Malang Raya

Kepala LLDikti Puji Proses Pilrek ITN Tanpa Gaduh

Dr Ir Kustamar MT dilantik sebagai Rektor ITN Malang periode 2019-2023 di aula kampus 1, Kamis (28/2/2019).

Penulis: Sylvianita Widyawati | Editor: Zainuddin
SURYAMALANG.COM/Sylvianita Widyawati
Suasana serah terima jabatan (sertijab) Rektor ITN Malang. Dr Ir Lalu Mulyadi MT (kiri) menyerahkan jabatannya ke Dr Ir Kustamar MT, Rektor ITN Malang periode 2019-2023, Kamis (28/2/2019). Kustamar sebelumnya adalah Wakil Rektor I di era Lalu Mulyadi. 

SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Dr Ir Kustamar MT dilantik sebagai Rektor ITN Malang periode 2019-2023 di aula kampus 1, Kamis (28/2/2019).

Ia menggantikan Dr Ir Lalu Mulyadi MT yang telah habis masa kerjanya.

“Pergantian ini buat penyegaran,” jelas Kustamar di acara itu.

Kepala Lembaga Layanan Perguruan Tinggi (LL Dikti) wilayah VII Jawa Timur Prof Dr Ir Suprapto DEA memuji proses pilrek ITN yang tak gaduh.

“Sejak prosesnya gak ada demo-demo apalagi bertengkar atau sikut-sikutan,” ujar Soeprapto saat memberi sambutan.

Ini membuatnya tidak pusing. Dari 326 PTS di Jawa Timur, proses pilrek ITN tak memusingkannya.

“Sebagian tenang, sebagian ada yang membuat pusing. Semoga yang membuat pusing juga menjadi tenang,” paparnya.

Sejak menjadi Ketua Kopertis VII Jatim, misinya adalah PTS-PTS bisa mengalahkan PTN.

“Di Jatim ini jumlah PTN hanya 16. Jumlah PTS ada 326. Masak tidak ada yang bisa mengalahkan PTN?” ujarnya.

Karena itu peringkat nasional perguruan tinggi masih didominasi PTN.

Namun sudah ada PTS yang masuk seperti UMM dan ITN.

ITN di peringkat 70 dari 4600 PT di Indonesia.

“Sudah bagus itu di peringkat 70. Empat tahun ke depan naikkan ke peringkat 20. Itu kata saya.”

“Tapi kalau Pak Rektor menyanggah dengan mau ke peringkat 15, tambah bagus itu,” kata Soeprapto.

Namun di peringkat Jatim, untuk kategori institut, ITN masih bertengger di peringkat satu sejak lama.

Karena itu ia berpesan agar peringkat itu dipertahankan dengan makin meningkatkan pembelajarannya dan kompetensi dosennya.

“Ke depan itu, dunia pendidikan akan makin sulit. Sehingga perlu perjuangan lebih agar tidak tergilas di era revolusi industri 4.0,” kata dosen ITS ini.

Sebagai perguruan tinggi teknologi, maka harus lebih unggul di teknologi pembelajarannya.

Sedang Kustamar menyatakan akan mengkolaborasikan potensi yang ada misalkan dari dosen juga alumni yang telah bergerak di banyak bidang sebagai sumber belajar.

Sehingga bisa makin mendekati kebutuhan industri. Itu juga harus didukung lab yang mendekati industri.

“Jika tidak ya keluar kampus. Meski di dunia industri jika ‘ditunuti’ mahasiswa magang itu tak selalu welcome,” urainya.

Karena itu ia juga membuka kerjasama dengan investor yang mau bergandengan dengan ITN untuk mengembangkan blended learning.

Sehingga mahasiswa bisa mendapat ilmu di kampus dan pengalaman di industri.

Dengan pola seperti itu, maka hasil yang dicapai mahasiswa lebih efektif dan bisa cepat mendapatkan pekerjaan.

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved