Kabar Aceh
Akhir Kisah Ibu Kandung Seret Anak Seperti Binatang, Kekejaman Lain Terbongkar dari Mulut Tetangga
Akhir kisah ibu kandung seret anak seperti binatang hingga video-nya viral, kekejaman lain terbongkar dari mulut tetangga.
Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Adrianus Adhi
SURYAMALANG.COM - Akhir kisah ibu kandung seret anaknya seperti binatang hingga viral menuai banyak fakta baru.
Selain nasib sang ibu yang akhirnya ditahan polisi, ternyata kekejaman lain sering dilakukan wanita Banda Aceh itu.
Dari mulut tetangga sekaligus orang yang mem-viral-kan video, terungkap jika sering terjadi penganiayaan.
Seperti diketahui, Ibu kandung yang kini menjadi tersangka itu adalah NU (30) wanita asal Pidie.
NU viral dan menggemparkan publik setelah menyeret anak kandung di dekat rumah kontrakannya di Gampong Pie, Kecamatan Meuraxa, Banda Aceh, Sabtu (30/11/2019)
Melansir dari serambinews.com (grup SURYAMALANG.COM), berikut akhie kisah lengkap ibu kandung seret anaknya:
1. Ditahan Polisi

Tersangka NU resmi ditahan sejak Senin (2/12/2019), di Cabang Rutan Lhoknga, Aceh Besar.
Wanita itu diamankan dari rumahnya pada Minggu (1/12/2019) dini hari.
Kapolresta Banda Aceh Kombes Pol Trisno Riyanto SH, melalui Kapolsek Ulee Lheue, AKP Ismail SH, yang dihubungi Serambi, kemarin menjelaskan, setelah melalui proses pemeriksaan secara maraton dan memintai keterangan saksi serta bukti-bukti, akhirnya NU ditahan.
2. Nasib Anak Setelah Ibunya Ditahan

Kemudian AKP Ismail SH menjelaskan nasib dua anak dari tersangka setelah ibunya ditahan.
"Untuk dua anaknya, yang jadi korban dan satunya baru berumur sekitar satu tahun masih menyusui dititipkan sama orang tua dan saudaranya yang berdomisili di Banda Aceh," kata Ismail.
3. Mengaku Sayang Anak
AKP Ismail SH mengatakan, dari keterangan tersangka NU, wanita itu mengaku sangat menyayangi kedua anaknya. Termasuk anak perempuannya yang diseret pada saat itu.
"Karena hal sepele, lantaran anaknya ini merusak tanaman cabai tetangga, sehingga ibu NU ini hilang kontrol dan melakukan tindakan terhadap anaknya di luar batas kewajaran," kata AKP Ismail.
4. Tidak ada Tolerasi Hukum

Seharusnya hal-hal seperti itu tidak pantas dilakukan oleh seorang ibu atau orang tua terhadap darah dagingnya maupun anak tersebut berstatus anak tirinya.
Karena, apapun yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak-anak, sebetulnya secara tidak langsung telah menyakiti dirinya sendiri.
"Seperti kami sampaikan bahwa tindakan ibu NU ini di luar batas kontrol dan kewajaran, sehingga perbuatannya itu terekam dan viral hingga menyeretnya ke proses hukum," kata AKP Ismail.
5. Polisi Mencari Saksi Mata
Sejauh ini pihak kepolisian sudah memintai keterangan saksi-saksi, dari Kepala Dusun (Kadus), Keuchik Gampong Pie, tetangga serta perekam video saat NU menyeret anaknya.
"Dari kadus dan keuchik kami ingin tahu apa itu betul masuk wilayah Gampong Pie. Karena mereka lebih tahu. Lalu, kita ingin tahu apa selama 3 bulan ibu NU tinggal di sana pernah melaporkan, ternyata pernah," ujar Kapolsek Ulee Lheue ini.
6. Pengakuan Tetangga Perekam Video.

