Kekerasan di SMPN Negeri Kota Malang

7 Siswa Pelaku Bullying MS di SMPN 16 Malang Ternyata Aktivis & Anggota Pramuka, Ini 6 Fakta Lainnya

7 Siswa Pelaku Bullying MS di SMPN 16 Malang Ternyata Aktivis & Anggota Pramuka, Ini 6 Fakta Lainnya

Penulis: Frida Anjani | Editor: Adrianus Adhi
SURYAMALANG.COM/Hayu Yudha Prabowo
Korban kekerasan atau perundungan, MS saat dijenguk oleh Wali KOta Malang Sutiaji di rumah sakit, Senin (3/2/2020). 

SURYAMALANG.COM - Kabar tentang tindakan perundungan atau bullying terhadap seorang siswa SMPN 16 Kota Malang tengah menjadi sorotan beberapa hari terakhir

MS, yang menjadi korban harus menerima kabar buruk saat salah satu jari tanganya harus diamputasi akibat dari aksi perundungan yang ia terima.

Siapa sangka jika tujus siswa yang diduga sebagai pelaku perundungan atau bullying terhadap MS merupakan aktivis sekolah dan anggota Pramuka

Aksi perundungan yang diterima oleh MS dari tujuh siswa lainnya di SMPN 16 Kota Malang ini terjadi pada, Jumat (24/1/2020). 

Namun, kabar tentang bullying di SMPN 16 Kota Malang ini baru viral dan diketahui pihak sekolah pada hari Senin, (27/1/2020).

Berikut adalah rangkuman kasus bullying terhadao MS di SMPN 16 Kota Malang.

1. 7 Pelaku Merupakan Aktivis Sekolah dan Anggota Pramuka

Tujuh orang yang diduga sebagai pelaku perundungan terhadap MS merupakan anak yang baik di sekolah. 

PIhak sekolah pun mengatakan jika sosok 7 orang anak tersebut merupakan aktifis sekolah dan tidak memiliki catatan buruk selama ini. 

Bahkan ketujuh siswa tersebut merupakan anggota Dewan Galang Pramuka di sekolah. 

“Anak-anak (korban dan pelaku) aktifis di sekolah. Aktif di BDI dan Dewan Galang Pramuka,” jelas Syamsul Arifin, Kepala SMPN 16 Kota Malang.

2. Pelaku Sudah Diperiksa 

Tujuh siswa SMPN 16 Kota Malang yang diduga pelaku kekerasan pada temannya MS (13) datang ke kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Malang, Jumat siang (31/1/2020).

Mereka berseragam pramuka dan diantar oleh guru-guru sekolah menumpang sebuah mobil.

Kemungkinan mereka dimintai keterangan mengenai kejadian itu. Mereka sempat masuk lewat ruang subag umum.

Namun menjelang sholat Jumat, mereka keluar lagi dan duduk di ruang tunggu. Kemudian mengikuti sholat Jumat di masjid Disdikbud.

Jika sekilas melihat wajah mereka, tidak menampakkan wajah anak ‘nakal’ sama sekali. Mereka juga berpakaian rapi.

Sedang Zubaidah, Kadisdikbud Kota Malang belum bisa berkomentar karena masih mengumpulkan berbagai informasi agar tidak sepotong-sepotong tentang hal itu.

3. Kapolresta Malang Kota Pastikan Ada Kekerasaan

Kapolresta Malang kota, AKBP Leonardus Sinarmata memastikan ada tindak kekerasan yang menimpa MS, siswa SMPN 16 Kota Malang.

Leonardus Sinarmata membuat pernyataan terbuka setelah mengunjungi MS (13), siswa SMPN 16 Kota Malang yang diduga jadi korban kekerasan di RS Lavallete, Jumat (31/1/2020).

Siswa SMP Malang Meronta Kesakitan, Diduga Dibully 7 Teman
Siswa SMP Malang Meronta Kesakitan, Diduga Dibully 7 Teman (SURYAMALANG.COM/kolase twitter @blac****)

Pada wartawan, Kapolresta memastikan ada tindak kekerasan.

