Internasional
Gadis Genius Habisi Nyawa Orang Tua, Depresi Sejak SD Dituntut Jadi Anak Berprestasi, Nasibnya Miris
Gadis jenius habisi nyawa orang tuanya sendiri, depresi sejak SD dituntut terus menerus jadi anak berprestasi, nasibnya berakhir miris.
Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM - Gadis genius bernama Jennifer Pan mengahabisi nyawa orang tuanya sendiri.
Usaha keji itu dilakukan Jennifer Pan karena depresi sejak SD dituntut terus menerus jadi anak berprestasi di sekolah.
Kini nasib gadis genius itu berakhir miris, Ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya dengan hukuman mati.
Berikut kisah Jennifer Pan yang dilansir dari Suar.grid.ID (Grup SURYAMALANG.COM) melalui Elitereaders:
1. Anak Emas

Kisah Jennifer Pan dimulai sejak usianya masih belia.
Jennifer Pan dikenal sebagai 'anak emas' di mata orangtuanya bernama Bich dan Hann.
Jennifer Pan memiliki seorang adik laki-laki bernama Felix, namun Jennifer selalu dianggap lebih baik.
Jennifer Pan adalah siswa berprestasi selama menempuh studi di SMA Katolik, dan dengan mudah lulus sebagai sarjana Farmasi dari Universitas Toronto Kanada yang dikenal sebagai kampus favorit.
2. Latar Belakang Orang Tua
Orangtua Jennifer Pan, Bich dan Hann adalah pengungsi asal Vietnam, dan di perantauan mereka di Kanada mereka harus bekerja keras sebagai buruh untuk menghidupi dua buah hati mereka.
Inilah alasan kedua orangtua Jennifer Pan memiliki harapan yang sangat tinggi agar putrinya tersebut bisa belajar dengan giat, bahkan harus berprestasi dalam bidang pendidikan yang ditempuhnya.
3. Orang Tua yang Keras
Kedua orangtua Jennifer Pan sangat menghargai pendidikan.
Mereka juga orangtua yang disiplin, cenderung keras, bagi Jennifer Pan dan adiknya, Felix.
Jennifer Pan adalah anak istimewa dan menjadi kebanggaan orang tua.
4. Tuntutan Belajar Sangat Tinggi
Sehari-hari Jennifer Pan disiplin mengikuti les piano dan skating, dan menguasai keduanya dengan sangat baik.
Jennifer Pan juga berlatih bela diri dan perenang yang baik.
Dan di luar kegiatan ekstrakulikuler, Jennifer Pan adalah pelajar teladan yang tekun belajar hingga larut malam.
Pesta dan pacaran menjadi hal terlarang di rumahnya. Pendidikan adalah segalanya.
5. Dendam dan Kebencian
Miris, di balik semua hal mengesankan itu, tersembunyi kebohongan, kebencian, dan dendam yang kemudian menjurus pada tindakan mengerikan yang menghancurkan keluarga dan diri Jennifer: pembunuhan sadis.
Segala harapan orangtuanya ternyata membuat Jennifer Pan merasa tertekan.
6. Prestasi Mulai Menurun
Saat di kelas 8, prestasi belajar Jennifer Pan mulai drop.
Jennifer Pan tak lagi antusias belajar, dan nilainya mulai anjlok, perlahan kepercayaan dirinya menurun.
Untuk menutupinya, Jennifer Pan mulai berbohong hingga kebohongan menjadi kebiasaannya.
Dan gadis itu pun menjalani kehidupan ganda yang penuh kepalsuan dan penipuan.
7. Orang Tua Tuntut Standar Nilai Tinggi

Orangtua Jennifer Pan mengira, putrinya adalah murid teladan, pelajar kelas "A", namun, nyatanya ia hanyalah kelas "B".
Mendapatkan nilai B masih lumayan bagi siswa lain, namun, di keluarga Jennifer Pan hal itu merupakan aib.
Untuk menutupinya, Jennifer Pan memalsukan rapot untuk menutupi ketidakmampuannya.
Meski demikian, nilai Jennifer Pan masih lumayan, ia pun diterima di Ryerson University di Toronto, namun, tak jadi mendapatkannya, gara-gara gagal dalam mata pelajaran kalkulus di akhir masa studinya.
8. Pura-pura Kuliah
Tak ingin mengecewakan orangtuanya, perempuan berkacamata itu berpura-pura kuliah.
Jennifer Pan mengaku akan belajar sains selama 2 tahun di Ryerson University, sebelum melanjutkan kuliah di jurusan farmasi di University of Toronto yang terkemuka.
Jennifer Pan mengumpulkan buku-buku bekas, berbohong bahwa ia mendapatkan beasiswa sehingga orangtuanya tak curiga mengapa mereka tak pernah dimintai uang untuk membayar kuliah.
Tiap pagi Jennifer Pan pamit kuliah pada orangtuanya. Namun, bukannya menuju kampus, ia pergi ke sebuah perpustakaan.
9. Berbohong Soal Wisuda
Tiba saat wisuda, gadis berambut hitam itu kembali berbohong dengan mengatakan, undangan yang dibagikan pada pihak orangtua terbatas.
Gara-gara ketahuan berbohong, orang tua Jennifer semakin bersikap keras.
Kebohongan itu berjalan lancar, hingga suatu ketika Bich dan Hann curiga dengan perilaku putri mereka.
10. Kebohongan Terbongkar
Akibat rasa curiga, Bich dan Hann suatu hari menguntit Jennifer Pan yang ternyata bekerja di sebuah rumah sakit.
Saat dusta itu terungkap, tak hanya hati orangtuanya yang hancur.
Jennifer Pan pun makin tertekan, Bich dan Hann makin keras pada putrinya yang kala itu berusia dewasa.
Telepon genggam dilarang, komputer menjadi barang haram, Jennifer pun tak boleh berkencan dengan kekasihnya Daniel Wong.
Bahkan, odometer atau penunjuk jarak pada mobil selalu dipantau.
Jennifer Pan diperintahkan melanjutkan pendidikannya.
Pengawasan ketat pun diberlakukan pada perempuan dewasa itu.
11. Putus dengan Pacar
Kekasih Jennifer Pan, Daniel Wong kemudian memutuskan hubungan. Itu menjadi titik krisis bagi Jennifer.
Setelah putus, Jennifer Pan dekat dengan pria bernama Andrew Montemayor, teman sekolahnya saat SD.
Jennifer Pan pun mulai berpikir bagaimana untuk lepas dari segala tekanan.
Bersama Andrew Montemayor dan teman sekamar pacarnya, Ricardo Duncan, mereka merancang sebuah plot.
Namun, apa yang mereka rancang hanya sekadar rencana hingga hubungan Jennifer Pan dan Andrew Montemayor bubar.
12. Rencana Pembunuhan
Setelah putus dengan Andrew Montemayor, Jennifer Pan pun dekat lagi dengan Daniel Wong. Mereka berencana untuk menyewa tukang pukul.
Untuk memberi pelajaran pada "orangtua yang dianggap terlalu mengekang".
Jennifer Pan mendapatkan ponsel baru dari Daniel Wong, juga kontak ke seorang pria bernama Lenford "Homeboy" Crawford yang meminta duit 10 ribu dolar Kanada untuk mengerjai orangtua perempuan itu.
Entah bagaimana awalnya, rencana itu menjadi plot pembunuhan.
Merasa itu kelewatan, Daniel Wong mundur.
13. Eksekusi Membunuh Orang Tua
Suatu malam pada tahun 2010, Jennifer Pan memutuskan untuk mengeksekusi rencananya.
Kala itu, jarum jam menunjuk ke pukul 22.00. Crawford, Mylvaganam, dan pria ketiga bernama Eric Carty memasuki pintu depan rumah target. Mereka semua membawa senjata.
Orang Tua Jennifer Pan, Bich dan Hann dipaksa turun ke lantai bawah. Kepala mereka ditutupi selimut.
Sang ayah, Hann ditembak 2 kali, salah satunya di bagian muka.
Sementara ibunya, Bich ditembak 3 kali di kepala dan tewas seketika.
Ajaibnya, Hann selamat dan mengingat semua yang terjadi pada momentum mengerikan itu.
14. Dihukum Mati

Pada 2014, pengadilan atas kasus tersebut digelar.
Saat vonis bersalah dijatuhkan, Jennifer Pan tak menunjukkan emosinya, dan terlihat sangat datar. Namun, saat awak media meninggalkan ruang sidang, ia menangis dan gemetar tak terkendali.
Dengan dakwaan tingkat pertama, Jennifer Pan divonis seumur hidup, tanpa kesempatan mengajukan pembebasan bersyarat selama 25 tahun.
Ketika itu Jennifer Pan berusia 28 tahun saat duduk sebagai pesakitan.
"Dan untuk dakwaan percobaan pembunuhan terhadap ayahnya, ia juga divonis menerima hukuman seumur hidup, yang akan dijalani secara bersamaan." Carty, Mylvaganam, dan Crawford masing-masing menerima hukuman serupa.