Breaking News

Viral Bayi 7 Bulan Meninggal Karena Ambulans Rusak, Berikut Fakta-fakta Lengkapnya

Viral Kisah Bayi 7 Bulan meninggal karena Ambulans rusak dan tak bisa dipakai.

Penulis: Raras Cahyaning Hapsari | Editor: Adrianus Adhi
Tribunnews/ Wikipedia
Bayi 7 bulan meninggal karena ambulans rusak 

SURYAMALANG.COM - Viral Kisah Bayi 7 Bulan meninggal karena Ambulans rusak dan tak bisa dipakai.

Diduga, ambulas tersebut rusak setelah dipakai mengangkit batu bata yang digunakan untung membangun Puskesmas.

Peristiwa bayi 7 bulan meninggal karena ambulans rusak ini terjadi di Mamasa, Sulawesi Barat.

Dilansir dari tribun-timur.com dalam artikel 'Ambulans Dipakai Angkut Batu Bata, Bayi Mau Dirujuk Meninggal di Puskesmas Mehalaan Mamasa', Kejadian ini diberitakan terjadi pada 31 Oktober 2019.

Berikut ini fakta-fakta bayi 7 bulan meninggal dunia, dilansir SURYAMALANG dari berbagai sumber.

1. Viral di WhatsApp

Beredar informasi adanya bayi 7 bulan yang dikabarkan meninggal dunia.

Informasi itu diketahui dari seorang anggota Bahabinkamtibmas Polsek Kecamatan Mambi yang bertugas di Kecamatan Mehalaan, Kabupaten Mamasa, Sulbar.

Via whatsapp, anggota Polsek Mambi bernama Irwan mengatakan seorang bayi di Mehalaan meninggal dunia.

2. Kondisi Bayi Memburuk

Ia menjelaskan, seorang bayi 7 bulan itu sedang menderita suatu penyakit, ia kemudian dirawat di Puskesmas Mehalaan.

Tetapi saat hendak dirujuk, ambulans yang akan digunakan tidak berada di tempat.

Nyawa bocah itupun tidak tertolong.

3. Ambulans Tak Bisa Dipakai

Tetapi saat hendak dirujuk, ambulans yang akan digunakan tidak berada di tempat.

Nyawa bocah itupun tidak tertolong.

Menurut informasinya, ambulans tersebut rusak akibat sehari sebelumnya digunakan mengangkut material bangunan berupa batu bata.

Kejadian miris ini terjadi pada 31 Oktober lalu.

4. Tanggapan Kepala Dinas Kesehatan

Pihak Puskesmas belum dapat dihubungi lantaran berada sekitar 60 Km dari kota Mamasa dan akses jaringan telekomunikasi belum tersedia di Mehalaan.

Terkait kejadian itu, Kepala Dinas Kesehatan Hajai S Tanga mengaku belum mendapat laporan itu.

Hal itu diungkapkan Hajai ketika ditemui di ruang kerjanya, Selasa (5/11/2019) siang tadi.

Ia mengatakan, ada kemungkinan ambulans tersebut digunakan mengangkut material bangunan puskesmas.

5. Banyak Puskesmas Kekurangan Ambulans

Secara bersamaan, kekinian Puskesmas Mehalaan sedang tahap pembenahan menghadapi akreditasi.

Menurut Hajai, bukan baru kali ini ia menerima laporan bahwa ambulans digunakan tidak sesuai peruntukannya.

Dengan demikian, ia menegaskan, untuk penggunaan ambulans, akan dibuatkan standar operasional prosedur (SOP).

Sebab menurutnya, saat ini ambulans di setiap PKM di 17 Kacamatan sangat terbatas.

Dari 17 PKM, hanya dua yang memiliki dua unit ambulans yang lainnya itu hanya ada satu unit.

Sehingga penggunaan ambulans juga belum dapat dipisahkan antara angkutan rujukan dan angkutan jenazah.

6. Mamasa Butuh Penambahan Ambulans

Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat, memiliki 17 Pusat Kesehatan Masyarakat (PKM) dari Masing-masing Kecamatan.

Dari jumlah tersebut, hanya ada tiga PKM yang memiliki dua unit ambulans.

Adapun PKM yang dimaksud yaitu PKM Mambi, Sumarorong dan PKM Mamasa.

"Kecuali tiga PKM itu, semua memiliki masing-masing satu ambulans," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mamasa Hajai S Tanga, Selasa (5/11/2019) siang tadi.

Untuk 3 PKM itu kata Hajai, hanya PKM Mambi dan Sumarorong yang membedakan penggunaan ambulans untuk jenazah dan rujukan.

Sementara PKM Mamasa kadang dua-duanya digunakan membawa jenazah dan rujukan.

Persoalan yang sering muncul menurut Hajai, terkadang saat ambulans hendak digunakan, tidak tersedia di PKM sebab digunakan untuk rujukan.

Bahkan ada beberapa PKM yang kondisi ambulansnya sudah tidak layak digunakan.

Seperti PKM Pana', Bambang dan Tabulahan.

Sehingga menurut dia, idealnya setiap PKM memiliki minimal dua unit ambulan.
Satu untuk rujukan, dan yang satunya untuk angkutan jenazah.

Hanya saja yang menjadi kendala karena anggaran untuk pengadaan ambulans sangat minim.

"Itu bisa kalau dana DAK, kalau DAU tidak cukup," kata Hajai mengakhiri wawancara.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved