Malang Raya
Kota Batu Perangi Stunting, Wali Kota Dewanti Ingin Kasus Stunting Mendapat Perhatian Serius
Dewanti sebut stunting merupakan persoalan yang sangat mengkhawatirkan karena berkaitan dengan tumbuh kembang anak yang akan menjadi penerus.
Penulis: Benni Indo | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM, BATU - Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko mengatakan kalau persoalan stunting harus menjadi perhatian serius.
Menurut Dewanti, stunting merupakan persoalan yang sangat mengkhawatirkan karena berkaitan dengan tumbuh kembang anak yang akan menjadi penerus.
“Stunting sangat mengkhawatirkan di masyarakat yang adem ayem ini. Lakukan percepatan untuk memberitahu masalah stunting kepada masyarakat,” kata Dewanti dalam Rapat Koordinasi Penanggulangan Stunting Kota Batu, Rabu (8/1/2020).
• Beda Mencolok Sule dengan Suami Sah Lina Jubaedah, Teddy Saat Pemakaman, Lihat Moment Tabur Bunga
• Ayu Ting Ting Makin Perhatian pada Didi Riyadi, Ibunda Bilqis Mulai Buka Hati untuk Sang Drummer
• Stasiun Kota Malang Baru di Jalan Panglima Sudirman, Ditarget Beroperasi Sebelum Idul Fitri 2020
Dewanti meminta bawahannya untuk bisa melakukan tindakan awal menanggulangi stunting.
Ia juga minta agar ibu-ibu di Kota Batu bisa merawat buah hatinya agar bisa tumbuh optimal.
“Kita harus jemput bola, Posyandu Balita juga harus rutin. Saya minta ibu-ibu yang ada di Kota Batu menjadikan anak-anak kita tumbuh secara optimal. Sekolah setiap minggunya diwajibkan memberi makan berupa telur ke anak didiknya,” tegas Dewanti.
Hadir dalam rapat koordinasi itu Kepala Dinas Kesehatan drg Kartika, Kabag Humas Suliyanah, Anggota PKK dan Dharma Wanita Kota Batu, Ahli gizi dan dokter anak RS Hasta Brata dan Karsa Husada, Perwakilan rumah sakit, Perwakilan Rotary Club, IDI Batu, Pokja Penanggulangan Stunting Kota Batu, muslimat dan Fatayat serta perwakilan organisasi lainnya.
Kartika mengatakan diperlukan pemetaan yang jelas untuk menanggulangi masalah stunting Kota Batu.
Dinas Kesehatan juga sudah membentuk Satgas membantu tenaga ahli gizi yang ada di puskesmas.
“Berbagai cara sudah dilakukan antara lain pemberian makanan balita dan anak, survey balita stunting kerja sama dengan Poltek Kesehatan Malang, serta kerja sama dengan Kemenag dengan program Smart Catin,” kata Kartika.
Dinas Kesehatan Kota Batu juga memberikan edukasi terkait sanitasi total berbasis masyarakat (STBM), pemeriksaan kualitas air dan jamban serta koordinasi lintas sektor agar lingkungan bersih.
“Kami juga galakkan pemantapan desa siaga, gerakan pekerja perempuan sehat produktif (GP2SP) serta kerja sama dengan pihak lainnya,” kata Kartika.
Angka stunting di Kota Batu sebanyak 28,3 persen. Data itu sesuai Riskesdas 2018.
Sedangkan dari survei pemantauan gizi, pada 2017 jumlah stunting di Kota Batu 35 persen.
Data Riskesdas dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat, yakni Kementerian Kesehatan pada 2 Desember 2018.