"Saya lihat sendiri kok. Ada luka di kaki, tangan," jawabnya.

Maka perlu dilakukam visum pada korban agar jelas penyebabnya karena apa.

Dikatakan, karena korban masih anak-anak, maka akan ditangan Unit PPA.

4. Polisi Periksa 7 Siswa Terduga Pelaku Perundungan Terhadap MS

Polresta Malang Kota menemukan fakta baru terkait perundungan atau bullying yang dialami siswa SMP negeri di Kota Malang berinisial MS (13).

“Kami telah memeriksa tujuh murid terduga pelaku perundungan pada Senin (3/2/2020).”

“Sesuai keterangannya, mereka melakukan kekerasan secara bersama-sama,” ujar Kombes Pol Leonardus Simarmata, Kapolresta Malang Kota kepada SURYAMALANG.COM, Selasa (4/2/2020).

Akibat kejadian itu, korban mengalami luka di punggung, tangan, dan kaki.

“Katanya, mereka melakukan hal itu karena hanya iseng. Tapi kami tetap telusuri kasus ini karena kondisi korban cukup parah,” tambahnya.

Saat ini Polresta Malang Kota masih menunggu hasil visum dari RS. Lavalette.

Kapolresta Malang Kota, Kombes Pol Leonardus Simarmata saat memberikan keterangan resmi terkait hasil pemeriksaan terhadap tujuh murid terduga pelaku perundungan.
Kapolresta Malang Kota, Kombes Pol Leonardus Simarmata saat memberikan keterangan resmi terkait hasil pemeriksaan terhadap tujuh murid terduga pelaku perundungan. (TribunJatim.com/Kukuh Kurniawan)

“Kami berharap hasil visum tersebut dapat segera keluar. Dari visum tersebut bisa diketahui penyebab luka dan kondisi korban,” terangnya.

Mantan Wakapolrestabes Surabaya ini tidak berani berasumsi terkait penyebab jari tengah korban yang akan diamputasi.

“Hal medis seperti itu bisa ditanyakan langsung ke pihak rumah sakit.”

“Kami masih mendalami itu disebabkan karena peristiwa tersebut atau faktor lain.”

“Kami ingin menunjukkan konstruksi hukumnya terbentuk dahulu sehingga faktanya bisa diketahui.”

“Kami belum bisa berasumsi dan mengatakan hal di luar fakta kejadian tersebut,” tandasnya.

5. MS Akhirnya Benar-Benar Diamputasi

Kabar awal tentang kondisi MS (13) yang akan diamputasi salah satu jarinya akhirnya benar-benar terjadi.

MS, siswa SMP yang jadi korban kekerasan atau perundungan teman sekolahnya di salah satu SMPN harus menjalani amputasi.

MS dikabarkan menjalani amputasi jarinya pada Selasa (4/2/2020) malam di RSS Malang.

Kabar operasi amputasi yang dijalani MS ini dibenarkan oleh pihak keluarga.

Pak De atau paman MS, Taufik membenarkan jika ponakannya itu akhirnya harus menjalani amputasi.

Kondisi korban kekerasan, MS dirawat di RS Lavalatte, Jumat sore (31/1/2020) dan Kapolresta Malang Kota AKBP Leonardus Sinarmata saat memberi keterangan, Sabtu (1/2/2020).
Kondisi korban kekerasan, MS dirawat di RS Lavalatte, Jumat sore (31/1/2020) dan Kapolresta Malang Kota AKBP Leonardus Sinarmata saat memberi keterangan, Sabtu (1/2/2020). (Kolase HUmas Polresta Malang Kota - Aminatus Sofya)

Taufik menyatakan operasi amputasi akhirnya harus dilakukan karena ujung jarinya sudah tidak berfungsi. 

"Keputusan dilakukan amputasi setelah dilakukan observasi," ujar Taufik pada wartawan, Selasa (4/2/2020).

Wacana tindakan amputasi untuk salah satu jari MS sebenarnya sudah muncuk sejak awal kasus ini ketika viral.

Tapi informasi terkait amputasi itu jadi abu-abu karena beberapa pihak menyebut tidak jadi amputasi.

Selama MS menjalani perawatan di rumah sakit kabar terkait rencana amputasi itupun masih sebatas wacana, karena observasi masih terus dilakukan.

Pihak keluarga menyebut, keputusan melakukan amputasi akhirnya benar-benar diambil oleh dokter yang merawat pada hari Senin (3/2/2020) dan operasi amputasi dijadwalkan di hari Selasa (4/2/2020) jam 18.00 WIB.

Menurut Taufik, Pak De dari MS, pertimbangan keputusan melakukan amputasi selain karena kondisi ujung jari selama masa obeservasi tetap menunjukkan tak berfungsi lagi, juga karena pertimbangan kondisi fisik MS yang sudah bagus.

6. Walikota Malang Geram Karena Tak Dapat Informasi Utuh Kasus Perundungan Siswa SMP

Sutiaji, Walikota Malang merasa geram atas kasus perundungan yang menimpa siswa SMP di Kota Malang, MS (13).

Sebab ia tidak mendapatkam informasi utuh kasus itu saat kunjungan ke sekolah itu bersama Komisi D, Senin (3/2/2020).

Sedang yang dinyatakan oleh Kapolres Malang berbeda.

“Karena ada kesan penggalan informasi yang tidak utuh saya terima (dari sekolah, red).”

Korban kekerasan atau perundungan, MS saat dijenguk oleh Wali KOta Malang Sutiaji di rumah sakit, Senin (3/2/2020).
Korban kekerasan atau perundungan, MS saat dijenguk oleh Wali KOta Malang Sutiaji di rumah sakit, Senin (3/2/2020). (SURYAMALANG.COM/Hayu Yudha Prabowo)

“Apa yang diinformasikan dari perkembangan berita sebagaimana dilansir (narasumber berita) oleh Polres Kota Malang, dan dibenarkan Bapak Kapolresta, tidak kami dapatkan saat melakukan kunjungan ke sekolah beberapa hari yang lalu bersama Komisi D DPRD Kota Malang,” papar Sutiaji dalam rilis yang disampaikan humas Pemkot Malang, Rabu (5/2/2020).

Menurutnya itu tidak bagus. Karena itu walikota minta kepada Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengambil langkah pembinaan teknis.

Maka hari ini, Rabu (5/2/2020), para kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan guru guru BK diundang ke balaikota.

Ia tidak ingin kejadian ini terulang lagi. Sedang Kabag Humas Pemkot Malang menyatakan jadwal pertemuan dinamis jamnya.

Sebab hingga pukul 11.00 WIB, walikota masih ada jadwal terkait pipa air PDAM di Balaikota.

Menurut dia, tanggung jawab mendidik anak memang tidak bisa dibebankan pada sekolah saja, memang harus ada keterlibatan aktif para orang tua dan pelibatan masyarakat.

“Namun saat anak anak di lingkungan sekolah maka itu tanggung jawab sekolah dimana kepala sekolah adalah top manajernya,” tegasnya.

Apalagi kejadian perundungan ini di sekolah.

“Saya tetap menyalahkan sekolah karena terjadi di sekolah,” kata Sutiaji pada wartawan usai kunjungan ke SMP itu, Senin (3/2/2020).

Dan sekolah baru tahu setelah keluarga korban mengkonfirmasi kejadian itu ke pihak sekolah.

Saat itu korban sudah dirawat di RS hingga kini. Bahkan semalam, salah satu jarinya diamputasi.

Adanya itu, lanjutnya, maka logis dilakukan pola reward atau pun sanksi kepada lembaga sekolah atau kepala sekolah dinamika yang terjadi di lingkungan sekolah tersebut.

Walikota menyatakan akan terus memantau perkembangan siswa yang  jadi korban dengan menjalin komunikasi dengan orang tuanya, dokter pendamping serta kunjungan ke rumah sakit.

Sumber: Surya Malang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved