Kisah Buah Maja, Cikal Bakal Kerajaan Majapahit di Mojokerto, Dianggap Sakral, Penolong Raden Wijaya
Kisah buah maja, cikal bakal Kerajaan Majapahit di Mojokerto, dianggap Sakral dan penolong para pasukan Raden Wijaya.
Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM - Kisah buah Maja yang jadi cikal bakal kerajaan Majapahit di Mojokerto ternyata dianggap sakral.
Kesakralan buah maja diyakini oleh beberapa negara dunia seperti Pakistan, India, Srilanka, Nepal, dan Bangladesh.
Tidak hanya itu, menilik sejaranya, buah Maja juga jadi penolong para pasukan Raden Wijaya.
Selama ini kita mengenal buah maja adalah buah yang bentuknya bulat sebesar bola voli, rasanya pahit sehingga tidak ada yang berani memakannya.
• Salon Murah Barbie Kumalasari Terekspos, Harga Cuma Rp 100 ribuan, Booking-nya Pakai Nama Samaran

Pohon maja dikenal sebagai tanaman perdu dan banyak ditemukan di taman-taman.
Buah maja juga memiliki kulit (tempurung) sangat keras dan hanya digunakan sebagai bahan obat herbal.
Tempurungnya yang sekeras dan sekuat tempurung kelapa itu sering dimanfaatkan sebagai bahan perkakas rumah tangga, mulai dari gayung air, takaran beras, sampai tempat menyimpan biji-bijian.
Padahal, buah maja sebetulnya berukuran relatif lebih kecil, rasanya juga tidak pahit, melainkan manis dan enak dimakan.
Hal ini lantaran buah maja memiliki jenisnya masing-masing sehingga tidak heran bila buah Maja memiliki banyak variasi rasa dan bentuk.
• Reaksi Haru Luna Maya Dapat Kejutan Dari ART, Panjatkan Doa & Foto Imut di Ulang Tahun ke-36
Namun sebelum membahas soal jenis buah maja, SURYAMALANG.COM akan sedikit mengulas sejarahnya dikutip dari intisari.grid.id.
Menurut kisah yang selama ini kita percaya, buah maja terkait dengan asal-usul Kerajaan Majapahit (1293 - 1527).
Konon, saat Raden Wijaya dan para pengikutnya babat alas Tanah Tarik, mereka menemukan banyak pohon maja yang sedang berbuah.

Menurut mereka, buah yang mereka temukan itu rasanya pahit. Karena itu, mereka kemudian memberi nama daerah itu sebagai maja-pahit.
Nama ini lantas menjadi nama kerajaan yang dipimpin Raden Wijaya, yang kemudian pada zaman Raja Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada dianggap berhasil menyatukan wilayah Nusantara.
Di Pakistan, India, Srilanka, Nepal, dan Bangladesh, buah maja punya peran penting dalam budaya masyarakat setempat.
Di masyarakat wilayah Asia Selatan itu, daging buah maja biasa dikonsumsi baik dalam keadaan segar maupun sudah dikeringkan. Daging buahnya bisa dijadikan jus atau sharbat.
Sharbat adalah minuman tradisional terbuat dari daging buah maja yang dihaluskan lalu dicampur dengan air, gula (atau sirup), kadang ditambah susu dan es.
Mereka yang meminum biasanya punya masalah dengan buang air besar atau terkena gangguan pencernaan. Biar BAB lancar.
• Misteri Harta Warisan Jupe Dibongkar Mbak You, Gaston Castano Disebut Dalang Penyakit Julia Perez
Selain dikonsumsi dalam keadaan segar, daging buah maja juga bisa dikonsumsi setelah dikeringkan lebih dulu. Daging buah diiris-iris lalu dikeringkan dengan sinar Matahari.
Irisan daging buah yang telah kering selanjutnya direbus dengan air dan rebusannya inilah yang diminum.
Daun tanaman ini juga bisa dikonsumsi. Pucuk daun tanaman majamerupakan sayuran yang populer di negara-negara Asia Selatan.
Dalam ilmu pengobatan tradisional India (ayurveda), maja dipercaya bisa mengobati berbagai gangguan kesehatan, antara lain demam dan gangguan pencernaan, terutama sembelit kronis.
Dalam tradisi Hindu, maja merupakan tumbuhan "titisan" Hyang Syiwa. Karena itu tanaman maja selalu ada di halaman pura Hindu.

Selain pucuknya untuk sayuran, daun maja juga merupakan perangkat ritual penting dalam agama Hindu.
Di Nepal, buah maja dipakai dalam ritual upacara perkawinan. Buah ini dianggap sebagai penjelmaan Hyang Syiwa.
Karena itu, saat prosesi pernikahan, sang gadis dianggap menikah dengan Hyang Syiwa, bukan dengan suaminya. Ritual ini bertujuan untuk memperoleh kesuburan (keturunan) dari Hyang Syiwa.
Apabila sang suami meninggal, perempuan itu tidak perlu malu berstatus janda, sebab ia tetap menjadi istri Hyang Syiwa.
• Pose Roger Danuarta Pegang Perut Istri Bikin Heboh, Perhatikan Bagian Perut Cut Meyriska

Dari kesakralan buah maja inilah diduga nama Majapahit berasal. Seperti kita tahu, dalam tradisi Hindu Jawa, banyak nama tokoh menggunakan nama binatang atau tumbuhan, seperti Gajah Mada, Hayam Wuruk, Mahesa Wong Ateleng, dan Iain-lain.
Karena itu tidak mengherankan nama buah sakral ini pun dipakai sebagai nama kerajaan. Kita tahu, Majapahit adalah kerajaan Hindu.
Lalu bagaimana dengan kisah tentang Raden Wijaya dan anak buahnya? Menurut legenda yang selama ini kita anggap benar, saat para pengikut Raden Wijaya lapar dan haus sewaktu membuka Tanah Tarik, mereka makan buah maja yang rasanya pahit.
Kemudian mereka sepakat memberi nama Tanah Tarik sebagai Majapahit.
Cerita inilah yang kita dengar di sandiwara radio, di sinetron, termasuk di dalam novel-novel cerita tentang Majapahit. Diduga kuat, cerita ini hanya rekaan.
• BERITA AREMA POPULER Hari Ini, Pemain Baru Takafumi Akahoshi & Fakta Kekalahan Arema vs Bali United
Versi lain yang mungkin lebih bisa dipercaya mengatakan, kata "pahit" dalam nama Majapahit bukan berasal dari kata pait yang bukan berarti rasa pahit, tapi kata pait yang berarti modal.
Dalam bahasa Jawa, Majapahit dilafalkan majapait (tanpa bunyi "H"). Pait (atau pawii) dalam bahasa Jawa sebenarnya punya beberapa makna.
Makna utama memang rasa pahit, namun juga bisa berarti modal. Jadi Majapahit bukan maja yang rasanya pahit, tetapi maja yang dijadikan modal karena kesakralannya.
Entah mana yang lebih bisa dipercaya dari dua versi ini, wallahu a'lam.
Tanaman ini bukan hanya punya nilai historis tinggi bagi Indonesia, tetapi juga bisa menjadi komoditas buah yang menarik.
Pemerintah, terutama Pemerintah Provinsi Jawa Timur, terlebih lagi Pemerintah Daerah Mojokerto, mestinya memperhatikan nasib tanaman ini.
Mestinya, maja menjadi tanaman yang bisa dijumpai di sepanjang jalan di sekitar situs Majapahit sehingga bisa menjadi ikon Mojokerto.
• Kemarahan Khirani Trihatmodjo Tahu Mayangsari Ditampar, Protes Keras ke Mama & Bertanya Alasannya
Sama halnya dengan kawista yang sudah menjadi buah khas Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
Tanaman maja (mestinya) menjadi tanaman khas Mojokerto. Sehingga, mereka yang mengunjungi situs Majapahit bisa sekaligus mengenal tanaman ini. Buah maja? Ya Mojokerto. Begitu, mestinya.
Jenis-jenis Buah Maja
Buah yang selama ini kita kenal sebagai maja itu sebetulnya adalah berenuk, kadang dilafalkan brenuk atau bernuk (calabash tree, huingo, krabasi, atau kalebas).
Ada tiga spesies bernuk, yakni Crescentia cujete, Crescentia alata, dan Crescentia portoricensis.
Di Indonesia tumbuh berenuk spesies Crescentia cujete. Ketiga berenuk itu merupakan tanaman asli daerah tropis Benua Amerika, dan bukan tanaman asli Indonesia.
Rombongan berenuk masuk ke negeri kita karena dibawa bangsa Portugis dan Belanda. Jadi logikanya, tidak mungkin tumbuhan ini sudah ada di Jawa pada masa Kerajaan Majapahit.
Dengan kata lain, kalaupun Raden Wijaya dan anak buahnya saat itu mengklaim menemukan banyak pohon maja, sangat mungkin pohon majaitu bukan berenuk.
Berenuk spesies Crescentia alata berbentuk sama dengan Crescentia cujete, cuma ukuran buahnya saja yang lebih kecil.
Bentuk buahnya memanjang seperti labu air, berwarna hijau tua. Sering dijumpai tumbuh liar di halaman rumah atau kebun, juga sebagai tanaman peneduh jalan atau di taman perkotaan.
Bentuk tanaman, tajuk (percabangan), serta buah yang indah memang membuatnya cocok digunakan sebagai tanaman hias di taman.
Apalagi ketika ia sedang berbuah sangat lebat. Bentuk buahnya yang bulat, warnanya yang hijau segar serta ukurannya yang besar membuat buah ini kelihatan indah.
Ada juga maja asli Indonesia yang disebut bael (Aegle marmelos). Genus Aegle terdiri atas enam spesies: Aegle barteri, Aegle correa, Aegle decandra, Aegle glutinosa, Aegle marmelos, dan Aegle sepiaria.
Dari enam spesies ini, yang merupakan tanaman penting hanya Aegle marmelos. Selain disebut maja, tanaman ini juga dinamai maja batu atau maja manis.
Penambahan kata manis di sini jelas untuk membedakannya dari maja yang memang selama ini kita kenal berasa pahit.
Habitat asli bael tersebar mulai dari Pakistan, India, tenggara Nepal, Sri Lanka, Bangladesh, Myanmar, Thailand, Laos, Vietnam, Kamboja, Malaysia, Filipina, dan Indonesia.
Selain disebut bael, di negara-negara habitatnya, buah ini juga disebut Bilva, Bilwa, Bel, Koovalam, Koovalam, Madtoum, Beli Fruit, Bengal quince, Stone apple, atau Wood apple.
Di Jawa, tanaman maja tumbuh di dataran rendah, terutama di kawasan yang beriklim sangat kering.
Kawasan sekitar Mojokerto (lokasi bekas Kerajaan Majapahit), memang habitat tanaman maja.
Antara maja dan berenuk saja sudah berbeda sosoknya. Percabangan bernuk mengarah ke samping, sementara tajuk maja tumbuh menjulang ke atas.
Pohon maja bisa tumbuh sampai setinggi 20 m. Kayunya sangat keras. Tajuknya mirip dengan tanaman kawista (Limonia swingle) dan asam keranji {Dialium indum), tapi daun maja sedikit lebih lebar dari keduanya.
Koleksi tanaman maja Aegle marmelos di Indonesia bisa kita temui di Kebun Raya Purwodadi, Jawa Timur, yang terletak di antara jalan raya Surabaya - Malang.
Kalau dilihat sekilas, tanaman ini mirip kawista yang kalau dijadikan sirup rasanya hampir mirip coca cola itu.
Bedanya, kawista adalah tanaman pendatang dari India, sedangkan maja termasuk tanaman asli Indonesia sekalipun tanaman ini lebih dikenal berasal dari India.
Bunga maja sangat harum. Saat tanaman ini berbunga, aroma wanginya bisa tercium dari jarak beberapa meter.
Buah maja Aegle marmelos berbentuk bulat agak lonjong, dengan tonjolan di bagian pangkalnya, kulitnya halus, berwarna cokelat gelap.
Diameter buah antara 5 - 12 cm, lebih kecil daripada ukuran buah maja yang rasanya pahit, ukurannya bisa sebesar bola voli.
Buah maja juga tampak mirip dengan kawista. Maklum, keduanya memang masih bersaudara. Dua tanaman ini memang masih sama-sama famili Rutaceae.
Buah maja maupun kawista juga bertempurung sangat keras. Tekstur buah serta biji maja juga mirip kawista.
Bedanya, buah kawista berbentuk bulat sempurna, bagian pangkalnya tidak menonjol, kulit buahnya kasar, warnanya abu-abu.