Jendela Dunia

Sikap Tegas Inggris Demi Mencegah Penularan Virus Corona, Warga yang Bohong Dihukum Penjara 10 Tahun

Sikap Tegas Inggris Demi Membendung Penularan Covid-19, Warga yang Bohong Dihukum Penjara 10 Tahun

Editor: eko darmoko
Shutterstock
Suasana Kota London, Inggris, sepi setelah wabah virus corona atau Covid-19, 19 Maret 2020. 

SURYAMALANG.COM - Pemerintah Inggris mengambil sikap tegas dalam membendung penularan virus corona atau Covid-19, yakni dengan memberi hukuman penjara maksimal 10 tahun bagi warga yang bandel.

Hukuman ini diberikan kepada warga yang ketahuan dan terbukti berbohong tentang riwayat perjalanan.

Menteri Transportasi Grant Shapps mengatakan publik Inggris "akan memperkirakan tindakan yang cukup kuat" dan hukuman maksimum yang mencerminkan betapa seriusnya kejahatan tersebut.

Mulai Senin (8/2/2021), orang yang tiba di Inggris dari negara-negara "daftar merah" harus diisolasi selama 10 hari di hotel, dengan biaya 1.750 poundsterling (Rp 33,9 juta), seperti yang dilansir dari BBC pada Rabu (10/2/2021).

Varian Baru Virus Corona Sudah Menjalari Asia Tenggara, Termasuk Dua Negara Tetangga Indonesia

Virus Nipah Potensi Jadi Ancaman Pandemi Berikutnya, Disebut Lebih Berbahaya Ketimbang Virus Corona

Kebijakan itu dikritik oleh mantan hakim Mahkamah Agung Lord Sumption yang mengatakan ada tarif yang lebih rendah untuk pelanggaran s3ks.

Tindakan pemerintah Inggris merespons kekhawatiran bahwa vaksin Covid-19 yang sedang diluncurkan di Inggris mungkin kesulitan untuk mengendalikan varian baru virus corona yang diidentifikasi di seluruh dunia.

Sementara itu, Shapps berkata kepada program Today, "Orang seharusnya tidak memesan liburan sekarang, tidak di dalam negeri atau internasional."

Itu terjadi ketika Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan kepada anggota parlemen bahwa masyarakat perlu "terbiasa dengan gagasan vaksinasi Covid-19 dan kemudian vaksinasi ulang di musim gugur" karena varian baru virus corona.

Boris Johnson mengatakan rencana karantina hotel "diukur" dan "proporsional".

Mengutip Daily Telegraph, penulis Lord Sumption menuduh Menteri Kesehatan Matt Hancock, yang mengumumkan langkah terbaru, kehilangan realitas.

"Sepuluh tahun adalah hukuman maksimum untuk ancaman pembunuhan, keracunan non-fatal atau penyerangan tidak senonoh," tulis Sumption.

"Apakah Tuan Hancock benar-benar berpikir bahwa kunjungan ke Portugal yang tidak diungkapkan lebih buruk dari pada sejumlah besar pelanggaran senjata api atau pelanggaran seksual yang melibatkan anak di bawah umur, yang maksimumnya 7 tahun?"

Mantan anggota parlemen Tory dan mantan jaksa agung Dominic Grieve mengatakan hukuman 10 tahun itu "kesalahan", "dibesar-besarkan" dan "sama sekali tidak proporsional".

Grieve mengatakan kepada program Today BBC Radio 4, "Kenyataannya adalah tidak ada yang akan mendapatkan hukuman seperti itu, pengadilan tidak akan memaksakannya."

"Sekarang saya menyadari bahwa pemerintah harus menetapkan aturan yang ketat dan perlu ada sanksi untuk menegakkannya," lanjutnya.

"Tapi, untuk menyatakan bahwa hukuman 10 tahun akan dihasilkan dari pernyataan palsu pada formulir pendaratan di Bandara Heathrow, menurut saya adalah kesalahan karena dibesar-besarkan, itu tidak akan terjadi," ujarnya.

Bohong dan curang

Kegagalan karantina di hotel yang ditunjuk setelah tiba dari negara "daftar merah" akan dikenakan denda antara 5.000 poundsterling (Rp 96,8 juta) dan 10.000 poundsterling (Rp 193,7 juta).

Hukuman penjara 10 tahun akan menjadi hukuman maksimum bagi siapa pun yang ditemukan telah memalsukan riwayat perjalanan mereka pada formulir pencari lokasi penumpang yang wajib yang diisi oleh para pelancong, ketika mereka tiba di Inggris.

Tindakan perbatasan baru juga mengharuskan kedatangan internasional untuk membayar tes tambahan selama masa karantina mereka.

Ditanya tentang hukuman keras yang melekat pada langkah-langkah baru tersebut, Shapps mengatakan kepada BBC Breakfast bahwa mereka yang didenda sebanyak 10.000 poundsterling (Rp Rp 193,7 juta) harus "keluar dari jalan mereka untuk berbohong dan menipu" sistem baru.

Shapps mengatakan hukuman penjara maksimum 10 tahun mencerminkan sifat "serius" dari pelanggaran tersebut.

"Saya pikir publik Inggris akan mengharapkan tindakan yang cukup kuat" bagi mereka yang berusaha menghindari karantina hotel, katanya.

Sekitar 1.300 orang setiap minggu tiba di Inggris dari 33 negara daftar merah, termasuk Portugal, Brasil dan Afrika Selatan, kata Shapps.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Upaya Inggris Kendalikan Covid-19: Hukum 10 Tahun Penjara Pelancong yang Bohong

Ilustrasi
Ilustrasi (www.medscape.com)

Kemunculan Varian Baru Virus Corona Bikin Panik Benua Eropa, 40 Negara Kompak Blokir Inggris

Kepanikan muncul setelah muncul varian baru virus corona atau jenis baru virus corona di Inggris.

Kemunculan varian baru virus corona di Inggris ini, disebut para ahli lebih menular.

Imbas dari varian baru virus corona ini, sekitar 40 negara mengambil tindakan untuk memblokir Inggris, menutup perbatasan, dan memutus rute perdagangan.

Sekitar 40 negara tersebut juga membatasi kedatangan penumpang pesawat dari Inggris, yang membuat bandara di Inggris mengalami kekacauan.

Kendati disebut lebih menular, para ahli belum mendapatkan bukti bahwa varian baru virus corona atau jenis baru virus corona tersebut lebih parah.

Di Amerika Serikat (AS), ada seruan yang berkembang untuk melarang semua penerbangan dari Inggris ke AS, sebagaimana dilansir CBS News, Senin (21/12/2020).

Namun, sejauh ini, orang AS masih dapat melakukan perjalanan dari Inggris ke AS tanpa batasan pemerintah.

Sementara itu, beberapa negara yang melarang kedatangan penumpang pesawat dari Inggris seperti Perancis, Jerman, Italia, Irlandia, Kanada, Belanda, Belgia, Austria, Swedia, Finlandia, dan Swiss.

Selain itu, ada Estonia, Latvia, Lituania, Bulgaria, Romania, Kroasia, Turki, Iran, Israel, Arab Saudi, Kuwait, dan El Savador yang melarang kedatangan pesawat dari Inggris.

Di London, beberapa pelancong berdesakan di stasiun kereta.

Dengan rasa putus asa, mereka berupaya untuk keluar dari kota itu.

Inggris sekarang terhenti hanya berselang dua hari setelah terungkap bahwa varian baru virus corona tersebut menyebar seperti kobaran api.

Ratusan truk di pelabuhan Dover yang biasanya sibuk sekarang menganggur setelah Perancis memperketat perbatasannya.

Hal itu meningkatkan kekhawatiran akan kekurangan makanan nantinya.

Kepanikan sekarang menyebar ke seluruh dunia.

Strain baru virus corona pertama kali terdeteksi pada September dan sekarang menyumbang hampir dua pertiga dari semua penularan Covid-19 terbaru di seluruh Inggris.

Para ahli mengatakan, strain virus corona itu bermutasi dan membuatnya 70 persen lebih menular daripada strain lainnya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bersikeras bahwa virus corona bermutasi pada tingkat yang jauh lebih lambat daripada influenza musiman.

Namun, krisis terbaru ini tidak seperti yang lain dan sekarang tergantung pada pemerintah Inggris untuk menemukan jalan keluarnya.

Seorang ahli epidemiologi dari Universitas Johns Hopkins, Caitlin Rivers, mengatakan bahwa masih terlalu dini untuk mengetahui dampak dari strain tersebut.

"Saat ini, tidak ada bukti bahwa varian baru ini akan membuat vaksin kami kurang efektif atau akan membuat tes menjadi kurang efektif," kata Rivers.

Meskipun ada peringatan dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) yang mendesak rakyat AS untuk menghindari perjalanan, bandara “Negeri Uncle Sam” tetap saja ramai.

Gubernur New York Andrew Cuomo mengatakan, British Airways dan Delta Airlines sepakat untuk mulai menguji penumpang yang bepergian dari London ke New York.

Langkah tersebut dipertimbangkan karena adanya kekhawatiran mengenai jenis baru virus corona yang lebih menular.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Dilanda Kepanikan, 40 Negara Blokir Inggris karena Muncul Varian Baru Virus Corona

Ilustrasi Virus Corona
Ilustrasi Virus Corona (Stocktrek Images/Getty Images via Kompas.com)

Diberitakan sebelumnya, situasi mencekam melanda Benua Eropa seiring kemunculan varian baru virus corona.

Buntut munculnya varian baru virus corona, sejumlah negara di Eropa mulai menutup perbatasannya dari Inggris.

Gelombang baru virus corona itu membuat Perdana Menteri Boris Johnson mengumumkan pertemuan darurat Cabinet Office Briefing Rooms (Cobra) pada Senin (21/12/2020).

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson. (AFP / ISABEL INFANTES via Kompas.com)

Juru bicara Downing Street Nomor 10 mengatakan, agenda darurat itu mendiskusikan situasi yang berkaitan dengan penerbangan internasional.

Paling kentara adalah sikap negara-negara di "Benua Biru" yang memberlakukan larangan kedatangan apa pun dari Inggris karena varian baru virus corona.

Perancis menjadi negara terbaru yang menerapkannya, setelah mereka mengumumkan penangguhan selama 48 jam, termasuk juga transportasinya.

Juru bicara "Negeri Anggur" juga menerangkan, penangguhan itu termasuk kargo yang diangkut baik lewat darat, udara, maupun laut.

Oleh karena itu, Pelabuhan Dover menyatakan, segala lalu lintas dari Inggris ke Perancis harus menunggu hingga adanya pengumuman lanjutan.

Eurostar dalam kicauannya menuturkan, menyusul larangan itu, mereka hanya bisa mengoperasikan kereta jurusan Paris ke London pada 21-22 Desember.

"Kami meminta kepada masyarakat, terutama pengangkut barang, untuk tak menuju Pelabuhan Kent atau rute ke Perancis lainnya," jelas Menteri Transportasi Grant Shapps.

Shapps mengatakan di Twitter, dia sudah memperkirakan akan terjadi penumpukan.

Jadi, dia bekerja sama dengan otoritas Kent dan Highways England untuk mengurainya.

Sebelum Perancis, Irlandia melarang penerbangan dan penyeberangan feri dari Inggris selama 48 jam, hingga pemerintah mendiskusikannya lagi pada Selasa (22/12/2020).

Belanda juga melarang adanya kedatangan dari "Negeri Ratu Elizabeth" selama sisa 2020 ini, dan bakal berdiskusi dengan Uni Eropa guna menanggulangi varian baru ini.

Dari Italia, Menteri Luar Negeri Luigi Di Maio mengumumkan larangan.

Kemudian, Belgia juga menyatakan akan menutup kedatangan orang Inggris selama 24 jam.

Di Ceko, pemerintah menyatakan bahwa setiap orang yang berada di Inggris selama setidaknya 24 jam diperintahkan mengisolasi diri secara mandiri.

Kemudian, Bulgaria juga mengumumkan bahwa mereka melarang penerbangan dari dan ke Inggris hingga 31 Januari, seperti dilansir Sky News.

Ilustrasi Virus Corona
Ilustrasi Virus Corona (Stocktrek Images/Getty Images via Kompas.com)

PM Johnson berujar, varian baru virus corona diyakini 70 persen lebih cepat menyebar dibanding jenis sebelumnya, dan diduga jadi penyebab meningkatnya kasus infeksi di sana.

Johnson memerintahkan agar London dan kawasan tenggara berada dalam status lockdown tingkat empat selama pelaksanaan Natal.

Inggris menyatakan sudah memberi tahu Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) soal jenis ini, yang berkontribusi 60 persen dari kasus positif di London.

Menteri Kesehatan Matt Hancock sudah memperingatkan bahwa mereka menghadapi tantangan berat karena Covid-19 jenis baru ini menyebar tak terkendali.

Dr Susan Hopkins dari dinas kesehatan setempat menjelaskan, varian baru virus corona ini juga menyebar di Skotlandia dan Wales, tetapi dalam jumlah kecil.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Muncul Varian Baru Virus Corona di Inggris, Eropa Ramai-ramai Tutup Perbatasan

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved