Kabar Surabaya
Upaya Wujudkan Kampung Ramah Anak Berkebutuhan Khusus di Surabaya
Cindy Oktavia Putri R (13), siswi SDN Klampis Ngasem salah satu ABK asik mengobrol dengan salah seorang temannya, yang juga datang di acara 'Pos Istim
Penulis: Pipit Maulidiya | Editor: yuli
SURYAMALANG.COM, SURABAYA - Sejumlah orangtua dan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) terlihat asik mengikuti mengikuti kegiatan 'Pos Istimewa', di salah satu ruangan lantai dua Kelurahan Mulyorejo, Surabaya.
Para ibu atau ayah, terlihat asik mengobrol dengan anak mereka yang istimewa atau sesama orangtua, sambil menunggu antrean bertemu dokter, psikolog, dan bidan yang duduk dibalik meja.
Suasana akrab dan hangat terasa, seperti tidak ada hal yang perlu mereka khawatirkan, karena anggapan sebagian orang yang mengatakan anak-anak ABK ini 'berbeda'.
Cindy Oktavia Putri R (13), siswi SDN Klampis Ngasem salah satu ABK asik mengobrol dengan salah seorang temannya, yang juga datang di acara 'Pos Istimewa' itu.
Gadis tuna rungu wicara itu menebar senyum, setiap melontarkan kata-kata lewat bahasa isyarat di kedua tangannya.
Fitria Arisandi, sang ibu juga asik mengobrol dengan orangtua ABK lainnya. Mereka saling tukar cerita soal tumbuh kembang anak-anak istimewa itu.
"Senang sekali bisa bertemu dengan orangtua senasib dan seperjuangan, seperti saat ini. Anak-anak juga pasti senang, mereka jadi merasa tidak sendiri," kata Fitria sumringah kepada salahsatu orangtua ABK, Kamis (31/1/2019) sambil antre bertemu dokter.
Saat bercerita, Fitria mengucap syukur, mendapat kesempatan melahirkan Cindy yang istimewa. Meski tidak bisa dengar dan bicara putrinya itu jago dalam segala hal alias multi talent.
Fashion, menari, menggambar, lomba lari dan berbagai kegiatan lain dikuasai Cindy. Sering prestasi berbagai penghargaan pun dia koleksi.
"Itu sampai di rumah ada puluhan medali, piala, piagam penghargaan sampai bingung taruh mana," katanya dengan perasaan bangga kepada Cindy.
Menurut cerita Fitria perasaan down, sempat menyelimuti hatinya kala mengetahui fakta kondisi Cindy. Namun dia mengaku bertemu dengan orang-orang yang malah mengartikan kondisi itu sebagai sesuatu yang istimewa.
"Saya ikut Yayasan Peduli Kasih ABK ini, sejak 2016 lalu. Kami semua saling mengingatkan, dulu masih kejauhan, jadi sering nggak datang kalau ada kegiatan. Sekarang Yayasan Peduli Kasih ABK bikin program sama Pemerintah Kota Surabaya, buat Pos Istimewa ini di kelurahan-kelurahan. Saya makin senang, karena rumah dekat dari sini," jelasnya dengan senyum mengembang.
Pos Istimewa
Fitra Luqman Hidayah, Project Manager Yayasan Peduli Kasih ABK membenarkan. Sebagai salah satu upaya mewujudkan kampung ramah ABK, Yayasan Peduli Kasih Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) bekerjasama dengan Pemerintah Kota Surabaya, bentuk 'Pos Istimewa' di sejumlah kelurahan.
Sebagai pilot project, Pos Istimewa ini berdiri di enam kelurahan di Kecamatan Mulyorejo. Yaitu kelurahan Kejawanputih Tambak, Manyar Sabrangan, Dukuh Sutorejo, Kalisari, Mulyorejo, dan Kalijudan.
"Kami melakukan pilot project Kampung Ramah ABK di Kecamatan Mulyorejo, karena yayasan Peduli Kasih ABK berada di Jalan Manyar Sabrangan nomor 1A, masuk kelurahan Mulyorejo," kata Fitra.
Dalam kegiatan Pos Istimewa ini, melayani cek kesehatan umum, pelayanan psikologi, serta minat dan bakat ABK.
Dalam pelaksanaannya, terlibat stakeholder di kelurahan yaitu RT, RW, Lurah, Camat, dan masyarakat.
"Kenapa melibatkan para stakeholder ini? Karena sebenarnya ABK ini tersembunyi. Yang paling tahu pasti masyarakat di lingkungan sekitarnya," tambah Fitra.
Terbukti, dari kegiatan ini salah seorang ABK yang mendapatkan perlakuan tidak adil dari keluarga pun muncul ke permukaan.
Fitra menceritakan, ada salah seorang warga membawa serta seorang ABK berumur 17 tahun, mengikuti kegiatan Pos Istimewa. Namun sayangnya warga tersebut bukan keluarga, melainkan orang lain.
"Jadi warga yang membawa anak itu mendapatkan titipan dari orang lain, dan dia adalah orang ke lima yang menerima ABK berusia 17 tahun itu. Tampa surat lengkap, hanya surat keterangan lahir saja. Nah ini karena orangtua malu, kondisinya memprihatinkan sudah tak bisa jalan, akhirnya sama kelurahan dibantu untuk punya KK, sebelumnya tidak punya," cerita Fitra.
Pada pilotproject pertama kelurahan ramah ABK ini Yayasan Peduli ABK mendapatkan respon positif, dan mendaparkan kesimpulan bahwa mereka harus bergerak aktif, mengajak masyarakat memperhatikan ABK.
Program ini pun tidak berjalan ala kadarnya begitu saja, melainkan mendapatkan support dari berbagai pihak. Misalnya tenaga medis dari puskesmas kelurahan, volunteer yang terdiri dari 1 dokter, 2 psikolog, dan mahasiswa bidan Unair.
"Kami menyasar orangtua ABK yang kurang mampu, mereka malu, tanggapannya cukup antusias dari orangtua yang datang. Jumlahnya rata-rata 10 ABK per kelurahan, kondisinya pun beragam ada downsyndrome, hampir semua keluhan, tuna netra, tuna rungu juga ada. Harapannya setelah ini kami akan selenggarakan satu bulan sekali," jelas Fitra.
Jika para orangtua tidak sabar meenunggu satu bulan sekali, mereka bisa langsung datang ke Yayasan Peduli Kasih ABK yang melayani mereka gratis.
"Kami berjalan beriringan dengan pemerintah Kota (pemkot) Surabaya. Pemkot punya program ada sekolah inklusi, ada pusat ABK di Siola. Sementara dari yayasan kami bersinergi dengan pemerintah dalam penanganan ABK," tutup Fitra. Pipit Maulidiya