Kota Batu

Kereta Gantung di Batu Ideal untuk Wisata, Bukan Pemecah Kemacetan, Ini Kata Pakar

Pakar dari ITS Haryo Sulistyaroso menegaskan, dengan adanya kereta gantung tidak bisa kemudian serta merta kota disebut sebagai kota yang modern.

Penulis: Benni Indo | Editor: Dyan Rekohadi
www.cannonmt.com
ILUSTRASI 

SURYAMALANG.COM, BATU – Wacana pembangunan kereta gantung di kota Batu yang dimanfaatkan untuk sarana transportasi mendapat komentar beragam dari beberapa kalangan.

Pengamat tata kota dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Dr Ing Ir Haryo Sulistyaroso berpendapat rencana kereta gantung di Kota Batu dikonsep untuk memanjakan wisatawan, bukan untuk sepenuhnya memecah kemacetan.

Oleh sebab itu, Haryo mengatakan aspek keselamatan harus diperhatikan.

Kekasih Gelap Tewas Setelah Sembunyi di Bawah Ranjang Pacar, Suami Tiba-tiba Lakukan Kesalahan Fatal

Debit Air Sungai Kalijompo Jember Tiba-Tiba Tinggi, Gelontor DAS dengan Lumpur dan Material Kayu

Rintihan Sakit, Tubuh Lusuh & Perut Membesar, Wanita di Depan Pasar Lawang Viral & Bertemu Keluarga

“Itu artinya dicari dulu kontur yang memungkinkan untuk diadakan kereta gantung. Jadi soal keselamatan itu perlu diperhatikan sekali,” ujar Haryo kepada SURYAMALANG.COM, Sabtu (1/2/2020).

Di dalam rancangan kereta gantung, faktor keselamatan sangat diperhatikan. Hal tersebut terkait kecenderungan arah angin.

Kalau ada kereta gantung yang kecepatannya tinggi, sangat mempengaruhi goyangan. Apalagi kondisi di bawahnya perbukitan tidak rata, sehingga perlu dipertimbangkan juga berapa ketinggian kawat gantungnya saat dipasang.

Haryo juga menegaskan, dengan adanya kereta gantung tidak bisa kemudian serta merta kota disebut sebagai kota yang modern.

Pemanfaatan kereta gantung selama ini memang untuk tujuan wisata.

Haryo mengatakan, memang ada beberapa daerah di belahan dunia lain memanfaatkan kereta gantung untuk transportasi, namun itu dilakukan karena titik tujuan berjauhan dan sulit diakses melalui jalur darat.

Kereta gantung memang ideal untuk pariwisata. Namun begitu, nantinya tarifnya harus terjangkau.

Tatanan Batu sebagai tujuan wisata sudah ideal. Namun jika kereta gantung tarifnya tidak terjangkau, maka bisa menjadi keberadaan kereta gantung sia-sia.

Pembanguan gedung tinggi di Kota Batu juga harus dipertimbangkan. Jangan sampai banyak bangunan tinggi tumbuh di Kota Batu, pasalnya pemandangan di Kota Batu adalah perbukitan.

“Kereta gantung itu memanfaatkan pemandangan. Kalau yang naik kereta gantung itu terhalangan bangunan itu juga kurang optimal. Kalau seperti itu, pengunjung melihat kereta gantung ya kurang optimal,” paparnya.

Ditanya apakah kereta gantung dapat memecah kemacetan, Haryo mengatakan tidak berdampak besar.

Meskipun bisa dimanfaatkan untuk transportasi, namun kereta gantung dinilainya tidak bisa memecah kemacetan secara keseluruhan.

“Jadi begini, itu kalau dibilang memecah kemacetan ya bisa tapi sekadar memecah dalam hal berapa persen sih itu. Kemudian yang kedua, kalau kereta gantung itu berada di Batu, perlu diperhatikan pemanfaatannya. Kalau sekadar dipasang, ya tidak optimal,” jelasnya.

Sejauh ini, Haryo belum melihat adanya peraturan yang dapat memberikan izin diadakannya kereta gantung di tengah kota, apalagi untuk transportasi.

Kereta gantung banyak hadir di tempat-tempat wisata, seperti di Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Namun begitu, bisa didorong lahirnya regulasi untuk kebutuhan kereta gantung, bersamaan dengan program LRT maupun MRT.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Batu Sujud Harian juga mengatakan kalau kereta gantung tidak bisa diandalkan memecah kemacetan di Kota Batu. Justru sebaliknya, dengan adanya kereta gantun, diprediksi orang akan banyak berdatangan ke Kota Batu.

“Ini akan menambah jumlah wisatan ke Kota Batu karena ini pertama kali di Indonesia ada kereta gantung di dalam kota,” jelasnya.

Sujud mengaku sudah mendengar adanya rencana membuat kereta gantung. Bahkan Sujud mengaku mendapatkan informasi kalau kereta gantung jaraknya akan menempuh puluhan kilometer.

“Saya yakin kereta gantung akan menjadi destinasi baru. Menariknya lagi, wali kota pernah mengatakan sistemnya seperti di Selecta. Hanya saya belum tahu seperti apa detailnya,” jelasnya.

Maksud Sujud adalah sistem pembiayaan. Pembiayaannya berdasarkan saham yang berasal dari warga Kota Batu sendiri.

Namun Sujud sangsi, proyek yang kabarnya bernilai ratusan miliyar itu dapat disokong oleh investor dari warga Kota Batu saja.

Menurutnya, nilai ratusan miliar itu sangat banyak dan memungkinkan adanya investor dari luar kota yang menanam saham.

Seperti diberitakan sebelumnya, Pemkot Batu mewacanakan pembangunan kereta gantung di tengah kota.

Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko mengatakan, jalur kereta gantung itu akan dibangun sepanjang 5 kilometer dari Desa Pendem hingga ke lereng Gunung Panderman.

Rencananya, kereta gantung itu nanti akan memiliki tiga sampai empat stasiun.

Adapun, jalur Pendem hingga Panderman akan melintasi sejumlah wahana wisata di bawah Jatim Park, seperti Jatim Park 3 yang masih baru beroperasi, Jatim Park 1 hingga Jatim Park 2 dan Batu Night Spectacular (BNS).

Pembangunan infrastruktur kereta gantung ditaksir akan menghabiskan dana hingga Rp 500 miliar.

Karena menghabiskan dana yang cukup besar, pembangunan kereta gantung itu diwacanakan menggunakan dana investasi yang berasal dari saham bersama.

Dewanti mengatakan, akan ada koperasi yang akan menampung uang iuran dari masyarakat Kota Batu

Kabar terbaru, rencana itu mendapat dukungan dari Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

Khofifah mengapresiasi Pemerintah Kota Batu yang berencana membuat kereta gantung.

Hal itu dikatakan Dewanti setelah menggelar pertemuan dengan Kepala Bakorwil III Malang Sjaichul Ghulam di Balaikota Among Tani, Rabu (22/1/2020).

Kendala yang dihadapi saat ini adalah tidak adanya regulasi. Regulasi terkait keberadaan kereta gantung di tengah kota belum diatur.  

Sumber: Surya Malang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved