Kabar Jakarta

Di Sisa Akhir Tahun 2018, Begini Prediksi Nasib Nilai Tukar Mata Uang Rupiah

Aliran dana investor asing baik di pasar saham maupun obligasi domestik pun banjir sekitar Rp 45 triliun di sepanjang November 2018.

Editor: Achmad Amru Muiz
Tribunnews.com
Uang Rupiah 

SURYAMALANG.COM, JAKARTA - Walaupun sempat melemah, rupiah akhirnya menguat terhadap dollar Amerika Serikat (AS) sejak November lalu. Bahkan, penguatan rupiah merupakan salah satu yang terbaik di Asia. 

Berdasarkan riset Kontan.co.id, pada 6 hingga 7 November 2018, penguatan terbesar rupiah terjadi di hadapan yuan yang mencapai 1,46 persen. Disusul pairing USD/IDR yang naik 1,44 persen yakni naik ke level Rp 14.590. 

Sementara, Jumat (30/11), di pasar spot, perdagangan rupiah ditutup di Rp 14.302 per dollar AS. Kurs rupiah menguat 0,56 persen dari posisi kemarin di Rp 14.383 per dollar AS.

Analis Pasar Uang Bank Mandiri, Reny Eka Putri mengatakan, sentimen yang membuat rupiah menguat adalah prospek Powell yang dovish bahwa kenaikan suku bunga AS ke depan tidak terlalu agresif bahkan cenderung era kenaikan suku bunga akan berakhir.

"Risk appetite investor pun berbalik arah tidak ke AS lagi melainkan ke negara emerging market, termasuk Indonesia," kata Reny, akhir pekan lalu.

Sementara, dari dalam negeri fundamental Indonesia dipandang solid karena pertumbuhan ekonomi stabil di 5 persen. Aliran dana investor asing baik di pasar saham maupun obligasi domestik pun banjir sekitar Rp 45 triliun di sepanjang November 2018.

Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual juga menilai sama yakni pernyataan Powell yang lebih lunak sebagai pendorong penguatan rupiah

“Kalau sempat turun, kita lihat karena memang perekonomian Amerika yang disokong The Fed dengan rencana kenaikan suku bunga. Tetapi dengan rupiah menguat kali ini, alangkah bagusnya kita nikmati,” ucap David kepada Kontan.co.id, Minggu (2/12). 

Adapun saat ini, suku bunga The Fed, Fed Fund rate berada di kisaran 2 persen hingga 2,25  persen setelah delapan kali kenaikan sejak September 2017 lalu. Suku bunga yang bertahap dinaikkan tersebut memang mempengaruhi perekonomian dunia termasuk arus gerak rupiah.

“Pengaruh The Fed naikkan suku bunga sangat besar. Dan kalaupun menaikkan suku bunga bisa membuat rupiah terperosok. Hanya saja, tampaknya The Fed akan menunda kenaikan suku bunga,” katanya. 

Hingga saat ini, Bank Indonesia juga masih mendukung penguatan rupiah. Hal ini terlihat dari BI yang belum memberikan batas penguatan rupiah.

Beragam kebijakan pemerintah maupun BI juga berperan dalam membuat rupiah menguat, seperti kerjasama bilateral swap, domestic non-deliverable forward (DNDF), dan mendorong peningkatan konversi devisa hasil ekspor (DHE).

Gabungan kondisi eksternal, seperti dovish-nya The Fed, tekanan perang dagang AS dan China yang mereda, serta kondisi dalam negeri yang stabil menjadi katalis positif untuk mendukung rupiah menguat hingga akhir tahun.

Meski The Fed menaikkan suku bunga pada Desember ini, Reny memproyeksikan, nilai tukar rupiah tidak akan jatuh terlalu dalam karena pelaku pasar sudah mengantisipasinya.

Kembalinya kepercayaan investor, membuat Reny memproyeksikan rupiah cenderung dalam tren menguat hingga akhir tahun di rentang Rp 14.400 per dollar AS hingga Rp 14.800 per dollar AS.

Halaman
12
Sumber: Kontan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved