Akhir Kisah Hukuman Sadis Pakai Kotoran Manusia di Seminari, Maumere, Ujungnya Damai

Kisah hukuman sadis kakak kelas di Seminari Bunda Segala Bangsa, Maumere berakhir damai.

Penulis: Raras Cahyaning Hapsari | Editor: Adrianus Adhi
Pos Kupang
Akhir kisah hukuman sadis kakak kelas 

SURYAMALANG.COM - Kisah hukuman sadis kakak kelas di Seminari Bunda Segala Bangsa, Maumere berakhir damai.

Sebelumnya kisah hukuman sadis pakai kotoran manusia ini sempat viral di Indonesia.

Pasalnya dalam kabar yang beredar, para siswa kelas VII dihukum makan kotoran manusia oleh kakak kelas mereka.

Yang dimaksudkan dengan makan kotoran manusia adalah, kakak kelas menyentuhkan kotoran manusia ke mulut atau lidah adik kelasnya.

Namun dilansir dari Pos Kupang dalam artikel dengan judul 'Kasus "Makan" Faces di Seminari BSB Maumere, Pelaku dan Korban Saling Memaafkan', kasus ini telah berakhir.

Utusan siswa, orang tua murid dan guru pendamping melakukan doa rekonsiliasi di depan Pantung Bunda Maria, Kamis (5/3/2020) dalam perayaan misa yang dipimpin Uskup Maumere, Mgr.Edwaldus Martinus Sedu di Kapela BSB.

Untuk membawakan doa rekonsiliasi, utusan siswa SMP yang diwakili Alexandro Indra Saputra Mula, utusan siswa SMAS diwakili Alexandro Moti, utusan guru, dan perwakilan orang tua.

Satu per satu mereka menyampaikan doa kepada Bunda Maria meminta penguatan dan permohonan saling memaafkan atas terjadinya kasus yang sempat viral itu.

Perayaan ekaristi dihadiri orang tua korban, orang tua pelaku, dan sejumlah pejabat dari beberapa instansi seperti Polri dan TNI, dan unsur pemerintahan.

Para siswa SMP dan SMA menempati bangku paling depan. Mereka tampak gagah dengan pakaian tenun.

Praeses Seminari BSB, RD Deodatus Du'u, menyampaikan permohonan maaf atas terjadinya peristiwa tersebut.

Diakuinya peristiwa tersebut telah mencoreng lembaga Seminari BSB.

Ia juga menyampaikan terima kasih atas keterlibatan berbagai pihak, terutama orang tua korban, sehingga lahir kemauan bersama untuk melakukan rekonsiliasi.

Menurut RD Deodatus, rekonsiliasi sangat tepat sebagai media reflektif untuk melakukan pembenahan.

"Tidak akan ada lagi bentuk kekerasan apapun di lingkungan sekolah ini. Kalau terjadi lagi kita akan tindak tegas. Saya mohon dukungan, dia dan sikap kita semua," ajak RD Deodatus Du'u.

Mgr.Edwaldus, dalam kotbahnya mengajak semua yang hadir memperjuangkan rekonsiliasi dalam kerapuhan dan kelemahan.

Sebagai pribadi dan lembaga, kata Mgr Edwaldus, akan jatuh dalam kelemahan, kerapuhan dan kegagalan.

Namun, dalam semangat iman terpanggil untuk melangkah maju, kepala tegak dan berani mengakui kelemahan dan kerapuhan kita.

"Sebagai lembaga pendidikan hendaknya mewartakan cinta kasih Injil sebagaimana diamanatkan dalam visi dan misi KWI," pinta Mgr.Edwaldus.

Dikatakanya, lembaga pendidikan seperti seminari harus sering melakukan refleksi bersama atas dokumen-dokumem gereja, bersama para pendamping di seminari maupun guru-guru di sekolah.

Sharing kitab suci dan ajaran Sri Paus menjadi sangat penting bagi lembaga seminari.

Dalam semangat pembaharuan sejati, Mgr.Edwaldus mengajak semua menjadi murid Yesus dengan hari-hari yang penuh sukacita injil.

"Marilah kita saling mengampuni dan belajar dari kesalahan kita, rendah hati yang terbuka, mengampuni dan mengakui segala kesalahan, kekurangan, kegagalan dan kejatuhan dalam hidup," ujarnya.

Klarifikasi Pihak Sekolah

Dilansir dari Kompas.com dalam artikel 'Duduk Perkara Siswa Dihukum Makan Kotoran Manusia, Dilakukan Kakak Kelas, Seminari Minta Maaf', pihak sekolah kini buka suara.

Pimpinan Seminari Bunda Segala Bangsa Maumere, Romo Deodatus Du'u mengatakan insiden iu terjadi pada Rabu (19/2/2020) sekitar pukul 14.30 WITA.

"Terminologi 'makan' yang dipakai oleh beberapa media saat memberitakan peristiwa ini agaknya kurang tepat sebab yang sebenarnya terjadi adalah seorang kakak kelas menyentuhkan sendok yang ada feses pada bibir atau lidah siswa kelas VII," kata Deodatus dalam keterangan yang diterima Kompas.com, Selasa (25/2/2020).

Deodatus juga membantah aksi itu dilakukan oleh pembina atau pendamping.

Kejadian itu, kata dia, dilakukan dua siswa kelas XII yang bertugas menjaga kebersihan area asrama siswa kelas VII.

Deodatus menceritakan, insiden itu bermula ketika salah seorang siswa kelas VII membuang kotorannya sendiri di kantong plastik yang disembunyikan dalam lemari kosong di kamar tidur.

Setelah makan siang, dua kakak kelas yang ditugaskan menjaga kebersihan kamar tidur kelas VII menemukan plastik berisi kotoran manusia itu.

Dua kakak kelas itu mengumpulkan siswa kelas VII dan menanyakan asal muasal kotoran tersebut. Tapi, tak ada siswa kelas VII yang mengaku.

Dua kakak kelas itu berkali-kali meminta siswa kelas VII untuk memberi tahu asal dari kotoran tersebut.

Tetap tak ada yang mengaku. Karena kesal, seorang kakak kelas mengambil kotoran dengan sendok makan dan menyentuhkannya ke bibir dan lidah siswa kelas VII.

Perlakuan yang didapat setiap siswa kelas VII berbeda.

Setelah itu, dua siswa kelas XII itu meminta para juniornya merahasiakan insiden tersebut dari pembina dan orangtua.

Deodatus mengatakan, pihak Seminari telah meminta maaf di hadapan orang tua terkait masalah ini.

Dua kakak kelas itu pun dikeluarkan dari Seminari Bunda Segala Bangsa.

Seminari juga mendampingi para siswa kelas VII untuk pemulihan mental dan menghindari trauma.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved