Virus Corona di Tulungagung
Permintaan Anjlok, Peternak Ayam di Tulungagung Harus Ecer Keliling dan Banting Harga Rp 13.500/Kg
Para peternak ayam potong di Tulungagung pun tidak punya pilihan, selain menjual murah hasil panennya.
Penulis: David Yohanes | Editor: isy
SURYAMALANG.COM, TULUNGAGUNG - Momentum menjelang puasa dan Lebaran adalah saat para peternak ayam potong meraih untung, karena saat itu permintaan daging meningkat. Namun kondisi saat ini berbalik, para peternak ayam tidak bisa menjual hasil panennya.
Pandemi virus corona menyebabkan rumah makan dan restoran juga berhenti operasi, sehingga permintaan daging ayam juga anjlok. Para peternak ayam potong pun tidak punya pilihan, selain menjual murah hasil panennya.
"Kalau kondisi normal kami tidak pernah jualan langsung, karena ada pedagang yang membeli di kandang. Sekarang terpaksa kami jualan ke jalan-jalan," ujar seorang peternak bernama Daryono (47), yang pemilik peternakan di dekat Telaga Ngambal, Kecamata Kalidawir.
Bersama rekannya, Daryono keliling menggunakan mobil pikap menjual ayamnya langsung ke masyarakat.
Ayam hidup ini dijual seharga Rp 13.500 per kilogram.
Padahal harga balik modal (BEP) di kisaran Rp 16.700 per kilogram.
"Biasanya saya jual di harga Rp 17.500 sampai 20.000 per kilogram," sambung Daryono, saat ditemui di Kelurahan Kutoanyar, Kecamatan Tulungagung.
Karena satu kandang tidak bisa langsung dijual sekaligus, Daryono harus mengecer ayam yang siap dipanen.
Kondisi ini membuat Daryono semakin merugi, karena menanggung pakan tambahan.
Biasanya ayam siap dijual di usia 36 hari, namun karena tidak langsung terjual, ia harus menanggung pakan hingga hari ke-41.
"Ini bawa 2.000 ayam selama tiga hari saja belum habis terjual. Di kandang saya ada 5000 ekor," ungkap Daryono.
Apalagi harga pakan saat ini naik Rp 10.000 per sak, dari Rp 387.000 menjadi 397.000 per sak.
Daryono mengaku, saat ini ayam di kandangnya masih tersisa 1.500 ekor.
Hari ini ia keliling dengan membawa 2,5 kuintal ayam hidup, dan semuanya habis terjual.
"Jadi sekarang terpaksa beternak, sekaligus belajar jualan. Kalau tidak begini gak habis-habis," katanya.