7 Fakta Baru Kasus MS Setelah Diamputasi, Selalu Menangis, Penyebab Jari Dipotong dan Nasib Pelaku

7 Fakta baru kasus MS setelah diamputasi, selalu menangis, penyebab jari dipotong dan kelanjutan nasib pelaku.

Penulis: Sarah Elnyora | Editor: Adrianus Adhi
Suryamalang.com/kolase
MS Siswa SMPN Malang Korban Bully 

SURYAMALANG.COM, KLOJEN - Terangkum 7 fakta baru atas kasus MS, siswa SMPN Malang yang jadi korban dugaan bully atau perundungan. 

Jari tangan MS yang kini sudah diamputasi kabarnya membuat remaja 13 tahun tersebut selalu menangis. 

Kini penyelidikan pun masih terus berlanjut termasuk pemeriksaan terhadap 7 tersangka siswa SMPN teman sekolah MS yang diduga sebagai pelaku. 

Dari laporan yang diterima SURYAMALANG.COM, berikut ulasan selengkapnya:

1. Selalu Menangis

MS Siswa SMPN Malang Korban Bully Telah diamputasi
MS Siswa SMPN Malang Korban Bully Telah diamputasi (Suryamalang.com/kolase)

Setelah operasi amputasi, menurut paman MS, kondisi remaja itu cukup memprihatinkan. 

Paman MS, Taufik menyebut keponakannya terus menangis semenjak menjalani operasi amputasi.

Taufik, menerangkan bahwa MS menangis terus usai operasi amputasi hingga pagi hari, Rabu (5/2/2020).

"Mungkin syok karena yang awalnya punya jari namun tiba tiba menghilang. Namun bagaimana lagi, karena hal itu harus dilakukan. Dan sebelum melakukan operasi, pihak dokter juga telah memberitahu kepada pihak keluarga dan kami menyetujuinya," ujar Taufik. 

Guna menjaga kondisi psikologisnya Polresta Malang Kota terus melakukan pendampingan psikologis kepada MS.

2. Penyebab Jari Dipotong

Siswa SMP Malang Meronta Kesakitan, Diduga Dibully 7 Teman
Siswa SMP Malang Meronta Kesakitan, Diduga Dibully 7 Teman (SURYAMALANG.COM/kolase twitter @blac****)

MS telah menjalani operasi amputasi pada Selasa (4/2/2020) malam di RSS Malang pukul 18.00 WIB.

Sebagian dari ruas jari tengah tangan kanan MS harus diamputasi.

Tim dokter yang menangani memutuskan untuk melakukan amputasi setelah melalui masa observasi.

Menurut Taufik, Pak De dari MS, pertimbangan keputusan melakukan amputasi selain karena kondisi ujung jari selama masa obeservasi tetap menunjukkan tak berfungsi lagi, juga karena pertimbangan kondisi fisik MS yang sudah bagus.

Ketika kabar operasi amputasi jari MS disampaikan, dukungan dan doa bagi MS kembali mengalir.

Beberapa kelompok masyarakat menyampaikan doa khusus bagi MS sekaligus menghujat tindak kekerasan atau perundungan atau bullying pada anak-anak.

3. Penyelidikan Menentukan Nasib Pelaku

Kapolresta Malang Kota Kombes Pol Leonardus Simarmata saat dikonfirmasi soal dugaan tindak kekerasan di SMPN 16 kota Malang, Sabtu (1/2/2020)
Kapolresta Malang Kota Kombes Pol Leonardus Simarmata saat dikonfirmasi soal dugaan tindak kekerasan di SMPN 16 kota Malang, Sabtu (1/2/2020) (SURYAMALANG.COM/Aminatus Sofya)

Polresta Malang Kota menaikkan status kasus perundungan atau kekerasan yang menimpa menjadi proses penyidikan .

"Untuk perkembangan saat ini, kita telah menaikkan statusnya dari penyelidikan menjadi tahap penyidikan. Dan kita sudah menemukan dua alat bukti terkait kasus ini," ujar Kapolresta Malang Kota, Kombes Pol Leonardus Simarmata kepada TribunJatim.com (Grup SURYAMALANG.COM), Rabu (5/2/2020).

Dirinya menerangkan yang membuat penyidik berkeyakinan menaikkan status kasus itu berdasarkan dua alat bukti yang telah diperoleh yaitu hasil visum dan keterangan para saksi.

"Bukti yang paling riil adalah hasil visum dan keterangan para saksi yang saling menguatkan satu dengan yang lain. Dari alat bukti itu, penyidik menaikkan status kasusnya dari penyelidikan menjadi penyidikan," terangnya.

Mantan Wakapolrestabes Surabaya ini juga mengungkapkan pihaknya masih terus menggali peran para terduga pelaku perundungan.

