Jendela Dunia

Kronologi Tewasnya Pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi Karena Dikhianati Anak Buahnya, Keuntungan AS

Kronologi Tewasnya Pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi Karena Dikhianati Anak Buahnya, Keuntungan bagi Amerika Serikat

Editor: eko darmoko
The Independent
Seorang pria yang diyakini sebagai Pemimpin Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) Abu Bakar al-Baghdadi. 

SURYAMALANG.COM - Pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi tewas dalam sebuah penyergapan yang diklaim dilakukan pasukan Amerika Serikat.

Terkait kematian ini, Abu Bakar al-Baghdadi disebut telah dikhianati oleh anak buahnya sendiri.

Pasalnya, anak buah tersebut dendam lantaran keluarganya telah "ditangani dengan tidak baik".

Komandan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) Mazloum Abdi menerangkan, pihaknya mulai bekerja sama dengan si informan setelah dia marah keluarganya disakiti.

Abdi menjelaskan, sosok itu adalah orang Arab yang mempunyai "banyak kerabat di ISIS".

Namun, dia tak yakin lagi dengan masa depan kelompok itu dan memutuskan membalas dendam.

Jadi, seperti dilansir Daily Mail pekan lalu, dia memutuskan untuk memberikan lokasi persembunyian Abu Bakar al-Baghdadi kepada Amerika Serikat.

Bermula dari sinilah, AS merasa diuntungkan oleh pengkhianatan yang dilakukan anak buah Abu Bakar al-Baghdadi.

Pemimpin ISIS, Abu Bakar al-Baghdadi di sebuah masjid di kota Mosul, Irak, 5 Juli 2014.
Pemimpin ISIS, Abu Bakar al-Baghdadi di sebuah masjid di kota Mosul, Irak, 5 Juli 2014. (Reuters)

Pemimpin ISIS itu tewas setelah meledakkan diri ketika bangunan tempatnya bersembunyi di desa Barisha, Suriah, diserbu Pasukan Delta AS.

Kepada media Turki Daily Sabah, warga setempat mengungkapkan mereka waktu itu menganggap Baghdadi sebagai pedagang kaya yang tengah mengungsi dari perang.

Abu Ahmed Barisha menuturkan, awalnya dia percaya Baghdadi adalah bagian dari keluarga migran yang sering berpindah karena menghindari konflik.

Pria asal Irak itu baru diketahui sebagai pemimpin organisasi teror yang diincar dunia setelah pasukan AS muncul di bangunan itu.

Abdi tidak mengungkapkan bagaimana dia menghubungi informan itu.

Namun, dia menuturkan, kerja samanya sangat signifikan dalam lima tahun terakhir.

Kerja sama itu diperkuat dengan temuan informasi bahwa Baghdadi berpindah dari kawasan timur Suriah ke Idlib yang terkonfirmasi April lalu.

Abdi mengatakan dari petunjuk tersebut, anggota ISIS yang membelot itu kemudian meneruskannya kepada milisi Kurdi dan segera memberitahukannya ke Washington.

Ketika Baghdadi berpindah, sebagian besar pengikutnya ditutup matanya.

Namun, dia masih bisa melihat sisi jalan di mana mereka berada.

Dalam sejumlah kesempatan, si pembelot diminta untuk menurunkan kursinya sehingga yang dia lihat hanyalah atap dari mobil.

Meski begitu, Abdi menyebut informannya itu masih bisa mengetahui di berada di hutan, desa, atau saat mereka melewati lapangan terbuka.

Begitu sampai di lokasi persembunyian, dia segera berkeliling dan menentukan letak yang bisa menjadi tanda bagi militer AS.

Si pelapor juga membeberkan bagaimana dia harus menunggu dipanggil dahulu oleh sang Pemimpin ISIS sebelum dia diizinkan datang ke pertemuan.

Pertemuan yang berlangsung tatap muka biasanya membicarakan mengenai strategi pengamanan di bangunan, memberikan dampak luar biasa bagi AS.

Abdi menerangkan bagaimana si pembelot bisa dengan akurat menjabarkan jumlah lantai, penjaga, hingga segala tata letak setiap ruangan.

Dia juga ada di bangunan ketika Pasukan Delta di bangunan yang terletak di timur laut Suriah, ketika pasukan khusus AS datang.

Pejabat anonim AS kemudian mengonfirmasi bahwa informan itu bakal menerima sebagian hadiah 25 juta dollar AS atau sekitar Rp 350 miliar.

Beberapa hari setelah penyerbuan, Pentagon kemudian merilis rekaman dan foto momen ketika Pasukan Delta menyerang Pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi.

Donald Trump
Donald Trump (slate.com)

Donald Trump : Abu Bakar al-Baghdadi Mati sebagai Pengecut

Pemimpin ISIS, Abu Bakar al-Baghdadi, disebut tewas dalam keadaan menangis dan menjerit.

Bahkan, presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut Abu Bakar al-Baghdadi sebagai seorang pengecut.

Menanggapi hal ini, Pejabat Amerika Serikat menanggapi bahwa Pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi 'menangis dan menjerit' sebelum tewas.

Dalam konferensi pers Minggu (27/10/2019), Baghdadi tewas setelah meledakkan diri karena disudutkan hingga ujung terowongan oleh pasukan khusus AS.

"Dia tidak mati sebagai pahlawan. Dia mati sebagai pengecut. Menangis, ketakutan, dan menjerit serta membawa tiga anak," kata Donald Trump.

Presiden 73 tahun itu mengaku menonton setiap detil penyerbuan di desa Barisha, Suriah, di Ruang Situasi Gedung Putih laksana "menonton film".

New York Times melaporkan, sumber baik dari militer maupun intelijen meragukan pernyataan "berwarna" dari presiden ke-45 AS itu.

Sebab seperti dilansir AFP Senin (28/10/2019), Trump tidak mempunyai akses audio, atau melihat momen ketika di terowongan.

Ketua Kepala Staf Gabungan Jenderal Mark Milley mengaku, dia tak bisa memastika klaim Trump atas momen sebelum kematian Pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi.

Namun, Milley menjelaskan, Donald Trump memang sempat "merencanakan" untuk berbicara kepada Pasukan Delta yang terlibat dalam operasi.

"Saya tidak tahu dari mana sumbernya mengatakan seperti itu. Tapi saya berasumsi dia pasti berbicara langsung kepada unit lapangan," kata Milley.

Senada dengan Milley, Menteri Pertahanan AS Mark Esper juga enggan menjawab saat ditanyakan mengenai klaim presiden dari Partai Republik itu.

"Presiden kemungkinan mempunyai kesempatan untuk berbicara dengan komandan yang ada di lapangan," terang Esper dikutip The Guardian.

Potongan jenazah Baghdadi dilaporkan "dikubur" di laut di lokasi yang dirahasiakan, demikian keterangan sumber internal Pentagon.

AS sebelumnya pernah melakukan hal sama ketika Pemimpin Al-Qaeda, Osama bin Laden, tewas ditembak dalam operasi di Pakistan pada 2011.

"Penanganan jasad telah dilaksanakan. Lengkap dan ditangani secara tepat," kata Jenderal Milley saat dikonfirmasi awak media.

Kurdi Suriah, sekutu AS dalam operasi membasmi ISIS, mengklaim intelijen mereka berperan besar dalam menentukan lokasi Baghdadi.

Penasihat senior Pasukan Demokratik Suriah (SDF) Polat Can menuturkan, mereka mengambil DNA Baghdadi dari celana dalamnya.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved