Jendela Dunia
Remaja 13 Tahun Nyaris Terjun dari Atap Sekolah Usai Cintanya Ditikung Sahabat, Begini Isi Suratnya
Remaja 13 tahun nyaris terjun dari atap sekolah gara-gara cintanya ditikung sahabat, begini isi suratnya sebelum bunuh diri
Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM - Video remaja 13 tahun nyaris terjun dari atap sekolah gara-gara cintanya 'ditikung sahabat belum lama ini beredar di media sosial facebook.
Remaja 13 tahun itu diketahui pelajar di salah satu sekolah di Malaysia.
Sontak saja aksi pelajar yang tidak diketahui namanya itu membuat heboh seluruh warga sekolah termasuk teman-teman sebayanya.
Sebagaimana diketahui, Istilah 'ditikung' menjadi salah satu guyonan percintaan yang tengah populer di kalangan anak muda Indonesia.
Dalam dunia percintaan, kata 'ditikung' sering digunakan untuk menggambarkan seseorang yang merebut cinta kita.
• 5 Prediksi Hubungan Gisel dan Wijaya Saputra, Denny Darko: Gandeng Seperti Itu Masa Hanya Pertemanan
• Rejeki Nomplok dari Suami Maia Estianty, Timnas U-22 dapat Jam Tangan Mewah, Nilainya Ratusan Juta
• Syahrini Ternyata Ingin Punya 13 Anak Sebelum Malam Pertama, Ini Cara Reino Barack Pacu Stamina
Terutama jika yang merebut cinta kita itu adalah teman atau sahabat kita sendiri.
Memang pahit rasanya jika sahabat yang selama ini mengenal kita, malah mengambil sosok yang kita cintai.
Seperti yang terjadi pada seorang bocah 13 tahun ini.
Remaja laki-laki ini menjadi viral karena hendak melompat dari atap sekolahannya gara-gara sakit hati setelah 'ditikung sahabat'.

Mengutip World of Buzz, remaja 13 tahun yang tak diketahui namanya ini, memanjat atap sekolahannya yang berada di kawasan Banting, Selangor, Malaysia.
Remaja ini nekat memanjat gedung sekolah 2-lantai itu saat situsi tengah ramai, pada Selasa (12/3/2019) sekitar pukul 13.00 waktu setempat.
• Gisel Sering Terciduk Jalan Bareng Wijaya Saputra, Gading Marten Beri Komentar Tegas ke Mantan Istri
• Viral di Facebook, Akhir Kisah Istri Sah Pergoki Suami Menikah, Anaknya Nangis: Saya Anak Bapakkan?
• LIVE STREAMING Barito Putera Vs Persela Lamongan, Sore Ini Mulai 15.00 WIB, Evan Dimas Absen
Sebelum nekat naik ke atap gedung, remaja ini ternyata sempat meninggalkan kata-kata terakhirnya di secarik kertas.
'Aku ingin bunuh diri karena semalam saya berkelahi dengan sahabatku sendiri.
Dia sudah bersama dengan gadis yang aku cintai. Hatiku sangat sakit.
Aku juga sempat memberitahu beberapa temanku. Mereka mecoba untuk mencegahku bunuh diri.
Tapi aku sudah sangat frustasi, itulah sebabnya aku memutuskan untuk bunuh diri,' tulis sang remaja itu.

Dalam video yang diunggah oleh akun Facebook Deejay Nesh pada Selasa (12/3/2019) kemarin, terlihat sang remaja berjalan di atas atap gedung dua dua lantai itu.
Dibawahnya, tampak ramai sekali murid-murid lain yang memandang aksi nekat sang remaja.
Beruntung, pemadam kebakaran berhasil datang untuk mencegah sang pemuda meneruskan aksinya.
Dalam video juga terlihat para petugas pemadam kebakaran yang datang berhasil mencegah bocah 13 tahun itu untuk melompat.

Bocah 13 tahun itu juga hanya menderita cedera ringan.
"Tangan siswa itu mendapat cedera ringan setelah diselamatkan, dan langsung dibawa ke Rumah Sakit Banting untuk dirawat," ucap polisi setempat, dikutip Grid.ID dari World of Buzz.
Menurut keterangan saksi, remaja 13 tahun yang hendak bunuh diri itu dikenal sebagai bocah yang pendiam dan tidak pernah membuat masalah sebelumnya.
Menjaga kesehatan mental anak
Menilik kasus di atas, apa yang dialami remaja 13 tahun tersebut bisa jadi ia sedang mengalami gangguan kesehatan mental.
Hal tersebut seperti merujuk pada pemaparan Kantiana Taslim, M.Psi., psikolog yang berpraktek di Personal Growth, Jakarta Barat mengatakan,
"Kesehatan mental adalah suatu kondisi seseorang di mana secara emosional, sosial, atau perilaku terjaga atau keseimbangannya terjalin dengan baik."
Seseorang dikatakan kesehatan mentalnya terjamin ketika aspek emosional, sosial, atau kognisinya terampil.

Misalnya, anak dapat mengendalikan rasa marah atau mengekspresikan kemarahannya dengan baik atau dengan cara-cara yang bisa diterima.
Seorang anak yang ceria dan dapat bersosialisasi dengan baik juga dapat dikatakan kesehatan mentalnya terjamin.
"Jadi bentuk kesehatan mental seorang anak bisa kita lihat dari berbagai perilaku dan dari berbagai sikap," jelas Kantiana.
Anak terkena gangguan mental sebenarnya memiliki faktor-faktor yang mendasarinya yaitu faktor biologis, faktor lingkungan, dan dalam diri anak sendiri.
Faktor biologis adalah anak memiliki sejarah keluarga yang memang memiliki gangguan kesehatan mental.
Anak menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya setiap hari apakah membuat stres atau ada hal-hal yang membuatnya tidak nyaman.
Atau tidak bisa beradaptasi dengan baik itu merupakan faktor lingkungan.

Seseorang dikatakan kesehatan mentalnya terjamin ketika aspek emosional, sosial, atau kognisinya terampil.
Misalnya, anak dapat mengendalikan rasa marah atau mengekspresikan kemarahannya dengan baik atau dengan cara-cara yang bisa diterima.
Seorang anak yang ceria dan dapat bersosialisasi dengan baik juga dapat dikatakan kesehatan mentalnya terjamin.
"Jadi bentuk kesehatan mental seorang anak bisa kita lihat dari berbagai perilaku dan dari berbagai sikap," jelas Kantiana.
Anak terkena gangguan mental sebenarnya memiliki faktor-faktor yang mendasarinya yaitu faktor biologis, faktor lingkungan, dan dalam diri anak sendiri.

Faktor biologis adalah anak memiliki sejarah keluarga yang memang memiliki gangguan kesehatan mental.
Anak menerima stimulus-stimulus dari lingkungannya setiap hari apakah membuat stres atau ada hal-hal yang membuatnya tidak nyaman.
Atau tidak bisa beradaptasi dengan baik itu merupakan faktor lingkungan.
Melansir dari Kompas.com, World Health Organization (WHO), memaparkan setengah dari kasus penyakit mental yang dialami oleh masyarakat dunia dimulai pada tahapan usia 14 tahun.
Kasus penyakit mental yang dialami anak usia 14 tahun ini sebenarnya bisa terdeteksi jika kita memperhatikan pentingnya kesehatan mental sedini mungkin.