Kabar Lumajang
Pengakuan Keluarga Pengasuh Anak Hori dan Lasmi soal Dugaan Perdagangan Manusia
Hori, Lasmi, Sahar, dan istrinya, Sukaesih. Pertemuan dilakukan di Mapolres Lumajang, Rabu (19/6/2019).
Penulis: Sri Wahyunik | Editor: yuli
SURYAMALANG.COM, LUMAJANG - Jajaran Polres Lumajang mempertemukan empat orang terkait indikasi penjualan orang dalam rangkaian kasus pembunuhan salah sasaran yang dilakukan oleh Hori (43), warga Desa Jenggrong Kecamatan Ranuyoso, Lumajang.
Keempat orang yang dipertemukan adalah Hori, Lasmi, Sahar, dan istrinya, Sukaesih. Pertemuan dilakukan di Mapolres Lumajang, Rabu (19/6/2019).
Kapolres Lumajang AKBP M Arsal Sahban menuturkan, pertemuan itu untuk mengkonfrontasi keterangan dari empat orang tersebut dalam kasus dugaan perdagangan orang.
Hori dan Lasmi, yang pernah menikah memiliki anak laki-laki. Anak laki-laki tersebut kini berada di keluarga Sahar, warga Desa Sombo Kecamatan Gucialit, Lumajang.
Dalam konfrontasi itu, Lasmi menuturkan jika anak lelakinya dijual oleh Hori saat masih berusia 10 bulan. Ketika itu sang anak dijual seharga Rp 500 ribu.
Keterangan Lasmi berbeda dengan keterangan Hori. Hori mengaku tidak menjual anaknya.
Dia menyerahkannya kepada Kahar dan Sukaesih yang masih tetangga di Lumajang, supaya bisa merawat sang anak. Ketika itu penyerahan bayi dilakukan di Riau.
Di sisi lain, Sahar dan Sukaesih menyebut apa yang dilakukan Hori kepada anaknya bukan jual beli anak. Bayi laki-laki itu memang diserahkan untuk dirawat Kahar supaya lebih terawat.
Ketika itu, Sahar dan istrinya hendak kembali ke Lumajang. Hori memang disebut memiliki utang kepada Kahar. Dan saat hendak pulang ke Lumajang, Kahar dan istrinya diberi bayi tersebut oleh Hori.
Akhirnya anak lelaki Lasmi dan Hori kini dirawat oleh Kahar dan Sukaesih. Bahkan anak lelaki yang berusia sekitar 9 tahun itu sudah memiliki akta kelahiran. Dia masuk dalam KK milik Sukaesih.
"Nah ini yang sedang kami dalami. Keterangan dari masing-masing pihak memang simpang siur. Terutama untuk indikasi perdagangan orang. Meski begitu, tidak bisa serta merta kami menjadikan ini kasus hukum apalagi jika banyak persoalan sosial yang melingkupi kasus ini," ujar Arsal.
Selama dirawat oleh Sahar dan Sukaesih, Hori dan Lasmi juga tidak pernah menengok sang anak. Barulah ketika Lasmi tinggal di Sombo, yakni di rumah Hartono - kemudian menjadi suaminya, Lasmi kerap bertemu dengan anaknya.
Bahkan Lasmi juga menyebutkan jika dirinya adalah ibu kandung anak lelaki tersebut.
"Pastinya dari keterangan mereka memang banyak sekali masalah sosial. Lasmi bilang anaknya dijual. Hori menyebut tidak, tetapi diberikan supaya lebih terawat. Pasutri yang merawat juga mengakui hal itu. Memang anaknya kini terawat, dan hidup baik," imbuh Arsal.
Kemudian menyusul, persoalan lain yakni munculnya akta kelahiran si anak itu, dengan NIK yang mengaku pada KK milik Sukaesih. Munculnya dokumen ini mengindikasikan adanya pemalsuan dokumen.
Namun menurut keterangan kepala desa setempat, pembuatan akta itu diperlukan supaya sang bocah itu bisa bersekolah.
"Karena desanya terpencil, dan dokumen itu dibutuhkan si anak untuk bisa sekolah. Memang ada indikasi pemalsuan dokumen, tetapi tidak ada niatan jahat. Karenanya, kami masih akan pelajari dan dalami lagi kasus ini, dan penanganan hukumnya," tegas Arsal.
Arsal berharap apa yang dilakukan penegak hukum nantinya tidak mempengarugi kondisi psikologis bocah tersebut.
Dia mengakui jika saat ini keinginan Lasmi adalah merawat anak kandungnya itu. Karenanya, pihaknya akan mencari solusi atas persoalan itu, teruama bagi Lasmi, Sahar, dan Sukaesih.
Dalam perbincangan dengan Surya, Lasmi memang berharap untuk bisa merawat anaknya yang kini dirawat oleh tetangganya tersebut. Namun dia juga berharap ada solusi terbaik untuk dirinya dan Pasutri Sahar - Sukaesih.
Warga Desa Sombo, Ny Lima menambahkan, pasangan Sahar dan Sukaesih merawat anak Lasmi secara baik.
"Baik, anaknya juga sudah disunat. Kakaknya yang bernama Syaiful juga sangat sayang pada adiknya, meskipun dia tahu itu bukan adik kandungnya. Selalu digendong, dan dibelikan apa yang dimau. Sangat disayang oleh keluarganya. Karenanya kalau saya berharap ada jalan terbaik untuk Lasmi dan Pak Sahar. Apa mungkin diopeni bersama," imbuh Lima.
Indikasi perdagangan orang itu muncul setelah mencuatnya kasus pembunuhan salah sasaran yang dilakukan Hori sepekan lalu.
Hori berencana membunuh Hartono, lelaki yang memberinya utang, dan kini menikahi Lasmi. Nahas, dia malah membacok Hola karena salah lihat. Hola, tetangga Hartono akhirnya tewas akibat pembacokan itu.
Setelah kejadian itu, munculnya cerita tentang 'suami menggadaikan istri, hingga ke indikasi penjualan anak kandung tersebut.