Malang Raya
Keikhlasan dan Transparansi Kades Udi Bawa Pujon Kidul Mendunia
Bermodal awal dana Rp 60 juta untuk mendirikan BUMDes Sumber Sejahtera, kini omset BUMDes itu mencapai Rp 5 miliar per tahun.
SURYA MALANG.COM, KLOJEN - Akademisi dan wartawan yang mengikuti Diskusi Publik bertema ‘Sinergi Pemerintah, Perbankan, dan Pers dalam Mendorong Perekonomian Desa Melalui BUMDes’ tercengang dengan paparan succes story Desa Wisata Pujon Kidul, Kabupaten Malang, oleh Kepala Desa (Kades) Udi Hartoko, Jumat (28/9/2018) petang.
Hanya bermodal awal dana Rp 60 juta untuk mendirikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sumber Sejahtera, kini omset BUMDes di Desa Pujon Kidul itu mencapai Rp 5 miliar lebih per tahun.
Prestasi BUMDes Sumber Sejahtera merupakan yang terbaik di antara 113 BUMDes di Kabupaten Malang.
Apalagi 60 persen dari 113 BUMDes itu masuk dalam katagori BUMDes kurang sehat.
Karena itu, sudah sewajarnya bila Desa Pujon Kidul itu berbagi success story untuk desa lain di Kabupaten Malang yang belum berhasil mengelola BUMDes secara baik maupun desa yang belum menderikan BUMDes.
Jumlah desa di Kabupaten Malang mencapai 370 desa, dan yang sudah mendirikan BUMDes sebanyak 113 desa.
Kades Pujon Kidul, Udi Hartoko menceritakan dulu warganya merasa minder dan tidak bangga dengan desanya.
Sebab, Desa Pujon Kidul termasuk desa terpencil dan sangat asing di telinga orang-orang luar Pujon.
Untuk mencapai Desa Pujon Kidul, Anda memang harus menyusuri jalan perkampungan sejauh sekitar 7 KM dari ibu kota Kecamatan Pujon.
Akses jalannya pun menuju Desa Pujon Kidul tidak begitu lebar dan medannya naik turun, sehingga kalau berkendaraan harus ekstra hati-hati.
Namun, berkat sentuhan Kades Udi Hartoko, para tokoh masyarakat dan warganya, kini Desa Pujon Kidul mendunia.
“Awal saya menjadi kades, kami menghadapi distribusi air bersih di warga yang carut marut,” ujar Udi mengawali paparan kisah sukses desanya.
Setelah masyarakat dikumpulkan dan bermusyawarah, ada ide membentuk BUMDes untuk mengelola air bersih itu.
Bermodal awal Rp 60 juta maka penataan jaringan pipa air dilakukan dan ternyata ini jalan dengan baik.
“Karena itu mengapa BUMDes Desa Pujon Kidul diberi nama Sumber Sejahtera. Ya, riwatnya dari penataan ait itu,” papar Udi.
Dari situ kemudian BUMDes ini dikembangkan ke potensi lain, yaitu desa wisata.
Saat itu, ada bangunan pendopo desa di tengah sawah dengan view yang sangat menarik.
Akhirnya, Udi bersama pihak BNI membikin konsep desa wisata yang kemungkinan banyak disukai anak muda.
Dari pemikiran bersama itu akhirnya ketemu ide untuk mendirikan tempat kuliner dengan pemandangan alam yang sangat indah di tengah-tengah hamparan sawah.
Satu bangunan pendopo desa di tengah sawah itu dibuat Cafe Sawah dengan sentuhan taman kekinian.
Ternyata Desa Wisata Pujon Kidul itu mampu menjadi daya tarik kalangan anak muda, dan kemudian berkembang pesat menjadi destinasi wisata yang banyak dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah, bahkan wisatawan mancanegara.
“Ide mendirikan Café Sawah itu juga dilatar belakangi oleh nostalgia saya dengan istri.”
“Lokasi itu dulunya sebagai tempat pacaran kami. Kok sangat indah pemandangannya, sehingga terbersitlah di hati saya untuk menggali potensi lokasi itu menjadi desa wisata,” papar Udi.
Menurut Udi, BUMDes yang dikembangkan itu tidak terlepas dari penggunaan dana desa (DD) dan alokasi dana desa (ADD).
Tidak semua DD dan ADD itu dia gunakan untuk pembangunan fisik.
Tetapi juga untuk pemberdayaan usaha kreatif masyarakat dan sebagian untuk modal BUMDes.
Itu semua tentunya lewat musyawarah terlebih dahulu antara pemerintah desa dengan masyarakat.
“Yang penting pemanfaatan dan laporan pertanggungjawaban keuangan dilakukan secara transparan dan akuntabilitas, baik itu DD, ADD maupun BUMDes, masyarakat tentu akan mempercayai kita,” ungkap Udi.
Selain dari dana DD dan ADD, BUMDes Desa Pujon Kidul juga mendapat kucuruan CSR dari BNI untuk mengembangkan desa wisata itu.
Sudah tiga kali Bank BNI mengucurkan dana CSR ratusan juta rupiah untuk BUMDes Pujon Kidul.
BUMDes Pujon Kidul mengambangkan beberapa usaha, di antaranya Agen BNI 46 (rumah bayar PLN, Telkom, pembelian pulsa ponsel), toko desa, dan lainnya.
Paparan Udi itu membuat Anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Oro-oro Ombo, Kota Batu, Maman Abdurahman merasa iri.
“Kini BUMDes di desa saya telah didahului Pujon Kidul. Padahal, di desa saya banyak destinasi desa wisatanya, namun belum dapat kucuran CSR dari Bank BNI.”
“Karena itu, bagaimana caranya mendapat kucuran CSR dari Bank BNI itu?” ujar Maman.
Sementara Eko Nurcahyo dari Desa Sekarpuro, Kecamatan Pakis, menanyakan ke Kades Udi, lahan untuk Cafe Sawah itu apa merupakan tanah bengkok desa.
Mendapat pertanyaan itu, Udi membenarkannya.
“Saya ikhlas bengkok bagian saya digunakan untuk pengembangan desa wisata. Itu semua tentu demi kesejahteraan warga,” papar Udi.
Dukung BUMDes
Sementaraitu, BNI (persero) Tbk sebagai area piloting BUMDes turut memberikan literasi keuangan, pengembangan bisnis rintisan, pelatihan, konsultasi, serta pendampingan pembentukan BUMDes.
CEO BNI Wilayah Malang, Wiwi Suprihatno menyebut BNI telah melakukan pendampingan lebih dari 5.383 BUMDes di seluruh Indonesia.
Untuk wilayah Malang, ada 1.009 BUMDesa di 25 kota/kabupaten coverage area BNI Malang.
“Di Antara wujud pendampingan adalah BUMDes Sumber Sejahtera Desa Pujon Kidul Malang, dan BUMDes Kertoraharjo Desa Sanankerto Malang. Omzetnya pada 2017 mencapai Rp 4 miliar dan Rp 1 miliar,” ujarnya.(Eko Nurcahyo)