Berita Ponorogo Hari Ini
Dinsos HERAN, Hengky Tampak Normal Tapi Divonis Gila & Dipenjara 1 tahun di Rumahnya Oleh Warga Desa
Jika dilihat kondisi Hengky memang seperti layaknya orang yang normal.Diajak komunikasi juga bisa, main hape juga bisa.
Penulis : Sofyan Arif Candra , Editor : Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM , PONOROGO - Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A) Ponorogo siap mengambil tindakan meski masih heran dengan kondisi Hengky Setiawan yang 'dipenjara' karena dianggap gila oleh warga desa.
Dinsos P3A Ponorogo berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan dan berharap ada rekomendasi dari sisi medis sebelum mengambil langkah sosial bagi bapak muda yang sudah dikurung lebih dari setahun itu.
Baca juga: Bapak Muda Ini Dikurung di Penjara Sempit Rumahnya di Ponorogo, Ditinggal Istri dan Dianggap Gila
Baca juga: Pengakuan Ibu Hengky Setyawan, Pria di Ponorogo yang Dipenjara di Rumah Sendiri, Dianggap Gila
Kadinsos P3A Ponorogo, Supriyadi tak memungkiri jika anggapan Hengky sebagai orang gila tidak terlihat secara fisik dan perilakukanya sejauh ini selama 'dipenjara' di rumahnya sendiri.
Jika dilihat kondisi Hengky memang seperti layaknya orang yang normal.
"Diajak komunikasi juga bisa, main hape juga bisa, namun infonya begitu, dikeluarkan dari kamarnya kalau sudah ketemu orang bisa ngamuk," lanjutnya
Anehnya, Hengky mengamuk hanya kepada beberapa orang yang ia kenal saja.
Sedangkan kepada orang baru, ia akan bersikap biasa dan cenderung lebih ramah.
"Ini kan perlu ada pendalaman lagi. Untuk penanganan sosialnya sudah kita siapkan, intinya tinggal menunggu dinas kesehatan," jelasnya.
Hengky Setiawan (27) saat ini dikurung di ruangan pengap berukuran 2 x 2,5 meter yang terletak di belakang rumahnya.
Ia layaknya tengah dipenjara di rumahnya sendiri, terlebih pintu ruangan untuk mengurungnya juga berupa jeruji besi.
Supriyadi menjelaskan inisiatif untuk mengurung Hengky datang dari warga setempat yang resah dengan kelakuannya.
"Hengky ini kalau di lepas ngamuk, dan terakhir sempat bawa senjata tajam. Jadi kemarin kamituwo bilang, jika Hengky dilepas warga tidak ada yang berani buka pintu rumah," kata Supriyadi, Kamis (18/2/2021).
Untuk itu saat ini Dinsos sedang berkomunikasi dengan Dinas Kesehatan Ponorogo untuk memeriksa secara medis.
"Prosedurnya memang harus ada komunikasi dengan Dinkes, bahwa orang ini sakit, nah baru kami akan beri rekom ke mana rumah sakit yang akan dituju," lanjutnya.
Supriyadi sendiri mendapat laporan jika Hengky sudah dikurung di ruangan tersebut selama 1,3 tahun.
Hengky sendiri sudah beberapa kali menjalani perawatan, salah satunya di Rumah Sakit Jiwa Lawang, Kabupaten Malang.
Karena sudah stabil Hengky diperbolehkan untuk pulang.
"Namun warga sekitar kekeh tidak mau Hengky kembali. Takut kambuh lagi," lanjutnya.
Dinsos P3A Ponorogo berencana merujuk Hengky Setyawan, warga Desa Grogol, Kecamatan Sawoo, ke rumah sakit jiwa.
Sebagai solusinya, Dinsos P3A Ponorogo telah berkoordinasi dengan panti rehabilitasi di Kabupaten Pati, Jawa Tengah untuk merawat Hengky.
"Jadi tinggal menunggu Dinkes dari sisi medis. Untuk kami dari RSJ dan panti rehabilitasi sudah ada," pungkasnya.

Sikap dan perilaku Hengky Setyawan yang disebut normal seperti orang pada umumnya juga diungkapkan ibunda Hengky, Nur Hayati.
Nur Hayati sendiri sebenarnya sejak lama menginginkan Hengky bebas.
Menurut Nur Hayati, anak sulungnya tersebut sehat baik fisik maupun mental.
"Ya tidak ingin anakku dikurung sudah satu tahun lebih seperti itu. Saya sendiri juga jadi tidak bisa kemana-mana, tidak ada pemasukan," kata Nur Hayati, Kamis (18/2/2021).
Jika memang tidak diterima di lingkungannya, Nur Hayati mengatakan ia dan Hengky juga bersedia untuk pindah.
"Inginnya anak saya bebas, kalau tidak boleh di sini ya di mana gitu, namanya anak, gak rela digitukan," lanjutnya.
Nur Hayati sendiri sebenarnya yakin anaknya tidak akan berbuat ulah yang membahayakan orang lain kecuali dengan keluarga paman dan tantenya.
"Masalahnya sama buleknya saja. Sama orang lain tidak ada," jelasnya.
Hengky tidak suka saat dibanding-bandingkan tantenya dengan orang lain.
"Saya ngobrol setiap hari dengan Hengky ya nyambung. Kata orang gini- gitu ya biarin saja, yang lebih paham saya," lanjutnya.
Saat TribunJatim.com (Grup SURYAMALANG.COM) berinteraksi dengan Hengky, pemuda tersebut juga menjawab pertanyaan dengan baik.
Hengky hingga kini dikurung di sebuah ruangan berukuran 2x2,5 meter yang berada di belakang rumahnya.
Di ruangan pengap tersebut Hengky menghabiskan hari-harinya, mulai dari makan, mandi, buang hajat, hingga tidur lagi.
Meski setahun lebih 'dipenjara' kondisi Hengky terlihat baik dan penampilannya masih rapi.
Hanya Sang Ibu, Nur Hayati yang merawat Hengky termasuk memberinya makan melalui lubang persegi panjang berukuran 20 x 10 centimeter.
Penerangan di ruangan tersebut juga sangat minim. Hanya sebuah lampu bohlam yang diletakkan di pintu jeruji besi yang menemani Hengky di malam hari.

Pengakuan Hengky
Hengky sebenarnya telah beristri dan punya seorang anak.
Tapi ia sudah ditinggal istrinya dan anaknya kini tinggal bersama neneknya.
Ia hanya tinggal bersama ibunya, sedangkan ayahnya sudah meninggal dunia saat bekerja sebagai TKI di Malaysia.
Hengky sendiri sebenarnya merasa keberatan dan ingin dirinya dibebaskan.
Bapak muda ini dengan lugas menceritakan apa yang dialaminya dari balik teralis besi.
Ia menyebut dirinya dikurung lantaran dinilai seringkali meresahkan warga dengan perbuatannya.
Warga menganggap Hengky gila karena pernah mengamuk dengan membawa senjata tajam.
"Awalnya itu saya mukul saudara saya, terus diikat tali terus dimasukkan sama warga di sini," kata Hengky.
Saat itu ia mengaku pasrah dan tidak bisa melawan karena ia sudah dipukuli warga.
Setelah itu Hengky dilarikan ke RSJ Lawang, Kabupaten Malang untuk berobat.
"Pernah di bawa ke Lawang selama 35 hari. Lalu dijemput setelah sudah koordinasi dengan sana (RSJ Lawang)," lanjutnya.
Hengky sendiri mengaku awal ia depresi karena meninggalnya sang bapak saat bekerja di Malaysia.
Ia lalu diobatkan oleh saudaranya dengan imbalan tanah ayahnya.
"Betul uangnya dari sana, tapi kan sudah ada imbalan tanah, (kenapa) biayanya diungkit-ungkit," jelas Hengky.
Walaupun merasa waras, Hengky bersedia jika kembali dilarikan ke rumah sakit atau menjalani pengobatan lainnya.
"Saya pengennya bebas, kerja. Kalau begini kan tidak ada solusinya," ucap Hengky.
Hengky sendiri sempat kerja di Malaysia. Ia juga mempunyai istri dan seorang anak.
"Saya sudah ditinggal istri sejak tahun 2015. Kalau anak saya sudah ikut neneknya," tutupnya.