Berita Surabaya Hari Ini
2 Anak Sopir Lulus Jadi Dokter di Unair, 'Jangan Menyerah, Pasti Ada Jalan'
Memiliki keterbatasan ekonomi untuk mengejar cita-cita jadi dokter tak membuat Ewin Wulandari dan Ria Setiawati menyerah
Penulis: sulvi sofiana | Editor: isy
SURYAMALANG.COM | SURABAYA - Memiliki keterbatasan ekonomi untuk mengejar cita-cita tak membuat Ewin Wulandari dan Ria Setiawati menyerah. Kedua gadis yang sama-sama memiliki ayah seorang sopir ini mampu membuktikan bisa berhasil meraih cita-citanya dengan menyelesaikan Pendidikan Kedokteran di Universitas Airlangga.
Hal ini terbukti saat dua gadis asal Tuban dan Jombang ini bisa lulus dan mengucapkan sumpah dan janji dokter di Aula Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair), Kamis (24/9/2020). Ewin mengungkapkan secara finansial, penghasilan ayahnya yang seorang sopir tidak akan mampu membayar seluruh biaya pendidikan di kedokteran.
Tidak hanya uang kuliah, tapi biaya praktikum, buku dan alat-alat kesehatan sebagai penunjang pembelajaran, tentu tak akan mencukupi dari penghasilan orangtuanya itu.
Namun keduanya berusaha tetap berikhtiar hingga akhirnya mendapatkan beasiswa bidikmisi yang diberikan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Keduanya pun bisa menempuh pendidikan dokter dengan baik dan lancar bahkan sesuai waktu yang ditetapkan, yakni enam tahun.
“Asalkan ada keinginan, di situ pasti ada jalan. Semua proses saya jalani sungguh-sungguh, dan pantang menyerah,” ujar Ewin.
Ewin mengaku memang bercita-cita ingin jadi dokter.
Dia maupun Ria menyadari, tidak mungkin orang tuanya bisa membiayai semua itu.
“Akhirnya berupaya bagaimana caranya kita harus bisa masuk FK Unair tanpa biaya sedikitpun dan tanpa tes tentunya,” tambah Ewin.
Untuk itu belajar dengan rajin, tekun dan giat menjadi kunci kedua gadis itu untuk bisa mencapai cita-cita.
Semasa kelas X hingga XII, nilai rapor mereka tidak pernah di bawah 9.
Bahkan, harus dalam posisi menanjak setiap semesternya.
“Bahkan, semua lomba-lomba yang digelar Unair, terutama FK Unair selalu saya ikuti agar agar bisa punya tiket khusus masuk FK. Alhamdulillah kesampaian dan dapat beasiswa lagi,” tandasnya.
Selama kuliah di FK Unair, keduanya mengaku hanya mengeluarkan dana untuk kebutuhan hidup serta membeli buku dan alat praktikum.
"Selebihnya tidak bayar alias gratis. Kalau semua bayar, tidak akan sanggup orang tua kami membiayai,” tambah Ria.
Ewin dan Ria adalah dua dari delapan mahasiswa FK Unair dari jalur bidikmisi yang lulus profesi dokter dan bisa mengucapkan sumpah dan janji dokter di masa pandemi ini.
Dekan FK Unair, Prof Dr dr Soetojo SpU (K) mengungkapkan turut bergembira bisa melantik dan mendampingi mahasiswanya mengucapkan sumpah dan janji agar bisa mengabdi sebagai dokter yang siap melayani masyarakat.
“Pelantikan kami lakukan dengan protokol kesehatan yang sangat ketat. Karena kami tidak ingin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” katanya.
Dari 209 lulusan, pelantikan dilakukan selama dua hari dan masing-masing ada dua sesi.
“Kami suruh mereka memilih, apakah bisa ikut offline atau online. Kalau mau online ya monggo, mau ikut offline ya silahkan. Kami atur agar tidak terjadi penumpukan,” ujar Prof Soetojo.
Pelantikan dan pengucapan sumpah janji dokter ini menjadi kewajiban setiap lulusan kedokteran.
Karena dokter-dokter baru itu harus segera bisa mengabdi ke masyarakat di saat pandemi seperti sekarang ini.
Sumpah dan janji itu sebagai langkah awal untuk bisa terjun ke masyarakat, melakukan pelayanan kesehatan.
“Mereka akan melakukan internship yang akan ditugaskan oleh Kementerian Kesehatan ke beberapa daerah. Di sanalah pengabdian mereka dimulai. Yang terpenting harus menjaga nama baik FK Unair dan juga bisa mengabdi sebaik-baiknya untuk melayani masyarakat terutama di masa pandemi,” pungkasnya.