Kabar Tulungagung

Warga Tulungagung Diteror Misteri Kematian Banyak Sapi, Ada Potensi Beredar Daging Haram di Pasaran

Warga Tulungagung Diteror Misteri Kematian Banyak Sapi, Ada Potensi Muncul Daging Haram di Pasaran

Penulis: David Yohanes | Editor: eko darmoko
SURYAMALANG.COM/David Yohanes
Kepala Desa Nyawangan, Kecamatan Sendang, Tulungagung, Sabar memantau kandang sapi milik warganya, Selasa (3/12/2019). 

SURYAMALANG.COM, TULUNGAGUNG - Warga Desa Nyawangan, Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung dibuat resah karena sejumlah sapi mati mendadak.

Isu liar yang berkembang, sapi yang mati mencapai 30 ekor.

Isu ini berkembang liar di media sosial, hingga menimbulkan ketakutan warga.

Setiap malam warga berjaga-jaga keliling kampung, menjaga kandang-kandang sapi.

"Memang ada sapi yang mati, tapi jumlahnya tidak sampai 30 ekor. Dari yang kami data hanya ada delapan ekor," ujar Kepala Desa Nyawangan, Sabar, Selasa (3/12/2019).

Sabar mengungkapkan, enam ekor di antara sapi yang mati ada di Dusun Puthuk.

Kematian sapi ini terjadi sejak dua bulan lalu.

Dugaan warga, sapi-sapi ini mati karena diracun.

"Yang membuat warga waspada, sapi-sapi ini mati dengan ciri-ciri keracunan," sambung Sabar.

Diduga ada orang tertentu yang sengaja meracun sapi warga.

Sebab sapi yang mati adalah sapi-sapi yang gemuk, baik sapi perah atau sapi pedaging.

Sapi yang mati tujuh di antaranya dijual, sedang satu sapi disembelih dan dagingnya dibagi-bagikan ke warga.

"Warga takut orang yang menebar racun ini masih keliling cari mangsa. Makanya warga terus curiga dan berjaga-jaga," ungkap Sabar.

Matinya sapi-sapi warga ini sudah dilaporkan ke polisi.

Namun polisi juga kesulitan, karena bangkai sapi tidak ditemukan.

"Setiap kejadian baru dilaporkan ke saya lima atau tujuh hari setelah kejadian. Jadi saya juga tidak tahu detailnya," katanya.

Ada pula yang curiga, kematian sapi ini karena ada modus kejahatan.

Sapi yang mati harganya jatuh hanya sekitar Rp 3.000.000 per ekor.

Padahal dalam kondisi hidup, utamanya sapi perah belum produksi, sekurangnya senilai Rp 17 juta.

Modus ini dilakukan untuk mendapatkan sapi dengan harga murah.

Selanjutnya daging akan dijual layaknya daging sapi pada umumnya, dengan harga normal.

Kepala Dusun Puthuk, Desa Nyawangan, Sutikno membenarkan ada enam sapi di wilayahnya mati mendadak.

Dari ciri-cirinya sapi itu memang mati karena racun.

Sebelumnya sapi dalam kondisi sehat, tiba-tiba melenguh sangat keras, kemudian ambruk, berdiri lagi, ambruk lagi kemudian mati.

"Ada yang mulutnya berbusa atau lidahnya keluar. Ciri-ciri itu biasanya karena racun," ucap Sutikno.

Ciri-ciri ini berbeda dengan sapi yang sakit, yablng biasanya perutnya dalam kondisi melembung berisi udara.

Atau kasus kematian yang paling banyak ditemui warga, yaitu broyongen (prolapsus uteri).

Ditambahkan Sabar, ada sekitar 2000 kepala keluarga di desanya.

Dari jumlah keluarga itu, jika dirata-rata setiap keluarga punya tiga ekor sapi.

“Kalau totalnya ada sekitar 6000-7000 ekor sapi di desa kami. Sepuluh persen sapi pedaging, sisanya sapi perah,” tutur Sabar, selasa (3/11/2019).

Karena itu keberadaan sapi-sapi yang mati mendadak itu membuat warga ketakutan.

Apalagi mereka meyakini, sapi itu diracun dan pelakunya masih berkeliaran.

Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Tulungagung, melalui Kabid Kesehatan Hewan, Mulyanto mengaku baru mendengar kabar sapi-sapi warga Nyawangan yang mati mendadak.

Karena itu Dinasnakkeswan baru mengirim tim ke Nyawangan hari ini, Selasa (3/12/2019).

“Kami mengirim petugas hari ini untuk melakukan investigasi,” ucap Mulyanto.

Petugas yang dikirim akan melakukan survei kapan kejadian kematian sapi-sapi ini, dan untuk mencari barang bukti.

Jika bangkai sapi itu dikubur, maka akan dilakukan autopsi untuk memastikan penyebabnya.

Namun jika sapi yang mati itu sudah dijual, maka akan ditelusuri pihak yang membelinya.

“Saya masih belum bisa bicara banyak, karena masih belum pegang data,” sambung Mulyanto.

Mulyanto menegaskan, sapi yang mati seharusnya tidak dijual.

Sebab dari sisi agama, sapi mati termasuk bangkai yang haram dikonsumsi.

Sedangkan dari sisi kesehatan, sapi mati bisa menimbulkan penyakit.

Terkait kemungkian sapi tersebut mati diracun, Mulyanto juga belum memastikan apakah racun itu berbahaya untuk manusia.

Sebab ada kalanya racun hanya menyebar di bagian organ dalam sapi, tidak sampai masuk ke dalam daging.

“Kalau hanya organ dalam saja, tidak sampai diserap daging tentunya tidak bahaya,” ungkapnya.

Sedangkan ciri-ciri sebelum sapi itu mati, juga belum bisa dipakai untuk menyimpulkan.

Sebab beberapa penyakit menunjukkan gejala yang sama.

Untuk memastikan dibutuhkan diagnosa terhadap sapi yang sakit.

Sebelumnya ada delapan sapi yang mati di Desa Nyawangan, dalam rentang kurang dari dua bulan.

Sebelum mati sapi-sapi ini sempat melenguh keras, kemudian jatuh, sempat bangun namun jatuh lagi, kemudian mati.

Ada yang lidahnya terjulur, ada pula yang mulutnua berbusa.

Dari ciri-ciri itu warga meyakini sapi itu mati diracun, bukan karena sakit.

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved