Tulungagung
Anggota TNI Temukan 791 Keping Uang Kuno di Tulungagung
Anggota TNI bernama Dedy Puji Kristiawan menyerahkan 791 keping uang koin kuno ke Museum Wajakensis, Tulungagung.
Penulis: David Yohanes | Editor: Zainuddin
SURYAMALANG.COM, TULUNGAGUNG – Anggota TNI bernama Dedy Puji Kristiawan menyerahkan 791 keping uang koin kuno ke Museum Wajakensis, Tulungagung.
Koin-koin tersebut diduga berasal dari era penjajahan Jepang.
“Kalau dari bentuk tulisannya, sepertinya hurup Jepang.”
“Dugaan kami, uang itu dari era pendudukan Jepang,” terang Hariyadi, pengelola Museum Wajakensis Tulungagung kepada SURYAMALANG.COM, Jumat (5/10/2018).
( Baca juga : Penumpang Mobil Tertabrak Kereta Api Akhirnya Meninggal Dunia )
Awalnya Dedy menyerahkan 582 keping pada 21 Agustus 2018.
Dedy menyerahkan 208 keping uang kuno lain pada Kamis (4/10/2018).
Uang-uang ini ditemukan di sekitar penambangan pasir di Desa Pulotondo, Ngunut, Tulungagung.
“Motivasi beliau (Dedy) adalah untuk menyelamatkan koin-koin ini.”
( Baca juga : Menang Dramatis, Indonesia Pastikan Tiket Final Chinese Taipe Open 2018 di Sektor Ganda Campuran )
“Dari bentuknya, uang tersebut memang termasuk benda cagar budaya,” tambah Hariyadi.
Namun, Hariyadi tidak berani memastikan asal-usul koin kuno itu sebelum diteliti Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan.
Hariyadi akan membawa sampel koin untuk diteliti BPCB pada Rabu (9/10/2018).
Nantinya akan dilakukan tes kimiawi dan uji laboratorium untuk memastikan asal-usul dan bahan uang tersebut.
( Baca juga : Raisa Ungkap Sikap Sutopo Saat Video Call Dengannya, Ternyata Begini Isi Obrolan Mereka )
“Dari uji coba koin yang masukkan ke dalam air dicampur perasan jeruk nipis, hasilnya jadi biru.”
“Kemungkinan bahannya dari tembaga atau sejenisnya,” ungkapnya.
Meskipun bukan dari era kerajaan, namun uang kuno ini termasuk benda cagar budaya.
Sebab, usianya sudah di atas 50 tahun, dan mewakili para era tertentu.
( Baca juga : Kronologi Kereta Api Tabrak Mobil dan Motor, Menurut Penjaga Palang Pintu )
Karena itu perlu ada upaya pengamanan lokasi penemuan.
“Saya khawatir sekarang banyak orang luar Pulotondo yang mendatangi lokasi,” terang Hariyadi.
Hariyadi mengungkapkan telah banyak ditemukan benda cagar budaya di sekitar lokasi.
Benda-benda yang sudah dibawa ke Museum Wajakensis antara lain batu merah, selubung tiang, batu umpak, dan dua ambang pintu.
( Baca juga : Kriss Hatta Kepergok Pakai Cincin yang Mirip Milik Billy, Reflek Dilempar, Lalu Ini yang Terjadi )
Lokasi ini juga pernah diteliti oleh arkelog dari Universitas Negeri Malang (UM), Edi Cahyono.
Dari hasil penelitian arkelog asli Tulungagung ini, diduga lokasi ini dulunya adalah hunian di era kerajaan, tepatnya di era Kerajaan Kediri di Kediri, Jawa Timur.
“Masyarakat juga sudah banyak melaporkan berbagai temuan.”
“Bahkan banyak temuan yang diperjualbelikan pada tujuh tahun lalu,” tegas Hariyadi.
( Baca juga : Kelihatanya The Sacred Riana Show Sendiri, Tapi Ada Perjuangan Berat Dibaliknya: Boyong Barang 800kg )
Kini masyarakat setempat mulai sadar, dan melaporkan setiap temuan benda cagar budaya.
Menurut Hariyadi, idealnya memang ada pengamanan lokasi penemuan.
“Ada potensi besar di Pulotondo. Sementara pengamanannya selama ini hanya dilakukan bersama oleh komunitas,” tandas Hariyadi.