Kabar Banyuwangi

Mati Membeku atau Terpanggang, Pilihan Sulit Porter dan Pendaki Singapura saat Gunung Raung Terbakar

KISAH PORTER DAN PENDAKI LOLOS DARI KEBAKARAN DI GUNUNG RAUNG: Situasinya saat itu menegangkan. Saya sempat panik. Saya bisa mati terpanggang.

Penulis: Haorrahman | Editor: yuli
IST
Tim SAR menyiapkan proses Evakuasi Pendaki Terjebak Kebakaran Gunung Raung, Jumat (4/10/2019) malam 

KISAH PORTER DAN PENDAKI LOLOS DARI KEBAKARAN DI GUNUNG RAUNG: Situasinya saat itu menegangkan. Saya sempat panik. Dalam pikiran saya bisa mati terpanggang. Tapi berusaha tenang yang penting tamu-tamu ini selamat. Apabila terjadi apa-apa sama mereka, bisa jadi berita internasional ini.

SURYAMALANG.COM, BANYUWANGI - Para pendaki yang terjebak saat kebakaran Gunung Raung, Jawa Timur, Jumat (4/10/2019), dihadapkan pada situasi serba sulit.

Memilih bertahan akan mati kedinginan, atau turun tapi menerjang api. Mereka akhirnya memilih pilihan kedua. Setidaknya, apabila nasib mereka buruk, mereka mati dengan berusaha bertahan hidup.

Terdapat 13 orang yang terjebak di tengah kebakaran yang melanda Gunung Raung. Dua orang porter, dua guide, dua pendaki dari Indonesia, serta tujuh warga asal Singapura.

Mereka sedang istirahat di camp 9. Pendaki dari Singapura dan tiga pendampingnya, baru saja turun dari puncak setelah menginap semalam. Kondisi mereka kelelahan. Sementara pendaki dari dalam negeri hendak naik ke puncak.

Sekitar pukul 11.30, Wageono, seorang porter yang tengah mendampingi tamunya dari Singapura, turun hendak memasak di camp 7.

"Saat itu saya mencium bau asap. Ternyata sudah ada api. Saya coba padamkan sebisanya tapi kian membesar," kata Wageono.

Dia lalu naik lagi untuk mengabarkan pada rombongan di camp 9. Saat itulah, mereka menghubungi petugas pos jaga melalui HT.

"Situasinya saat itu menegangkan. Saya sempat panik. Dalam pikiran saya bisa mati terpanggang. Tapi berusaha tenang yang penting tamu-tamu ini selamat," kata Wageono.

Apalagi tamu yang dia bawa dari luar negeri. Wageono hanya memikirkan bagaimana mereka bisa selamat.

"Apabila terjadi apa-apa sama mereka, bisa jadi berita internasional ini," kata Wageono.

Menurut pria yang baru satu tahun menjadi porter di Gunung Raung itu, rombongan berada situasi yang sulit.

Bertahan di camp 9 bisa membuat mereka mati kedinginan, karena saat itu angin berhembus kencang sekitar 10 km/jam. Apalagi perbekalan juga mulai menipis. Sementara kalau turun asap sudah di mana-mana dan api mulai merambat.

Hingga Jumat malam mereka masih bertahan di camp 9.

Beberapa tamu mulai kedinginan. Akhirnya sekitar pukul 22.30 malam, para pendaki termasuk dari Singapura sepakat untuk turun menerjang asap dan api.

"Setelah semuanya sepakat, kami akhirnya turun bersama-sama," kata pria berusia 75 tahun tersebut.

Sepanjang perjalanan para guide dan porter melindungi pendaki dari Singapura itu. Sembari berjalan guide dan porter yang berasal dari Banyuwangi itu memadamkan api yang menghalangi menggunakan ranting yang masih ada daunnya, tanah, dan peralatan seadanya.

Akhirnya mereka tiba di titik aman pos 1. Mereka dijemput oleh para relawan dan mengendarai motor ke bawah.

Semua pendaki tidak mengalami cedera berarti. Mereka hanya mengalami luka-luka ringan.

"Kalau saya tidak luka. Hanya mata yang sampai saat ini terasa panas. Saya tidak bawa masker dan kaca mata. Yang terpenting semua tamu selamat," kata Wageono.

Barang-barang tim porter dan guide seperti tenda, peralatan masak, dan lainnya ditinggal di camp 7.
"Yang penting barang-barang tamu selamat," kata Wageono.

Ini menjadi pengalaman tak terlupakan bagi para pendaki Singapura.

"Aku sangat merasa baik. Ini adalah pengalaman pertama saya di sepanjang hidup saya," ujar Shervon Ong, pendaki asal Singapura.

Menurutnya kegigihan para guide dan porter, mereka bisa selamat.

"Api di mana-mana. Tapi orang-orang Indonesia berjuang keras untuk membantu dan menyelamatkan kami. Terima kasih banyak," tambahnya.

Hartono, Kepala Dusun Wonorejo, mengatakan, setelah mendengar informasi ada yang terjebak kebakaran di Gunung Raung, para relawan langsung berkumpul.

"Pukul 11 malam, para relawan mendaki untuk menjemput para pendaki. Akhirnya kami bertemu di titik aman di camp 4. Alhamdulilah semuanya selamat," katanya.

Menurut Hartono, sejak sekitar 10 hari sebelum kebakaran di camp 7, terlihat ada asap di sisi barat.

"Namun lokasinya tidak mungkin dijamah manusia, karena curam. Kemungkinan api berasal dari sana, dan dibawa oleh angin hingga ke camp 7," katanya. 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved