Harga Kedelai Hari Ini Masih Tinggi, Produsen Naikkan Harga Tempe Tahu 30 Persen

Harga kedelai masih tinggi membuat para produsen tempe tahu menaikkan harga demi menutup ongkos produsi

Editor: Bebet Hidayat
SURYAMALANG.COM/Benni Indo
Agus Rohman, pengusaha tempe saat berada di pabrik pembuatan tempe miliknya di Desa Beji, Batu, Malang. Harga Kedelai Hari Ini Masih Tinggi, Produsen Naikkan Harga Tempe Tahu 30 Persen 

"Kalau nggak dikunci harganya (stabil), sekian hari, minggu depan naik lagi, kita goncang juga. Karena prediksinya harga terus naik sampai akhir Februari (2021),” ucapnya.

Pengusaha Tempe Bikin Inovasi

Naiknya harga kedelai impor membuat pelaku usaha tempe di daerah Sanan, Kota Malang menjerit.

Hal tersebut membuat omzet penjualan mereka menurun drastis.

Seperti yang dialami oleh Djumadi (40), produsen tempe asal Sanan ini mengaku bahwa naiknya kedelai impor membuat penghasilannya menurun.

Dia tidak bisa meraih untung lebih banyak, dikarenakan, harga jual tempe yang berada di pasaran tetap sama.

"Kalau kita mau naikkan harga tempe, penjual yang lain harusnya naik juga. Tapi di sini (Sanan) tidak ada yang mau. Jadinya harganya tetap sama dan penghasilan saya yang berkurang," ucapnya, Minggu (3/1/2021).

Pria yang sejak tahun 90 an menjadi produsen tempe itu mengaku, bahwa harga kedelai impor asal Amerika kini mencapai Rp 9.200 dari Rp 7.000 per Kilogramnya.

Selain rasanya yang enak, kedelai impor dipilih Djumadi karena memiliki ukuran yang lebih besar dan tidak basi.

Hal tersebut berbeda dengan kedelai lokal yang memiliki ukuran lebih kecil, namun lebih cepat basi saat diolah.

Baca juga: Gaji PNS Tahun 2021, Segini Besaran Gaji PNS Golongan 3A, Minimal Kantongi Rp 9 Juta Per Bulan

"Kedelai lokal itu kecil. Lebih enak jika diolah menjadi tahu. Beda dengan tempe. Nah sekarang kedelai impor yang mahal. Jadi kita yang aga kesusahan," terangnya.

Guna menaikkan omset penjualan itu, Djumadi kemudian berinovasi untuk membuat tempe dengan beragam varian rasa. Inovasi tersebut dilakukannya untuk menambah omset penghasilannya.

Jika biasanya per 200 gram tempe biasa dia jual senilai Rp 2.000. Dengan tempe rasa ini, Djumadi mampu menjual senilai Rp 4.000.

Tempe rasa tersebut diproduksinya sendiri di rumah, setelah sebelumnya Djumadi melakukan riset di Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Kedelai yang terletak di Kabupaten Malang.

"Jadi tempe rasa yang saya buat ini telah kami olah dan kami beri bumbu. Pembeli nanti tinggal menggorengnya saja di rumah. Dengan inovasi ini saya bisa menambah omset penghasilan saya," ucapnya.

Halaman
123
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved