Lamongan
Terimbas Nilai Tukar Rupiah, Peternak Ayam Di Lamongan Keluhkan Kenaikan Harga Pakan
Kenaikan harga pakan ternak tidak diikuti kenaikan harga telur dan daging ayam di pasaran sebabkan peternak mengeluh
Penulis: Hanif Manshuri | Editor: Achmad Amru Muiz
SURYAMALANG.COM, LAMONGAN - Peternak ayam di Lamongan keluhkan kenaikan harga pakan ternak dampak nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS. Pasalnya, kenaikan harga pakan ternak tidak diikuti kenaikan harga telur dan daging ayam di pasaran.
Menurut M Fakhrudin Ainun Rohmatilah salah pengusaha ayam petelur di Lamongan mengungkapkan, dirinya bersama pengusaha dan peternak ayam lainnya hanya bisa menerima kenyataan akan dampak nilai rupiah terhadap dollar tersebut.
Bahkan, para peternak ayam harus mengeluarkan biaya ekstra agar tetap bisa berproduksi dan menghasilkan. " harga pakan ternak untuk satu sak isi 50 kilogram rata - rata naik Rp 10 ribu, ini yang membuat peternak mengeluh," kata Fakhrudin, Rabu (12/9/2018).
Naiknya harga pakan ternak tersebut, menurut Khusnul, menyebabkan naiknya biaya produksi untuk ternak ayam, baik itu ayam petelur ataupun ayam pedaging. Dimana harga pakan ayam petelur dari awalnya Rp 4.600 per kilogram, kini sudah mencapai Rp 5.200 per kilogram. Untuk harga pakan ayam broiler yang awalnya Rp 6.000 per kilogram sekarang Rp 6.500 per kilo.
Sementata Pembina Peternak Ayam Petelur wilayah Lamongan, Suparto mengatakan, pihaknya merasakan beban berat peternak ayam. Dimana dengan harga telur kisaran Rp 18 ribu perkilogram dari sebelumnya Rp 22 ribu perkilogram dinilai tidak dapat menutup biaya produksi. Demikian pula dengan harga daging ayam potong yang sebelumnya Rp 40 ribu perkilogram dan turun menjadi Rp 36 ribu perkilogram juga mengkhawatirkan peternak.
"Itu yang membuat peternak ayam kebingungan sekarang ini dampak dari nilai tukar rupiah terhadap dollar AS," ucap Suparto.
Oleh karena itu, ungkap Suparto, para peternak ayam berupaya mengatasi kenaikan harga pakan dengan melakukan sejumlah langkah. Diantaranya untuk melakukan efisiensi dengan mengafkirkan ayam tua yang sudah kurang produktif lagi dan dijual. Selain itu juga melakukan subtitusi pakan ternak dengan bahan lokal seperti jagung dan dedak padi.
Untuk itu, tambah Suparto, para peternak ayam di Lamongan berharap agar pemerintah segera hadir memberikan solusi usaha kepada peternak ayam agar tidak bangkrut dan gulung tikar.
"Bila Pemerintah terlambat melakukan campur tangan dan memberi solusi maka akan banyak usaha peternakan ayam yang merugi dan tutup bila kondisi rupiah tetap tidak stabil," tutur Suparto.