Hotel Niagara Malang
Sejarah Hotel Niagara Malang, Jadi Gedung Tertinggi di Asia dan Arsitektur Pakai Unsur Suku Aztec
Setelah menjadi viral, banyak pihak yang penasaran dan ingin mengetahui sejarah berdirinya hotel Niagara yang dikenal memiliki suasana mistis di Malan
Penulis: Frida Anjani | Editor: Dyan Rekohadi
SURYAMALANG.COM - Nama hotel Niagara yang terletak di kawasan Lawang Kabupaten Malang beberapa hari terakhir menjadi sorotan.
Hal ini dikarenakan ada sebuah video viral seorang tamu hotel Niagara yang mengalami pengalaman mistis ketika berkunjung ke hotel klasik tersebut.
Setelah menjadi viral, banyak pihak yang penasaran dan ingin mengetahui sejarah Hotel Niagara yang dikenal memiliki suasana mistis di Malang itu.
Dalam wawancara eksklusif dengan Harian Surya (grup SURYAMALANG.COM), pemilik Hotel Niagara sekaligus General Manager, Ongko Budiarto menjelaskan tentang kondisi, kapasitas serta sejarah hotel Niagara.
Penampilan arsitektur Hotel Niagara sendiri memiliki lima lantai yang saat ini hanya tiga lantai pertama yang difungsikan sebagai hotel.
Ongko Budiarto menjelaskan kapasitas setiap lantai di hotel Niagara.

Baca juga: Viral Video Hotel Niagara Disebut Horor, Muncul GM yang Palsu, Sengaja Dibuat untuk Tugas Kuliah
Baca juga: Pihak Hotel Niagara Malang Bongkar Kronologi Video Viral, Tamu Kabur Karena Hantu, Diduga Settingan
"lantai satu itu publik area jadi hanya ada dua kamar. Satu difungsikan ketika keluarga datang dan satu kamar kelas klasik yang mana kamar mandi du luar," jelas Ongko Budiarto.
Pria yang menjabat sebagai GM Hotel Niagara itu menjelaskan jika kamar tamu berada di lantai dua dan tiga.
"Di lantai dua terdapat enam kamar dengan beberapa jenis kamar. Kemudian lantai tiga memiliki tujuh kamar," lanjut Ongko Budiarto.
Ongko Budiarto menjelaskan jika lantai empat dan lantai lima berisikan kamarkamar tamu namun untuk sekarang tidak difungsikan.
Hal ini berkaitan dengan akses yang harus menggunakan lift namun untuk sekarang lift di hotel Niagara sedang tidak berfungsi.
"Lantai 4 dan lantai 5 sebenarnya juga kamar-kamar. Lantai empat ada 6 kamar sedangkan lantai lima ada 7 kamar."
"Namun, sekarang tidak difungsikan karena ke atas harus menggunakian lif dan untuk lifnya sekarang tidak berfungsi. Misal naik tangga juga keberatan. Jadi tidak kita fungsikan," jelas Ongko Budiarto.
Sementara itu Ongko Budiarto menjelaskan jika lantai 6 merupakan area rooftop.

Selain memiliki arsitektur yang klasik, hotel Niagara pada zamannya dikenal sebagai hotel tertinggi di Asian, bukah hanya di Indonesia.
Selain itu, hotel Niagara yang sudah memiliki lift sejak tahun 1900an menjadi sejarah tersendiri.
"Dari tahun 1900an sudah ada liftnya. Liftnya ini berasal dari Belgia," ungkap Ongko Budiarto.
Bangunan hotel Niagara dirancang oleh arsitek ternama dari Brasil, Mr. Fritz Joseph Pinedo yang memadukan arsitek bergaya Brasil, Belanda, Tiongkok dan Victoria.
Ongko Budiarto juga menjelaskan unsur-unsur arsitektur yang ada di hotel Niagara.
Hotel Niagara menggabungkan tiga budaya dalam satu bangunan yang indah.

Ongko Budiarto juga menjelaskan jika pada bagian lobby hotel Niagara terdapat unsur-unsur Suku Aztec.
"Arsiteknya dari Brasil jadi ada unsur-unsur dari suku Aztec. Di area lobyy itu ada seperti harimau bersayap itu ciri khas suku Aztec," ungkapnya.
Selain ciri khas Brasil, hotel Niagara juga menggunakan unsur Tiongkok.
"Ada beberapa ornamen-ornamen dari Tiongkok seperti tulisan dan nama -nama pemilik sebelumya di kaca-kacanya," lanjut Ongko Budiarto.
Selain dari Brasil dan Tiongkok, hotel Niagara juga menggunakan gaya bangunan khas Eropa Victoria.
"Terus ada aliran Eropa yang Victoria juga ada," lanjutnya.
Ongko Budiarto menyebutkan jika hotel Niagara merupakan sumber inspirasi bagi para penggat arsitektur.
Tak jarang hotel Niagara dipilih sebagai lokasi acara komunitas-komunitas arsitektur.
Menurut pengakuan Ongko Budiarto, hotel Niagara awalnya merupakan villa pribadi milik keluarga 'Liam Sian Joe" yang berasal dari Belanda.
Gedung ini memiliki tinggi 35 meter dengan 5 lantai dan dibangun selama kurang lebih 15 tahun, dimulai dari tahun 1903 dan selesai pada tahun 1918.
Namun Liem Sian Joe dan keluarga hanya menempatinya sampai tahun 1920-an saja, karena dia meninggalkan Indonesia dan menetap di Negara Belanda.
Setelah ditinggal oleh pemiliknya villa keluarga ini mulai jarang digunakan dan kurang terawat selama bertahun-tahun.
Pada saat gedung hotel Niagara vakum antara tahun 1930an hingga 1960an, gedung ini sempat digunakan oleh Belanda.
"Pada saat vakum antara tahun 1930an sampai 1960an itu difungsikan oleh warga Belanda," ungkap Ongko Budiarto.
Pada tahun 1960 salah seorang ahli waris keluarga Liem Sian Joe menjualnya kepada seorang pengusaha yang berasal dari Surabaya bernama "Ong Kie Tjai".
Ong Kie Tjai yang merupakan ayah dari Ongko Budiharto, pemilik sekaligus sebagai General Manager Hotel Niagara kini.
Setelah dilakukan sejumlah pembenahan mulai tahun 1964, gedung tersebut difungsikan sebagai hotel dan diberi nama '"Hotel Niagara"'.
Rencananya, kedepan Ongko akan berusaha meningkatkan daya guna hotel dengan membuatkan lift baru.
Ongko menambahkan tidak akan menjual hotel ini karena bangunan ini merupakan warisan peninggalan dari sang Ayah.
Ongko berharap, Hotel Niagara dapat menjadi warisan masa lalu yang patut dipertahankan sebagai satu di antara destinasi daerah Lawang, Malang.
Penulis: Frida Anjani / SURYAMALANG.COM
Ikuti berita viral di TikTok dan hotel Niagara Malang lainnya.