Lalu, dari tetangga sekaligus perekam video, polisi mendapat keterangan baru atas kekejaman NU selama ini pada anaknya.
Disebutkan ternyata NU sering melakukan kekerasan yang lain kepada anaknya.
Tetangga mengaku tidak tahan melihat kekejaman NU hingga akhrinya nekat merekam dan mem-viral-kan video tersebut.
"Dari keterangan perekam video, dia sudah kerap melihat NU memperlakukan anaknya di luar kewajaran. Hari itu, sebetulnya dia juga enggak tega mem-viralkan. Tapi, tindakan itu sudah beberapa kali dilakukan oleh NU terhadap anaknya," kata AKP Ismail.
7. Isi Video Kekejaman NU
Di dalam video yang viral tersebut, NU menyeret anaknya yang baru berusia 3 tahun di tanah berbatu.
Posisinya kaki kiri sang anak dipegang NU, sementara kepala dan bagian punggung bocah kecil tersebut menyentuh tanah.
Meski suara tangisan terus terdengar, tapi NU yang telah dikuasai emosi itu tak memperdulikan suara tangisan.
8. Seperti Menyeret Binatang

Di dalam video itu, pelaku NU menyeret anak kandungnya tersebut layaknya binatang.
Begitu tiba di depan rumah, bocah perempuan malang itu langsung dihempas.
Bahkan tidak cukup disitu, NU juga membawa anaknya ke sebuah sumur di sekitar tempat tinggal mereka.
Sambil menunjukkan ke dalam sumur tersebut, terlihat anak tak berdosa ini meronta-ronta ketakutan.
Hingga akhirnya video itu viral melalui media sosial
Aceh Masuk Daftar Memprihatikan Kekerasan Anak
Melansir dari serambi.tribunnews.com (grup SURYAMALANG.COM, Provinsi Aceh masuk daerah memprihatinkan hal kekerasan terhadap anak.
Pada 2018 terdapat 452 kasus dan mejadi daerah ketiga tertinggi di Sumatera.
Sementara pada 2019, sampai bulan April, kasus kekerasan terhadap anak sudah mencapai 141 kasus.
Wakil Ketua Tim Penggerak (TP) Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Provinsi Aceh, Dr Ir Dyah Erti Idawati MT pernah membeberkan angka-angka itu saat menghadiri kegiatan Stategic Moment of Reflection yang diselenggarakan oleh UNICEF Indonesia di Jakarta, Kamis (22/8/2019).
Disebutkan, kekerasan seksual (pelecehan, pemerkosaan, sodomi, dll) sebanyak 274 kasus, tertinggi ketiga di tahun 2018 dan tertinggi kedua di tahun 2019 (82 kasus).
"Dan tentu ini adalah pekerjaan rumah kita semua untuk bersama-sama mencari solusi praktis dan berkesinambungan," ujar Dyah.

Disampaikan juga Aceh menempati posisi ketiga stunting pada balita, dan posisi paling tinggi stunting pada baduta.
"Pergub Nomor 14/2019 terkait Rumah Gizi Gampong diharapkan mampu melakukan pencegahan dan penanggulangan Stunting terintegrasi di Aceh," ujarnya.
PKK didukung Pemerintah Aceh akan terus melakukan penanganan-penangan terkait isu di atas, dan diharapkan tiga isu tersebut tidak ada lagi di Aceh, seusai dengan 15 program unggulan Aceh Hebat.
Untuk mengatasi isu tersebut, tambah Dyah, maka perlu ada solusi jitu yang harus dilakukan antara lain.
Pertama meningkatkan cakupan imunisasi dasar dan lanjutan yang melibatkan sektor terkait termasuk tokoh agama.
"Kedua, pembentukan Rumah Gizi Gampong, dengan tujuan memprioritaskan pemberian makanan bergizi kepada balita. Dan ketiga adalah meningkatkan program Desa Ramah Anak terkait perlindungan anak," ujarnya.
Isu lainnya yang juga menjadi fokus dari Pemerintah adalah sanitasi yang buruk di Aceh, rendahnya akses sumber air bersih dan kurangnya kesadaran masyarakat membuang air besar di sembarang tempat.