Puasa Ramadhan 2019
Puasa Sambil Mengecilakan Perut Kenapa Tidak, Cukup Lakukan Cara Mudah Ini saat Sahur dan Berbuka
Puasa sambil mengecilakan perut kenapa tidak, cukup lakukan cara mudah ini saat sahur dan berbuka!
Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Adrianus Adhi
Saat menimbang berat badannya di bulan Februari 2018, ia mendapai bobot tubuhnya menjadi 179 kilogram.
"Hasil timbangan itu membuatku takut. Aku merasa bertekad untuk melakukan perubahan," sambungnya.
Saat itu Phelps berusia 39 tahun dan tak ingin berat badannya melebihi 200 kilogram saat berulang tahu ke 40.
Sebelumnya, ia pernah mendengar tentang diet puasa intermiten, pola diet yang membatasi waktu makan dengan "jendela" makan tertentu, yang diklaim efektif untuk banyak orang.
Sejak saat itu, dia memulai akhir pekannya dengan berpuasa selama 16 jam sehari, tepat di hari Sabtu dan Minggu.
Melihat hasilnya yang begitu efektif, ia melanjutkan puasa yang dijalaninya dengan model 16:8, yaitu berpuasa 16 jam dan makan dalam kurun waktu delapan jam.
Usaha tersebut membuatnya kehilangan berat badan sekitar 0,5 hingga 1,5 kilogram setiap minggu.
Seiring waktu, dia juga menjadi lebih sadar akan apa yang dia makan, dan bagaimana makanan tertentu mempengaruhi suasana hatinya.
"Saya juga menjadi lebih sadar akan perbedaan antara kelaparan fisik, dan hanya 'lapar' secara mental, yang hampir selalu disebabkan oleh kebosanan, rutinitas, stres, atau mengidam untuk jenis makanan tertentu," katanya.
Phelps mulai belajar untuk mengabaikan pikiran yang membuatnya merasa lapar.
Bahkan, dalam satu jam perasaan lapar itu hilang. Setelah dua minggu memulainya, ia mengalami patah kaki yang membuat berat badannya kembali naik.
"Itu menakutkan karena saya ingat patah kaki saya di usia dua puluhan, dan menambah berat badan setelah itu karena aktvitas fisik yang berkurang," katanya.
"Tapi kali ini berbeda, aku bertekad untuk mengubah kelemahan menjadi kekuatan," tambahnya.
Kemudian, ia memutuskan untuk membeli heavy bag atau sansak tinju dan berolahraga dengan alat tersebut setiap pagi meski kakinya dalam kondisi cedera.
Setelah kakinya sembuh, dia terus melakukan latihan kardio dengan intensitas tinggi di pagi hari.
Ia juga berolahraga di gym untuk melakukan olahraga angkat beban, dengan fokus pada latihan menggunakan barbell.
Semua usaha itu membuat berat badannya turun drastis dalam waktu singkat.
Selama rentang waktu satu tahun, ia berhasil menurunkan berat badan hingga 54 kilogram.
Namun, ia masih ingin menurunkan berat badannya 13 kilogram lagi demi mencapai tubuh ideal yang diinginkannya.
"Saya bahkan tidak bisa menjelaskan seberapa baik perasaan saya. Tingkat energi keseluruhan saya jauh lebih tinggi. Mobilitas dan kekuatan saya sangat meningkat," katanya.
Untuk mencapai tujuan yang belum tercapai, Phelps terus menjaga motivasi dalam dirinya.
Bagi Phelps, konsistensi dan kesabaran adalah dua faktor terpenting untuk mendapatkan tubuh ideal.
Menurutnya, tidak semua pola diet berhasil untuknya. Namun, diet puasa intermiten ini telah sukses ia buktikan khasiatnya.
Tidak semua orang cocok dengan pola diet seperti yang dijalani Phelps. Ada orang yang cocok dengan diet keto, bekerja sama dengan pelatih, atau menerapkan penghitungan kalori.
"Kita harus memahami bahwa perubahan itu tidak akan terjadi dalam semalam. Buatlah perubahan kecil di awal sampai menjadi kebiasaan," ucap Phelps.
Setelah hal kecil itu menjadi kebiasaan dan mengalami peningkatan, Phelps mengatakan kita bisa dapat merasakan hasilnya
Makanan manis yang baik untuk berbuka
Memang benar saat berpuasa seharian penuh gula darah akan terus menurun sepanjang hari karena kita tidak mendapat asupan makanan lain.
Gula darah sendiri adalah sumber energi utama tubuh.
Untuk menggantikan energi yang hilang ini, kita butuh menu berbuka puasa yang tepat.
Gula bisa cepat meningkatkan kadar gula darah yang turun setelah berpuasa.
Makanan dan minuman manis, seperti; teh manis atau pisang goreng, tidak memiliki gizi yang cukup untuk menggantikan nutrisi yang hilang selama seharian beraktivitas.

Makanan manis ini justru bisa menurunkan gula darah dengan sangat drastis setelah makan.
Akibatnya, kita merasa lemas dan ngantuk setelah buka puasa.
Dilansir dari British Nutrition Foundation, sebaiknya kita tidak mengonsumsi banyak makanan atau minuman manis dengan gula tambahan setelah berpuasa.
Selain bisa bikin gula darah turun dengan drastis, asupan kalori dan gula yang terlalu banyak bisa membuat berat badan malah naik meski sedang berpuasa.
Lebih baik pilih makanan manis alami yang juga mengandung serat dan bernutrisi tinggi.
Jus buah atau smoothies, kurma, es buah tanpa pemanis tambahan, buah segar, buah kering, atau buah yang dibekukan, misalnya pisang beku salut cokelat, adalah makanan manis yang paling baik untuk berbuka puasa.
Satu butir kurma ukuran sedang, misalnya, mengandung sekitar 23 kalori, 6,2 gram karbohidrat dengan 5,3 gram gula dan 0,7 gram serat.
Jika dibandingkan dengan segelas teh manis hangat, kandungan gulanya bisa lebih tinggi lagi, tergantung dari berapa banyak takaran yang kita pakai.
Satu sendok makan gula pasir (13 gram) mengandung 50 kalori, 13.65 gram karbohidrat, dan 13,65 gram gula.
Tapi makan 3 butir kurma, seperti yang dicontohkan Rosul, nabi Muhammad SAW, memberikan sekitar 69 kalori dalam sekali berbuka puasa.
Tak hanya itu, buah kurma juga mengandung serat, protein, kalium, magnesium, copper, mangan, besi dan vitamin B6 yang penting untuk tubuh.
Dilansir dalam laman Healhtline, serat buah-buahan membantu mengontrol gula darah agar tidak melonjak tinggi.
Kebalikannya, segelas teh manis hangat sangat sedikit mengandung nutrisi. Apalagi jika gula yang dikonsumsi adalah yang berbentuk cairan manis, maka ini akan lebih mudah dicerna dan langsung diserap dengan cepat.
Maka dari itu, gula darah juga akan meningkat lebih drastis lagi.
Ditambah lagi, minuman manis biasanya tidak memberi efek mengenyangkan, sehingga kita bisa berlebihan mengonsumsinya.
Untuk mengganti gula pasir dalam menu berbuka puasa, pakailah madu yang punya nilai gizi cukup menguntungkan atau ekstrak vanila.