"Saat ini masih mencari peran dari tujuh terduga pelaku perundungan. Kita cari siapa yang memiliki peran paling penting dalam melakukan aksi perundungan itu. Nantinya terduga yang memiliki peran paling penting akan menjadi tersangka," pungkasnya.

4. Pihak Sekolah Harus Dihukum 

Kepala SMPN 16 Kota Malang, Syamsul Arifin
Kepala SMPN 16 Kota Malang, Syamsul Arifin (SURYAMALANG.COM/Sylvianita Widyawati)

Walikota Malang Sutiaji menyatakan para penanggung jawab di sekolah negeri tempat MS mengalami kekerasan atau perundungan akan dihukum

Sutiaji menegaskan hukuman akan diberikan pada Kepala sekolah, wakil kepala sekolah hingga guru.

Ia mengatakan berkaitan dengan langkah langkah kedisplinan, pemberian hukuman akan dilakukan secepat mungkin.

"Pada minggu ini harus ada hukuman bagi semuanya baik untuk kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan guru yang ada di sekolah tersebut. Karena ini merupakan bentuk keteledoran dari lembaga pendidikan. Apalagi kejadian dan waktu diketahuinya cukup panjang dan hal itu sangat amat sangat disayangkan sekali," terang Sutiaji di RS Lavalette, Rabu (5/2/2020) sore. 

5. Menjenguk MS 

Korban kekerasan atau perundungan, MS saat dijenguk oleh Wali KOta Malang Sutiaji di rumah sakit, Senin (3/2/2020).
Korban kekerasan atau perundungan, MS saat dijenguk oleh Wali Kota Malang Sutiaji di rumah sakit, Senin (3/2/2020). (SURYAMALANG.COM/Hayu Yudha Prabowo)

Wali kota bersama dengan Kapolresta Malang Kota jenguk korban perundungan di RS Lavalette.

Mereka datang berkunjung sekitar pukul 16.40 WIB dan langsung segera memasuki bagian ruang anak.

Para awak media yang meliput kegiatan tersebut tidak diijinkan masuk di kamar MS.

Sekitar pukul 17.00 Wib, mereka kemudian mengakhiri kegiatan menjenguk korban perundungan itu.

Wali kota Malang, Sutiaji mengungkapkan pihaknya datang untuk menjenguk sekaligus melihat kondisi korban pasca operasi amputasi jari tengah.

"Dalam kesempatan ini, saya menyampaikan penyesalan atas kejadian ini. Mengapa kejadian ini dapat terjadi di sebuah lembaga pendidikan," ujarnya kepada TribunJatim.com, Rabu (5/2/2020).

6. Faktor Penyebab Bully 

Dosen Psikologi Perkembangan Fakultas Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim (Maliki) Malang, Dr Elok Halimatus Sa'diyah mengatakan banyak faktor yang menyebabkan seorang anak melakukan bullying.

“Yang paling sering muncul adalah pelaku mendapat pengalaman kekerasan yang cukup intens dalam hidupnya, terutama dalam lingkungan keluarga. Bisa jadi orang tuanya bertindak otoriter,” jelasnya.

Akibatnya, hal tersebut bisa menjadi efek domino negatif.

“Di antaranya anak terbiasa berinteraksi dengan orang lain menggunakan kekerasan, minimnya empati terhadap orang lain, mencari perhatian orang lain dengan cara membully, hingga melampiaskan emosi kepada orang lain yang nampak lebih lemah dari dirinya,” imbuhnya.

7. Langkah Menangani Korban Bully

Masih menurut Dr Elok Halimatus Sa'diyah, perundungan atau bullying di Indonesia sudah tahap mengkhawatirkan.

“Solusinya bersifat preventif, kuratif, dan rehabilitasi penting dilakukan. Semua pihak harus terlibat, baik keluarga, masyarakat, maupun pemerintah,” ujar Halimatus kepada SURYAMALANG.COM, Rabu (5/2/2020).

Wanita yang juga menjabat sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama Fakultas Psikologi  UIN Maulana Malik Ibrahim (Maliki) Malang ini minta anak tidak menjadi pelaku bullying.

“Yang paling utama adalah penguatan keluarga. Ini merupakan langkah awal dan dasar dari pembentukan karakter anak.”

“Pihak sekolah dan masyarakat juga harus aktif terlibat. Misalnya, guru BK di sekolah harus terlibat aktif dalam mengidentifikasi dan membantu siswa yg berisiko menjadi pelaku dan korban bullying agar kejadian bullying tidak terjadi,” terang Halimatus.

Dia menambahkan masyarakat harus senantiasa memberikan dukungan emosi, dukungan praktis, dan dukungan informasi yang dibutuhkan oleh anggota masyarakat berisiko.

“Dukungan masyarakat secara aktif akan memaksimalkan proses penguatan masyarakat berbasis keluarga,” tambahnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved