Malang Raya

Mahasiswa Asing Belajar Bikin Topeng Malang di Kampung Budaya Polowijen

Mahasiswa asing dari 20 negara belajar budaya di Kampung Budaya Polowijen (KBJ) Kota Malang, Senin (30/7/2018).

SURYAMALANG.COM/Sylvianita Widyawati
Kegiatan pembuatan topeng Malang di Kampung Budaya Polowijen, Senin (30/7/2018). 

SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Mahasiswa asing dari 20 negara belajar budaya di Kampung Budaya Polowijen (KBJ) Kota Malang, Senin (30/7/2018). Mereka adalah peserta kegiatan Design Thinking (DT) yang digagas oleh Konsorsium Kantor Urusan Internasional (KKUI) Malang. Ki Demang, penggagas KBJ menyatakan senang dikunjungi para mahasiswa asing.

"Meski ini bukan pertama kalinya. Sebelumnya ada mahasiswa dari Vietnam, Laos, Kamboja. Disana juga ada lakon Panji. Jadi di sini mereka malah bisa berbagi cerita," jelas Ki Demang pada SURYAMALANG.COM, Senin (30/7/2018). Mahasiswa DT diajari ibu-ibu kampung itu belajar membatik dan membuat topeng Malang.

Hasilnya bisa dijadikan suvenir buat dibawa pulang ke negaranya. Selain itu, mereka juga diajari gerakan menari topeng bersama. Batik khas Polowijen mengeksplor motif tentang topeng Malang, Kendedes, kembang turi, padi gogo dll. Apa yang ada di Polowijen di aplikasikan di batik.

Kini ada sekitar 15-18 warga yang aktif memproduksi batik khas Polowijen. Dengan kegiatan ekonomi kreatif ini, maka bisa mendukung kesenian di Polowijen sebagai tempat wisata edukasi. Sambutan ke para mahasiswa DT cukup meriah. Muhammad, mahasiswa Libya yang ikut kegiatan di KBJ menyatakan rasa senangnya.

"Saya tiga tahun lalu datang ke Malang namun hanya untuk kuliah di UIN Maulana Malik Ibrahim di S2. Namun tidak sampai mengenal budayanya di Malang," jelas Muhammad yang kini melanjutkan S3 di UIN Sunan Ampel Surabaya. Dengan ikut DT, ia merasa beruntung.

"Saya live in di Sendangbiru, Kabupaten Malang," terangnya. Selama tinggal disana, ia banyak bertanya kepada nelayan. "Pantainya indah, tapi banyak sampah. Kata nelayan sana, tidak ada dari pemerintahan yang membantu membersihkan pantai," jelas dia. Sehingga yang membersihkan adalah warga sekitar sendiri.

"Padahal kalau pantainya bersih, maka akan banyak wisatawan datang dan menggerakkan ekonomi warga," jelasnya. Ia juga memuji kualitas ikan tuna Sendangbiru yang luar biasa. "Di Libya juga ada. Tapi kualitasnya beda dengan ikan tuna Indonesia," paparnya. Kata dia, Indonesia dikelilingi laut dan potensi ikan banyak. Sehingga tak perlu impor ikan.

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved