Narkoba Bikin Hasrat Bercinta Ibu Tak Terbendung, Ajak Anak Kandung Hubungan Intim Berkali-kali
Gara-gara narkoba ibu ajak anak kandung hubungan intim di rumahnya sendiri, perbuatan itu mereka lakukan lebih dari sekali.
Penulis: Raras Cahyaning Hapsari | Editor: Adrianus Adhi
SURYAMALANG.COM - Gara-gara narkoba ibu ajak anak kandung hubungan intim di rumahnya sendiri.
Kisah ibu ajak anak kandung hubungan intim ini terjadi di Kabupaten Muaraenim, Sumatera Selatan.
IA (40) sang ibu yang merupakan warga Kecamatan Lubai Ulu, sedang terpengaruh narkoba saat mengajak EP (16) melakukan hubungan intim.
Perbuatan keduanya terbongkar polisi saat digerebek terkait narkoba pada Selasa 17 Maret 2020 pukul 03.35 WIB.
Dilansir dari Kompas.com dalam artikel 'Fakta Ibu Ajak Anaknya Berhubungan Intim, Berawal dari Laporan Warga hingga Digerebek Polisi', polisi mengamankan barang bukti berupa tiga paket sabu seberat 8,22 gram dan satu butir ekstasi.
Selain itu, keduanya pun dibawa ke kantor polisi untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Menurut pengakuan IA, ia dan anaknya berjualan narkoba untuk memenuhi kebutuhan anaknya yang bersekolah di Palembang.
Hubungan intim ini rupanya sudah mereka lakukan sebanyak tiga kali.
Berikut ini fakta lengkap terkait peristiwa yang mengegerkan warga ini.
1. Hubungan Intim Terungkap Saat Digerebek

Hubungan ibu dan anak ini terungkap ketika keduanya digerebek oleh polisi pada dini hari.
Uniknya, penggerebekan polisi ini berawal dari laporan warga yang resah karena rumah tersangka kerap terjadi transaksi jual beli narkotika.
Rupanya, pasangan ibu dan anak ini sudah masuk target operasi Polres Muaraenim.
Mendapati informasi itu polisi langsung melakukan penyelidikan dan melakukan pengerebekan di kediaman pelaku, Selasa (17/3/2020) sekitar pukul 03.35 WIB.
Namun, saat digerebek, keduanya kedapatan hendak melakukan hubungan intim.
Dari keduanya polisi mengamankan barang bukti berupa tiga paket sabu seberat 8,22 gram dan satu butir ekstasi di rumahnya.
Kapolres Muaraenim, AKBP Donni Eka Saputra membenarkan adanya penangkapan tersebut.
"Tersangka dan barang bukti sudah kita amankan untuk diproses lebih lanjut," katanya.
2. Pengakuan Berubah-ubah
Menurut AKBP Donni Eka Putra, pengakuan tersangka terkait hubungan intim itu selalu berubah-ubah.
Namun yang pasti, menurut Donni bahwa mereka mengakui akan melakukan huhungan intim.
Sebab pada saat digrebek, keduanya tengah bersiap akan melakukan hubungan intim tersebut.
Perbuatan mereka terbongkar, saat polisi menggerebek atas kasus narkoba.
3. IA yang Mengajak

Dihadapan petugas, IA mengaku khilaf mengajak anak kandungnya berhubungan intim.
"Yang ngajak untuk berhubungan intim itu saya. Saya tidak tahu sebabnya mungkin pengaruh setan," kata ibu dua anak ini didepan penyidik Satres Narkoba Polres Muaraenim, Selasa (17/3/2020).
IA mengaku, ketika mengajak anaknya untuk berhubungan badan hanya spontan saja.
Ia mengaku belum sempat melakukannya karena keburu digrebek polisi.
Sementara itu, EP mengaku menurut saja ketika diajak ibunya untuk melakukan hubungan intim tersebut.
Pasalnya, saat kejadian, dirinya setengah tidak sadar karena habis mengonsumsi narkoba.
"Saya tidak tahu, saya sudah setengah sadar, tahu- tahu digrebek Polisi," katanya.
4. Terjadi Lebih Dari Sekali
Kepada polisi, tersangka IA mengaku sudah tiga kali melakukan hubungan suami istri dengan anak kandungnya tersebut.
IA mengaku, ketika mengajak anaknya untuk berhubungan badan hanya spontan saja, dan itu belum dilakukan baru akan dan keburu digrebek polisi.
Dia nekat mengajak anaknya berhubungan intim, karena sudah satu tahun pisah ranjang dengan suaminya yang pergi bekerja di Bengkulu Utara.
Selama ditinggal suaminya, ia pun bekerja serabutan untuk menghidupi kedua anaknya.
5. Alasan Berjualan Narkoba

IA mengaku, selama ditinggal suaminya, ia bekerja serabutan untuk menghidupi kedua anaknya.
Selain itu, dia juga mengedarkan narkoba bersama anaknya EP yang baru lima bulan.
Diakuinya, dia terpaksa mengedarkan narkoba karena untuk membiayai anaknya bungsu yang saat ini bersekolah di Palembang.
"Sekolah anak saya itu, butuh Rp 1,5 sampai Rp 2 juta sebulan, sebab ia tinggal di asrama," ujarnya.