yang membuat gadis asal Jombang ini meninggal dunia. Sampai sekarang petugas juga masih menelusuri insiden tersebut.

Berikut sejumlah fakta yang SURYA Malang sarikan dari sejumlah penjelasan pihak terkait insiden tersebut.

1. Cherly Aurelia Pemegang Rating PL 1

Dalam konfrensi pers di RS Bhayangkara Hasta Brata, Kota Batu, Selasa (12/6/2018), Ketua Paralayang Jatim Arif Eko Wahyudi memastikan Cherly bisa terbang sendiri atau mandiri.

Cherly Aurelia juga menyabet juara III dalam kejuaraan Paralayang Pemprov Jatim pada 2015.

"Kami sudah cek ke FASI pusat, bahwa lisensi adik Cherly ini masih berlaku.

Dan dia pemegang rating PL 1 dengan jam terbang PG 1418. Jadi dia boleh terbang secara mandiri," ujar Arif.

Sekadar diketahui, dalam aturan penerbangan paralayang pemegang lisensi paralayang PL (pilot) 1 atau basic diperkenankan terbang mandiri atau sendiri.

2. Sudah Berlatih sejak Sabtu

Cherly Aurelia ternyata sudah berlatih terbang di Gunung Banyak sejak Sabtu (9/6/2018).

Informasi yang Arif sampaikan, Cherly datang bersama rekannya, Mia Ainisyah (19) dengan diantar seniornya dari Jombang.

Di Gunung Banyak, Cherly mengasah keterampilan terbangnya, sedangkan Mia yang masih berstatus siswa paralayang lebih banyak berlatih di darat atau dalam istilah paralayang latihan kering.

Hingga Senin (11/6/2018), Cherly sudah terbang beberapa kali. Untuk hari Senin (11/6/2018) saja, Cherly terbang lima kali.

Selasa (12/6/2018), sesaat sebelum insiden Cherly melakukan penerbangan lagi untuk kali pertamanya.

Cherly terbang masih di bawah pengawasan senior. Ketika itu, ada seorang senior di lokasi take off, dan seorang lagi di lokasi landing.

Selain mengawasi Cherly, senior itu juga memberi pelatihan kepada Mia. "Sebagai seorang penerbang mandiri, dia bisa memasang peralatannya sendiri meskipun di bawah pengawasan senior," ujar Arif.

Ketika semua peralatan terpasang, senior bertanya tentang kesiapan sang penerbang. Cherly melapor kalau dia siap terbang.

"Adik Cherly berkata semua sudah terpasang dan siap terbang," tegas Arif.

3. Cuaca Cerah dan Kecepatan angin Normal

Masih disampaikan Arif, cuaca saat insiden terjadi cerah dan angin berkecepatan 3 - 4 kilometer per jam. Cuaca dan angin mendukung penerbangan pagi itu.

Setelah semua siap, Cherly terbang. Parasut mengembang sempurna.

Sekitar 2 - 3 menit, setelah Cherly take off, sayap parasut sebelah kiri 'kolaps' atau menutup.

Hal ini membuat parasut beserta penerbangnya jatuh. "Sayap parasut sebelah kiri 'kolaps', sehingga parasut mengalami full stall atau jatuh," beber Arif.

Saat salah satu sayap parasut menutup, senior yang ada di lokasi landing, langsung menginstruksikan melalui handy talky supaya Cherly membuka parasut cadangan.

Namun Cherly tidak bisa menjangkau parasut cadangan itu, sehingga tidak sampai terbuka.

4. Strap Terlepas

Pihak kepolisian bersama tim Paralayang FASI Jatim melakukan analisa. Analisa itu dari penuturan senior, kesaksian yang melihat, juga video yang mengabadikan terbangnya Cherly.

Dari analisa itu, jatuhnya parasut diduga karena tidak adanya daya angkat. Hal ini dikarenakan adanya beban yang menarik.

Beban itu diketahui dari tubuh Cherly yang terlihat melorot. Melorotnya tubuh Cherly akibat dari tidak terpasangnya tali pengikat (strap) di dada dan kaki remaja itu.

Di paralayang, tali pengikat ini harus terikat di tiga tempat yakni dada, kaki dan tangan. Ketika itu, hanya di bagian tangan saja yang terpasang.

"Stap di bagian dada dan kaki tidak terpasang. Ini yang sedang kami investigasi lebih jauh. Apakah strap ini tidak terpasang saat sebelum take off, atau terlepas saat sudah terbang?" tegas Arif.

Arif menegaskan, petugas gabungan sedang menginvestigasi terlepasnya tali pengikat ini. Jika tali pengikat tidak terpasang sebelum take off, maka disebut sebagai kesalahan manusia atau human error.

Sedangkan strap terlepas saat di udara itu disebut kesalahan peralatan, yang bisa disebut sebagai produk gagal. Jika kasus kedua terjadi, maka penerbang akan melaporkannya dan produk itu bisa ditarik dari pasaran.

Sebuah tali pengikat paralayang bisa terlepas di udara jika, tombol tertekan sebanyak dua kali secara bersamaan.

Akibat tubuh Cherly melorot, dia terjatuh dari ketinggian 100 meter. Tubuhnya terjatuh di kawasan hutan pinus di Songgoriti, Kota Batu.

Dari informasi yang dihimpun Surya, Cherly mengalami pendarahan di kepala. Tubuhnya ditemukan oleh beberapa warga yang sedang berladang di kawasan itu.

5. Teriakan Terakhir Cherly

Warga mengevakuasi tubuh Cherly dari lokasi jatuhnya ke tepi jalan. Ada yang menyebut, Cherly sudah meninggal dunia ketika tubuhnya ditemukan warga.

Warga yang mendengar jatuhnya paralayang itu sempat mendengar teriakan 'Allahu Akbar' dari Cherly.

Nyawa Cherly tidak tertolong saat petugas kesehatan bersama ambulans tiba di tepi jalan tempat dievakuasinya tubuh Cherly.

Jenazah Cherly kemudian dibawa ke Kamar Mayat RS Bhayangkara Hasta Brata Kota Batu. Sekitar pukul 15.45 Wib, jenazahnya dipulangkan ke rumah duka di Jatigedong, Jombang.

6. Percakapan Aneh Sebelum ke Gunung Banyak

Penelusuran SURYA Malang di rumah Cherly, sesaat sebelum peristiwa ini Cherly sempat mengajak tetangganya, Hesti, untuk ikut bergabung menjadi Karang Taruna.

Tingkah lakunya tidak biasanya seperti itu yang sedikit ngotot saat mengajak teman sebayanya itu.

Cherly bahkan sempat berkata jika setelah ini dia sudah tidak lagi di sini. Dia bahkan telah menyerahkan buku bendahara catatan pengolahan keuangan Karang Taruna yang dibawanya.

"Mene aku wis gak ndek umah mbak (Besok aku sudah tidak di rumah, kak)," kata wanita berhijab, tetangga korban yang menolak menyebutkan namanya itu.

Ernita Aulia (18), teman korban, mengatakan, Cerly cenderung tidak memilih-milih teman dan mudah akrab dengan orang di sekitarnya.

"Cherly anak yang ceria, mudah berteman dengan siapa saja," ujarnya kepada SURYAMALANG.COM.

Kejadian yang menimpa Cerly hingga membuatnya meninggal secara mendadak itu membuat teman-temannya begitu kehilangan.

Tambahlagi, saat liburan kelulusan sekolah mereka pergi ke Banyuwangi.

"Saya tahu dari berita dan status WhatsApp teman-teman, Cerly meninggal saat latihan paralayang," ungkapnya (Sri Wahyunik/M Rommadoni/Surya Malang)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved